Share

Celengan THR

last update Last Updated: 2023-06-23 09:37:34

"Mau kemana kita, Bunda?" tanya Vita, si sulungku. 

"Cuci muka lalu ganti pakaian, bangunin Kia juga ya Nak, kita ke pajak central, sekarang. Beli baju lebaran. 

Vita yang tadi bertanya dengan iris yang sedikit memicing karena sedang tidur siang, kini iris jernih gadis sepuluh tahun itu membulat dengan sempurna, seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar, karena tadi subuh ia mendengar sendiri kalau ayahnya tidak berniat membelikan mereka baju lebarang.

"Betul ya Bunda? Kita mau beli baju lebaran?" tanyanya lagi meyakinkan seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar, sepertinya keinginannya untuk membeli baju lebarang sudah ia kubur dalam-dalam saat subuh itu dan kini harapan itu muncul sehingga bibir-bibir mungil gadis kecilku melengkung membentuk sebuah senyuman yang bahagia, bagaimana tidak bahagia aku melihatnya. 

Sembari menunggu Vita dan Kia cuci muka dan berganti pakaian, gegas aku mengambil kotak celengen yang selama ini tempat Bang Rahmat menabung untuk THR Mamaknya, ada perasaan takut dan was-was saat aku ingin mengambilnya, bayang-bayang kemurkaan Bang Rahmat terlintas di pelupuk mata, tapi segera aku tepis karena membayangkan wajah bahagia putriku. 

Lembaran uang merah seratus ribuan dan lima puluh ribuan berserakan di lantai setelah aku berhasil membuka dan mengeluarkan isinya, segera tangan ini meraihnya, dengan gerakan cepat aku merapikan uang tersebut dan memasukkan ke dalam tas, 

Vita dan Kia sudah selesai berganti pakaian, setelah memastikan pintu dan jendela terkunci semua, kami bertiga berjalan ke ujung gang untuk mencari becak, tidak butuh waktu lama bagi kami untuk mendapatkan becak mesin yang akan membawa kami ke pajak central, salah satu pusat grosir yang cukup besar di kota Medan. 

Sinar bahagia terpancar di wajah Vita dan Kia, ibu mana yang tidak bahagia melihat kebahagiaan buah hatinya, tapi sayangnya Bang Rahmat seperti acuh dan tidak peduli, bukankah bagi seorang Bapak, kebahagiaan seorang anak yang utama? Beda cerita jika Bang Rahmat bapaknya, aku sebagai istrinya juga kadang tidak habis pikir, awalnya aku sangat bangga padanya karena begitu memperlakukan ibunya dengan istimewa, tapi makin kesini, rasa bangga itu berubah jadi rasa kekecewaan, mungkin jika aku dinomorduakan, dapat ku pendam rasa kecewanya, tapi kalau sudah soal anak, rasanya sulit diri ini untuk mentolerir. 

Menempuh jarak sekitar empat puluh menit, akhirnya kami sampai di pusat grosir, setelah membayar ongkos becak, akupun menggandeng tangan Kia dan Vita, aku cukup berhati-hati karena saat ini sepuluh hari menjelang lebaran jadi padat pengunjung dan sudah pasti tingkat kejahatan juga tinggi. 

Vita dan Kia aku belikan baju gamis masing-masing dua stel beserta jilbabnya, aku memilih gamis untuk pakaian lebaran anakku agar bisa dipakai saat mengaji atau acara sekolah, dan itu juga permintaan mereka, karena mereka berdua  ingin menutup aurat sejak dini, mungkin karena mereka sekolah di madrasah jadi sedikit banyak mengerti tentang agama. 

Semua belanjaan anakku tidak sampai totalnya satu juta, masih sisa uang sebanyak lima juta dua ratus, setelah melihat status adik ipar yang dibelikan baju oleh ibu mertua dan status ibu mertua yang sedang berbelanja di sebuah Mall, rasanya hati ini tidak ikhlas mengembalikan uang ini ke celengan Bang Rahmat lagi, ide bisnisku pun muncul seketika, selama ini aku membantu berjualan dagangan baju teman-temanku, kini ... apa salahnya uang yang masih tersisa aku jadikan modal agar berdagang barangku sendiri, senyum ini mengembang karena membayangkan pundi-pundi keuntungan yang akan aku raih. 

Aku kembali mengajak Vita dan Kia untuk berkeliling mencari model baju apa yang dapat aku jual di sekitar lingkungan rumah kami,  untungnya kedua anakku tidak merasa lemas karena hati mereka sudah bahagia setelah dibelikan baju lebaran 

Aku memutuskan untuk berdagang baju daster batik, karena dari segi modal tidak terlalu banyak dan tidak musiman, baju daster pakaian sehari-hari ibu-ibu, walaupun saat ini gamis lebaran yang laris manis tanjung kimpul tapi dipakai paling lama hanya tiga jam saja, pasti unjung-ujungnya berganti dengan daster yang nyaman, nah ... disini aku memilih daster tapi dengan model yang terkini, ada yang model kaftan tapi terbuat dari bahan katun batik, ada model midi dress, dengan modal lima juta saja, aku sudah bisa belanja banyak karena baju daster harganya lebih terjangkau. 

Sudah pukul tiga sore, dan kami bertiga juga sudah cukup lelah, akhirnya memutuskan untuk pulang, sebelum pulang aku beli ikan masak dan beberapa takjil pilihan Vita dan Kia, dengan maksud sampai rumah aku tidak perlu lagi memasak karena badan ini sudah lelah dan tidak sanggup untuk berjibaku di dapur.

****

"Nah, ini baru betul, ada soto, ayam goreng sama sambelnya, ga makan mie instan terus atau sarden," ucap Bang Rahmat saat berbuka, aku hanya diam, begitu juga Vita dan Kia, karena makanan yang tersaji beda dari menu biasanya, kami pun makan dengan lahap, terlihat sekali Bang Rahmat sampai mengkokop mangkuk soto untuk menghabiskan kuahnya tanpa sisa.

"Besok masak gini lagi ya Salma, selera kali Abang makan kalau menunya begini, ga makanan muntahan kucing lagi yang kau suguhkan," ucap Bang Rahmat sambil melap mulutnya dengan serbet yang dari sisa kuah soto yang ia kokop tadi dari mangkuknya lalu ia bersendawa dengan kerasnya.

"Mau rendang juga bisa Salma suguhkan, Bang."

"Nah, makin pintar kau, Salma."

"Tapi kasi uang belanja enam juta sebulan, ini ngasih dua juta lima ratus untuk semua, mau minta makan enak, mimpilah Bang, kecuali kalau aku ada usaha sendiri, bisalah sesekali makan enak dan mewah."

"Heleh! Mulai lah kau ga bersyukur, ujung-ujungnya aku sakit kepala mendengar tuntutanmu."

"Seharusnya aku yang sakit kepala, Bang."

"Teros! Teros lau kau mengoceh, ujung-ujungnya minta THR buat baju lebaran."

"Enggak  Bang, ga akan aku minta lagi, kayak pengemis aku lama-lama."

"Nah, baguslah kau sadar diri. Oiya, ini bisanya kau mengatur keuangan sampai kita bisa berbuka dengan menu enak begini? Masih aman kan duit belanja yang Abang kasi?" 

"Duit yang Abang kasi sudab hampir sakratul maut, Bang."

"Lah! Terus kau belanja bahan makanan ini, darimana duitnya?"

"Adalah Bang," ucapku masih merahasiakan pada Bang Rahmat perihal aku mengambil uang tabungan THR untuk ibunya. 

"Selingkuh kau ya? Atau jangan-jangan open BO kau?"

"Astahfirullah! Ga sehina itu aku ya, Bang! Bagus-bagus mulut abang tu kalau berucap." Aku emosi dengan tuduhan Bang Rahmat, bisa-bisanya dia menuduhku serendah itu. 

"Jadi kau dapat uang dari mana, Salma? Sok misterius pula kau, bikin darah tinggi saja."

"Dari uang celengan di atas lemari itu," jawabku kalem, apapun nanti yang terjadi, ya sudahlah, aku hadapi, sebelumnya Vita dan Kia sudah aku suruh berangkat terawih di musholla dekat rumah, agar kalau aku dan Bang Rahmat perang dunia ke sepuluh, mereka tidak perlu melihat. 

"Ma … maksudnya, ce … celengan? THR Mamakku?"

"Iya Bang."

"Apa! Sudah gila kau, Salmaaa!" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Suami egois mau makan enak kasih uang belanja pelit
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 54

    "Keluar kau dari rumah ini! Keluar! Ga sudi aku punya istri macam kau, seribu perempuan macam kau bisa kudapatkan!""Ooo, berani kau mengusirku? Enak saja, aku baru pergi setelah kau bayar semua biaya tidur sama aku, itu semua ga gratis, sudah berapa kali kita bercinta, bayar itu Bang! Bayar!""Helleh, kau yang menawarkan diri, kita melakukannya suka sama suka, bahkan saat aku belum cerai kau obral tempikmu itu sama aku.""Aku ga mau tau, pokoknya bayar!" teriak Tina, tapi Rahmat tidak peduli, dia mendorong tubuh Tina keluar, tidak ia pedulikan teriakan dan makian Tina. Keesokan harinya. "Mat, ada yang nyariin kau, tuh, cewek sexy," ucap Ucok pada siang itu, rekan kerjanya satu profesi dengan Rahmat. "Cewek? Siapa?" tanya Rahmat yang tengah menyeduh kopi di pantry kantor. "Meneketehe, kau lihatlah sendiri," ujar Ucok lagi. Dengan penasaran Rahmat berjalan ke arah gerbang kantor, setelah ia melihat siapa yang datang, gegas Rahmat balik badan. "Bang! Bang Rahmat! Jangan kabur, kau

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 53

    "Oke, baiklah, dengan senang hati, pantes saja dari tadi mereka menangis dan ga mau diantar ke rumah ini, ternyata keluarga ini keluarga setan, hahaha, ayo Kia, Vita, kalian kuantarkan saja ke Belawan, enak saja mau menguasai gaji Bang Rahmat, aku ga sudi, preeettt," ucap Tina dengan raut wajah mengejek ke arah Yuni. "Wih, wanita apa yang dinikahi Bang Rahmat ini, kirain batu berlian rupanya sama saja kayak Kak Salma, batu empang," ujar Yuni. "Kalau aku batu empang, kau batu apa? Kau itu batu WC, batu taik, hahaha.""Pergi kau dari rumah ini! Pergi! Kau itu masih nikah siri sama Rahmat, secepatnya akan kusuruh anakku menceraikanmu, berani-beraninya kau bicara begitu sama kami! Mulutmu itu kayak comberan! Pergi kau!" hardik Bu Mega dengan emosi. "Ishh, ga usah disuruh aku juga mau pergi dari sini, orangnya ga waras semua," ucap Tina lalu mengajak Vita dan Kia pergi. "Dasar wanita sinting!" Bu Mega berteriak di depan pintu. "Kau itu sudah tua tapi kelakuanmu macam dajjal," ucap Ti

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 52

    "Udah jangan nangis, seharusnya kalian bersyukur, karena Bapak kalian masih mau bertanggung jawab sama kalian," ucap Tina saat Vita dan Kia sudah sampai di rumah Rahmat, rencananya besok kedua anak itu akan diantar ke Binjai. "Kami mau mau tinggal sama Bunda," ucap Kia dibalik isak tangisnya. "Bunda kalian itu miskin! Mau dikasih makan apa kalian kalau tinggal sama dia? Sudah, diam! Jangan menangis lagi, habiskan makannya, setelah ini tidur, besok kalian Tante antarkan ke Binjai."Kia dan Vita masih menangis, Rahmat tidak peduli perasaan kedua anaknya, Rahmat cuma pengen melihat kehancuran Salma. Keesokan harinya. Setelah berangkat kerja, Tina menyuruh Vita dan Kia siap-siap karena sebentar lagi Tina akan mengantarkan kedua anak itu ke Binjai, sesuai perjanjian Yuni dan rahmat tempo hari bahwa Yuni akan merawat Vita dan dia dengan syarat Rahmat memberi uang sebanyak 3 juta perbulan.Tiina sudah memesan taksi online, wanita sexi itu sudah menunggu di teras bersama Vita dan Kia, ke

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 51

    "Yuni juga senang Mak, karena sebentar lagi akan dapat uang dari Bang Rahmat tiap bulan, Mamak tau sendiri kan, Bang Ari selingkuh, dan Yuni juga mau cerai, apalagi sekarang ada Bang Husein yang mampu membuat Yuni jatuh cinta, semakin membuat Yuni semangat untuk mau minta cerai dari Bang Ari, biar cepat jadi istri Bang Husein.""Oiya, mengenai Husein, Mamak udah dapat alamatnya, kau mainlah ke rumahnya, bawa buah tangan buat ibunya, intinya kau harus bisa masuk dan berbaur sama keluarga mereka, pasti si Husein itu jatuh hati sama kau.""Aman itu Mak, serahkan sama Yuni," ujar Yuni sambil mengacungkan jempolnya. " Jangan lupa kau pakai itu pupur perindu yang kita dapat dari Jeng Ami, supaya urusanmu dalam mendekati Husein berjalan dengan lancar, karena si Salma itu pasti pakai guna-guna dan kita juga jangan mau kalah sama dia." "Ya jelas menang Yuni lah, Mak. Secara wajah body dan penampilan, Yuni lebih oke, modis dan stylish, sangat jauh dengan Kak Salma yang dekil itu, apalagi Yu

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 50

    Rahmat segera mengurus hak asuh anak agar jatuh ke tangannya, dia memberikan bukti pada pengadilan agama kalau Salma tidak berpenghasilan dan kedua anaknya akan sengsara jika hak asuh jatuh ke tangan ibunya, tentunya pengadilan membutuhkan penyelidikan, tetapi setelah melakukan berbagai pertimbangan, hak asuh jatuh ke tangan Rahmat, karena Rahmat yang dianggap mumpuni untuk memberikan kehidupan yang layak untuk Vita dan Kia. Ketuk palu sebagai tanda berakhirnya perceraian Rahmat dan Salma diakhiri dengan isak tangis Salma, bahkan ibu dua anak itu sempat protes, bagaimana tidak, moment seharusnya dia merasa lega karena bisa lepas dari dari pernikahan toxic, malah berbalik menjadi duka karena pengadilan memutuskan hak asuh jatuh ke tangan Rahmat. "Selamat menikmati hidup yang penuh dengan kesengsaraan, Salma," ucap Rahmat diselingi dengan tawa yang mengejek. "Sebenarnya apa maumu, Bang? Kenapa kau tega memisahkan aku sama Vita dan Kia, padahal selama ini kau tidak begitu dekat denga

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 49

    "Salma, kau jangan takut ya, aku murni hanya ingin membantumu," ucap Husein meyakinkan, Salma melihat ketulusan yang terpancar dari raut wajah lelaki yang ada di depannya itu, perasaan sungkan dan khawatir yang tadi menyapa perlahan hilang. "Terima-kasih Husein.""Iya Salma, oiya, aku mau balik ke rumah uwakku, sebaiknya kau balik Salma, terlalu bahaya kalau kau sendirian di sini," ucap Husein memberi saran. Salma melihat sekitar, benar apa yang dikatakan teman masa kecilnya itu, tempat itu begitu sepi, kalau hari biasa masih ada satu dua orang yang berada di sana atau terlihat lampu-lampu dari sampan atau boat nelayan, tapi malam ini memang begitu sepi."Mungkin karena masih dalam suasana lebaran, jadi sebagian warga kampung sini masih berlebaran di rumah saudara mereka, baiklah aku juga hendak pulang, sekali lagi terima-kasih Husein." Salma juga memutuskan untuk pulang karena dia pun sudah merasa baik-baik saja setelah berbicara dengan Husein. Saat Salma sampai di rumah kontrak

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 48

    Berulang kali Salma mengucap istighfar, dadanya terasa sesak, belum hilang rasa shock saat melihat sendiri perselingkuhan Rahmat, ditambah ancaman Rahmat yang mengatakan akan mengambil hak asuh Vita dan Kia, kini tambah satu masalah lagi, rasanya tidak berkesudahan masalah yang datang pada Salma. Sambungan telepon ditutup secara sepihak oleh Bu Mega, Salma diam mematung dengan perasaan sakit yang teramat sangat menghujam jantungnya, netranya kian memanas dalam hitungan detik jatuh tak terbendung membasahi pipinya yang tirus. Dalam keadaan menangis seperti ini, tidak mungkin Salma masuk ke dalam, ia takut ibunya semakin khawatir, begitu juga jika dilihat oleh Vita dan Kia, Salma harus tetap terlihat tegar dan kuat agar orang-orang yang ia sayang tidak merasa khawatir, karena masih dalam suasana lebaran jadi kampung tempat orang tuanya tinggal terlihat sepi, Salma ingin berjalan-jalan sebentar di sekitar kampung untuk menenangkan hatinya. Cukup sepuluh menit berjalan, Salma sudah sam

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 47

    "Perempuan gila!' teriak Rahmat saat Salma dan bapaknya sudah tidak terlihat lagi, lalu lelaki itupun memaki sepuas hatinya dan setelahnya ia pun masuk ke dalam rumah dan membanting daun pintu dengan sangat kencang. " Kenapa marah-marah seperti itu, Abang? Seharusnya Abang bahagia, karena sebentar lagi Abang akan bebas dari wanita jelek itu dan ada aku yang yang siap jadi pengganti wanita itu, aku janji akan menjadi istri yang menyenangkan bagi Abang. Adek siap melayani Abang, kapan pun Abang mau," ucap Tina setelah keluar kamar dan menghampiri Rahmat. "Argggh! Kau pulang dulu lah sekarang, aku ingin sendirian," ucap Rahmat sambil menghempaskan bobot tubuhnya di sofa sambil sesekali menyugar rambut karena frustasi, Rahmat sangat ingin membuat hidup Salma menderita, wanita yang selama ini selalu dalam genggamannya, apapun perlakuan Rahmat, Salma selalu menurut, tetapi sekarang Salma terang-terangan ingin minta cerai, ego Rahmat semakin menjadi dan keinginannya saat ini hanya ingin me

  • THR 6 Juta Untuk Mertua   Part 46

    "Jangan kau videokan!" Seru Rahmat ingin meraih ponsel dalam genggaman Salma, dengan cepat Salma mengelak membuat Rhahmat semakin murka dan ingin merebut ponsel itu lagi. "Jangan berani macam-macam kau Rahmat!" teriak Pak Nurdin yang kini sudah membenci menantunya itu, Rahmat tidak mengindahkan ucapan Pak Nurdin, ia terus saja berusaha merebut ponsel Salma, Pak Nurdin yang melihat pun jadi ikutan emosi lalu menghadang Rahmat. "Tua bangka! Minggir kau!" Dengan emosi Rahmat mendorong tubuh Pak Nurdin. "Ya, Allah, Bapak!" pekik Salma saat melihat bapaknya tersungkur ke lantai karena dorongan kasar Rahmat, Salma berlari menghampiri bapaknya sedangkan Rahmat seolah tidak peduli, ia tampak masih bernafsu mengincar benda pipih yang masih dalam genggaman Salma, tidak peduli pada kondisi Pak Nurdin yang terkulai lemas. "Tolong! Tolong!" teriak Salma saat Rahmat dengan penuh nafsu ingin merebut ponsel dalam genggaman Salma, sambil kakinya menendang Salma beberapa kali dan mengenai bagian ba

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status