แชร์

TIBA-TIBA DILAMAR
TIBA-TIBA DILAMAR
ผู้แต่ง: Ana

Bab 1

ผู้เขียน: Ana
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-04-28 22:33:48

"Ada tamu?" tanya Dito pada Nura ketika melihat ada mobil sedan hitam di depan rumah.

"Mungkin," sahut Nura yang melepas seatbelt Matanya memperhatikan mobil tersebut. Ia tidak mengenali mobil siapa yang sedang terparkir di depan rumahnya kini.

"Mau mampir dulu?" tanya Nura pada Dito.

"Lain kali aja. Gak enak, kayaknya lagi ada tamu di rumah kamu," jawab Dito lembut. Tidak lupa dengan senyum manis membuat siapa pun yang melihat akan setuju dengan pernyataan tersebut.

"Ya, udah kalo gitu. Makasih udah nganterin. Sampai jumpa besok di kantor," Nura keluar dari mobil.

Nura berdiri di depan rumah sebelum Dito benar-benar pergi. Menatap mobil putih di hadapannya yang perlahan kaca mobil terbuka.

"Aku pulang dulu," pamit Dito. Tidak lupa melambaikan tangan dengan kembali tersenyum.

Senyum yang membuat Nura betah memandangnya berlama-lama. Mampu membuat hari-hari Nura terasa indah dan bersemangat pergi ke kantor. Ia akui, hatinya mulai luluh akan lelaki yang sudah mengantarnya pulang ini.

Dito, yang sudah ia kenal sejak satu tahun lalu ketika masuk perusahaan sekarang ia bekerja. Ditambah lagi, segala sikapnya beberapa bulan terakhir melebihi status teman biasa. Tidak hanya disaat butuh, Dito pun selalu memberi perhatian lebih untuknya.

Nura membalas lambaian tangan Dito. Senyum terkembang di wajah cantiknya. Mobil itu mulai bergerak menjauh dari kediamannya. Ia terus menatap mobil Dito yang mulai menghilang di ujung jalan.

Dari dalam rumah, terdengar perbincangan hangat ketika Nura baru saja sampai di pintu. Ia terus berjalan menuju ruang utama. Terlihat beberapa orang berkumpul di sana.

"Nah itu, Nura udah pulang," ucap Aini -Ibu Nura- ditengah-tengah pembicaraan mereka.

"Assalamu'alaikum," sapa Nura. Tidak lupa menyalami tamu yang ada di sana satu persatu. Kini semua mata tertuju padanya.

Wajah Nura berubah kaku ketika melihat siapa tamu yang duduk bersama keluarganya. Seperkian detik nafasnya tercekat. Sudah lama ia tidak melihat sosok tersebut. Sekarang, tiba-tiba ia berada di hadapannya.

Nura mengerjapkan mata bulatnya beberapa kali, mencoba mengembalikan kesadarannya yang sempat terahlikan akan sosok itu.

Nura Berusaha tersenyum. Namun, yang tampak malah senyum kaku yang terukir diwajahnya. Kedua matanya semakin jelas melihat sosok di depannya.

"Sini duduk, sayang," Ibu Nura menepuk pelan tempat kosong di sampingnya. "Masih ingatkan sama tamu kita ini?" tanya Ibunya.

Nura menggangguk menginyakan. Suasana hatinya tiba-tiba berubah menjadi sedikit memburuk. Ketika duduk berhadapan dengan lelaki yang lebih tua dua tahun darinya itu.

Ahmad Reza Abrar adalah lelaki tersebut. Sosok yang pernah mengisi ruang dihatinya. Mungkin hingga sekarang?

"Masih, Ma," sahut Nura. Kini ia sudah bisa mengendalikan dirinya menjadi lebih santai sedikit.

"Kirain udah lupa. Dulu sebelum kami pindah ke luar Negeri 'kan sering ketemu juga. Kalian juga sering pergi bareng," kali ini Ibu Reza buka suara dengan menujuk Nura dan Reza. Membuat yang tertawa pelan mendengar celetukannya.

Ucapan Ibu Reza mengingatkan Nura pada memori lama. Ketika keluarga mereka sering berpergian bersama. Bukan hanya sebagai rekan bisnis dulunya. Ayah mereka berasal dari kampung halaman yang sama. Hingga terjalinlah kedekatan hubungan antara keluarga mereka.

Sejak mereka pindah ke luar negeri karena kerjaan Ayahnya, Reza juga mengambil kuliah S2 di sana. Awalnya Nura berniat untuk mengutarakan isi hatinya sebelum Reza berangkat. Namun, ia urungkan. Karena saat terakhir bertemu, Reza memperkenalkan kekasihnya. Setelah itu, Reza tinggal di luar negeri, mereka makin jarang berkomunikasi. Atau hampir tidak pernah berkomunikasi lagi.

"Hampir lupa sih tadi waktu baru masuk, Tante. Kan, udah lama gak ketemu. Liatnya juga gak dari jauh," sahut Nura dengan ramah.

Nura melirik ke arah Reza. Kedua Mata mereka saling bertemu. Seperkian detik mereka saling tatap. Buru-buru Nura mengalihkan pandangannya dari Reza.

"Aku mau ganti baju dulu. Gak enak udah dipakai seharian. Gak enak, ntar ada aroma-aroma aneh lagi," ucap Nura sambil bercanda, mencium bajunya sendiri. "Maaf Om, Tante ... Nura ke atas dulu," pamit Nura. Tanpa menunggu persetujuan ia bergegas pergi dari tempat tersebut. Menaiki tangga dengan berlari kecil menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Sesampainya di kamar, Nura bersandar dibalik pintu kamarnya yang sudah tertutup.

_Gila. Bisa-bisanya jantung gue berdebar gini. Jangan bilang lo masih ada perasaan, Ra._ ucap Nura dalam hati. Kedua telapak tangannya kini berada di atas dada. Merasakan debaran jantung yang berdetak tidak beraturan. Lebih cepat dari biasanya. Ia mencoba menutup mata. Berusaha mengatur nafas agar irama jantungnya kembali normal.

Malah wajah Reza yang semakin terpatri jelas diingatannya saat ia menutup mata. Wajah tampan, bola mata kecokelatan dengan bulu mata lentik seperti milik orang timur tengah. Tidak hanya itu, hidung mancung dan rahang tegas milik Reza semakin mempertegas ketampanan lelaki tersebut. Tidak berubah, masih sama seperti dulu.

Nura menghela nafas kasar, " beg* malah makin ingat," maki Nura pada dirinya sendiri.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 14

    Dito yang berjalan dibelakang Nura segera menopang tubuh Nura yang hampir jatuh karena tergelincir akibat bebatuan yang ada di air terjun kecil. Lumut dibebatuan begitu tampak karena jernihnya air tersebut. Untung Dito sigap menolong Nura. Celana yang ia kenakan basah bagian bawah karena percikan air. Pahadal sudah dinaikan hampir selutut. Sementara Nura masih berbegangan di tangan Dito dengan salah satu tangan memegang ponsel."Hati-hati. Kami gak papa?" tanya Dito memastikan. Kini Nura sudah berdiri dengan benar. "Gak papa. Untung ada kamu. Kalau gak. Basah sudah," ucap Nura yang masih berpegangan kepada Dito. Mereka berjalan menuju tepian.Sayup-sayup terdengar suara Nura dan Dito dari telepon. Panggilan Reza yang terjawab membuatnya sedikit kesal sekaligus lega ketika mendengar suara Nura yang baik-baik saja.Ketika panggilan itu kembali, ia langsung bertanya, "Ada apa?" tanyanya."Kegilincir tadi. Untung ada Dito yang pegangin," sahut Nura yang berjalan dibelakang Dito. Mereka

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 13

    "Jadi lo udah punya cowo? kasian banget tuh laki pasti kupingnya panas terus lo cerewetin, Ra" Nino menggelengkan kepala dengan raut wajah dibuat sedih. "Enak aja," Nura memberikan pukulan tepat di punggungnya yang berjalan mendahului mereka bersama dua orang lainnya."Udah cerita sama Dito?" tanya Aruna."Mana ada. Gue keceplosan aja tadi," jelas Nura yang berjalan beberapa langkah dari yang lainnya."Kemarin tuh sebenarnya Dito mau ngejelasin soal hubungan dia sama mantannya itu. Tapi, gue bilang nanti aja. Gue gak tahu aku bersikap atau bereaksi gimana kalo udah tahu.""Ya, udah lo bilang aja sekarang lo udah ada Reza," Saran Aruna."Harus, ya? gue tuh maunya diam-diam terus nanti tiba-tiba sebar undangan," Nura menyatukan kedua tangan berada di depan dada. Mentap langit biru berawan putih disertai senyum menghiasi wajah. Matanya berbinar membayangkan apa yang diinginkamnya itu."Jadi, mau private gitu ceritanya?" "Gue takut, Run. Kalo udah banyak yang tau tiba-tiba malah batal,"

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 12

    Nura menatap pantulan dirinya di kaca kamar mandi. Wajahnya masih tampak lelah. Tapi setidaknya kondisi tubuhnya sudah lebih baik dari kemari. Yah, walaupun belum sepenuhnya benar-benar baik. Ia berniat membersihkan diri. Kemarin ia langsung tertidur. Sekarang ia akhirnya bangun lebih awal. Sementara Aruna masih berlayar di alam mimpi. Mandi air hangat menjadi pilihan untuk menyegarkan dirinya kembali. Badannya terasa lengket karena keringan yang keluar demam tadi malam."Raa, lo di dalam?" suara Aruna terdengar dari luar dengan iringan ketukan pintu beberapa kali. Saat bangun Aruna tidak melihat Nura di sampingnya. Terdengar suara kecil gemiricik air dari kamar mandi. Karena itu ia ingin memastikan."Iyaa, Run. Ini gue ... aman kok. Gue udah baikan dikit," balas Nura dari dalam kamar mandi yang sedang bersandar di dalam bak mandi cantik berwarna putih bersih. Mendengar jawaban dari sahabatnya Aruna kembali ke tempat tidur. Mengecek beberapa pesan yang masuk di ponsel pintarnya.S

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 11

    "Ini baru sampai penginapan," Nura sedang berbicara dengan Reza melalui telepon. Satu tangannyA mengeluarkan satu persatu bawaan yang ada dikoper selain pakaian yang akan ia kenakan selama kegiatan di kota S. 'Ya, udah nanti kabarin aku lagi kalo udah gak sibuk. Aku tutup ya teleponnya," pamit Reza sebelum menutup telepon. Tepat setelah panggilan terputus, pintu kamar penginapan mereka di ketuk dari luar. Aruna yang berada lebih dekat pintu segera beranjak dari kasur tempat ia mengistirahatkan tubuh dari perjalanan yang lumayan memakan waktu. Nampak seorang pegawai penginapan yang biasanya datang pagi untuk bersih-bersih tersenyum sopan. Menyodorkan sebuah tas kecil."Permisi, maaf menganggu. Ini ada titipan untuk Mba Nura dari Reza katanya," ucap pegawai itu dengan sopan. "Oh, iya makasih," ucap Aruna menyambut benda yang diserahkan karyawan tersebut."Apa isinya, Run. Tadi dia gak bilang apa-apa telpon.""Cek sendiri nih," Aruna menyerahkannya kepada Nura.Ada minuman suplemen d

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 10

    Pagi-pagi buta Nura sudah ribut dengan kegiatannya di kamar. Ia bersiap dengan terburu-buru. Hari ini ia harus berangkat keluar kota karena urusan pekerjaan bersama dengan beberapa temannya di kantor. Sudah tahu harus berangkat pagi, ia malah pergi bersama Sella tadi malam dan pulang larut dan bangun terlambat. Alarm yang sudah diatur malah dimatikan. Setidaknya ia sudah mengemas barang jadi hanya perlu bersiap."Non, Mbak Aruna sudah datang," ucap salah satu pelayan di rumahnya di depan pintu kamar Nura yang masih tertutup rapat."Bilang bentar lagi, Bi," sahut Nura sedikit berteriak yang sedang mematut dirinya di depan cermin. Memasukan skincare dan make up yang tadi begitu saja ke dalam tas bahu berwarna cokelat muda. Sekali lagi Nura mematut dirinya di depan standing mirror, memastikan stelan yang ia pakai sudah pas. Celan kulot berwarna hitam ditambah kemeja warna putih oversize yang mebalut tubuh indahnya. "Beh masih sempet ya tu rambut di kriwil," sindir Aruna ketika melihat

  • TIBA-TIBA DILAMAR   Bab 9

    Sinar matahari menembus kaca kantor Reza sekarang. Matanya terpejam seakan menikmati hangatnya sinar matahari menyentuh kulit wajah. Tidak berniat untuk menurunkan tirai untuk menghalangi tembusnya sinar matahari. Carla yang ingin menyerahkan berkas untuk ditanda tangani masuk begitu saja setelah mengetuk pintu. Sementara Reza tidak bergeming, masih di posisi yang sama. Carla berjalan perlahan, berusaha semaksimal mungkin agar suara dari sepatu berhak tingginya yang beradu dengan lantai tidak mengeluarkan suara yang dapat mengganggu ketenangan Reza. Ia memilih berdiri di samping Reza yang sedang menghadap dinding kaca luar dengan mata terpejam. Carla menatap lekat padanya. Garis wajah yang tegas, begitu sempurna di mata segelintir orang yang melihatnya. Terpaan sinar matahari membuatnya seakan semakin berkilau di mata Carla. Ia berinisiatif menurutkan roller blind agar sinar matahari tidak lagi menggangu Reza. Seulas senyum tipis terpatri di

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status