Gagalnya pernikahanPernikahan mewah yang digelar disebuah hotel bintang lima terpaksa dibatalkan. Mas Bagas dan Linda belum sah menjadi suami istri lantaran salah satu tamu yang hadir berteriak lantang dengan mengatakan tidak sah. Padahal pernikahan itu dilakukan secara live untuk dimasukan ke media sosial milik Linda. Disana terlihat pengacara kepercayaan Almarhum ayah mertua datang. Pak Karyo datang dengan gagahnya dan menghentikan tepat saat ucapan ijab diselenggarakan. "Pak Karyo." gumam Bagas tak percaya jika pengacara keluarga datang ke acara pernikahan keduanya."Hmmm Pak Karyo, nanti kita bisa jelaskan lagi. Biarkan acara ini berjalan lancar dahulu, Pak," ucap Bu Mutia yang kini menghampiri Pak Karyo, dengan senyum yang terus mengembang. "Apa-apaan ini, Bu Mutia. Jelas ini tidak dapat dibenarkan? Bagas tak boleh menikah lagi. Dimana Anisa sekarang," "Ehmm Pak Karyo, Anisa ada kok. Dia,,, dia memang tak ikut lantaran
Badala Sup CekerAku segera menghubungi Linda, namun hingga panggilan ke 5 tak kunjung diangkatnya. Rasa khawatir menyeruak dalam hati ini. Aku yakin saat ini Linda sedih dan kecewa lantaran pernikahan impiannya batal, tapi aku janji akan segera menikahinya secepatnya. Akar dari masalah ini ada di Anisa, istri gendutku yang jelek dan menyebalkan. Huh, jika ingat makin mendidih darah ini. Mengapa hidupku menjadi susah seperti ini setelah memutuskan menikah dengan Anisa. Kelebihan Anisa hanya di masakannya, masakannya selalu enak tak kalah dengan restauran- restauran. Perut ini selalu kenyang dan selalu dimanja oleh masakannya. Namun tentang wajah dan tubuhnya aku tak menyukainya. Gimana mau menyukainya kalau dia tak pernah dandan dan berbau wangi. Mungkin karena tubuhnya yang penuh lemak makanya dia lebih cepat berkeringat, makanya aku ogah tidur bersamanya. Pak Karyo sudah ijin pulang terlebih dahulu, sedangkan Ibu dan Mbak Wulan juga ijin
Teh Pahit Setelah semua isi perut Bagas sudah tak bergejolak. Dirinya keluar dengan tubuh yang lemas dan pucat. Bagas bersandar didinding depan kamar mandi. Keringat sebiji jagung membasahi kening dan juga tubuhnya. "Masuk, Gas, Ibumu sudah biarkan teh hangat," titah Oak Andi yang berdiri di pintu belakang rumah yang mana menghubungkan dengan sumir dan kamar mandi. Dengan langkah yang masih lemas, Bagas, kembali masuk, namun kala melihat meja makan perutnya kembali merasa mual, apalagi mengingat bagaimana Pak Andi memakan kaki ayam. Bagas, kembali lagi ke kamar mandi dan memuntahkan cairan bening yang berada di lambungnya. "Bapak ini, anak orang itu," lirih Bu Utari yang menyenggol lengan sang suami. "Halah cuma begitu saja kok. Sesekali gak masalah, untung tadi Anisa, buat sup kesukaan bapak." Tawa Pak Andi pecah kalah membayangkan ekspresi sang menantu. Pintu kamar mandi terbuka menampilkan raut wajah pucat pasi
Bebek PanggangBagas yang tengah berbaring langsung terbangun ketika merasa ada angin kencang masuk kedalam kamar. Ia menatap sekeliling dan mendapati kalender didalam kamar yang tergantung tiba-tiba terjatuh begitu saja. Seketika buku kudunya mulai meremang. Aroma bunga begitu menyengat menusuk indera penciumannya. Dengan susah paya Bagas menelan salivanya dan berdiri, namun tubuhnya terasa berat untuk meninggalkan kamar apalagi kasur yang sedang ia tempati. "Kamar ini sudah lama gak ditempati pasti ada penunggunya," gumam Bagas yang masih menahan ketakutan didalam kamar sendirian. Tok... Tok ... Tok ... Seketika jantung Bagas berdetak kencang kala mendengar suara. Nafasnya mulai tersenggal dan sesak yang begitu kentara. Bagas meratapi kebod0hannya memilih tidur dikamar kakak Anisa. Bagas berusaha keras dari ketakutannya dan langsung beranjak, berlari membuka pintu kamar. Bruk.. "Aaaaaa." teriak Bagas da
# 20 Pertengkaran Anisa dan Bagas "Sudah pak, kasihan juga dikerjain terus sama bapak dari tadi. Pingsan bagaimana? Itu anak orang," "Lah iya dia anak orang, bukan anak sapi, Bu. Kalau anak sapi ya pedet namanya." "Pak, bu, ada apa? Anisa gak tahu loh maksud bapak sama ibu?" "Bapakmu ini loh, nduk. Buatkan teh pahit sana buat penawarnya." "Bagas itu kan gak bisa makan bebek apalagi lihat kepala dan kaki bebek begini. Apalagi tadi pagi kamu masak sup ceker, nah dia mabok begitulah." ujar Pak Andi yang terus mengerogoti kepala bebek.Anisa menepuk jidatnya akan kelakuan sang bapak. Akhirnya Anisa segera menyudahi makan buahnya dan segera membuatkan teh tawar sesui perintah sang ibu. "Jadi laki kok begitu, lihat beginian sudah mabok. Mana gaya-gayaan lagi punya istri 2. Istri 1 aja dibiarkan kumal gak terawat. Mau istri cantik yang dirawat, dimodali. Mata aja yang jelalatan. Sesekali perlu dikasih
Terbongkarnya rahasia Bagas dan Anisa"Mas Bagas, tolong jangan main kekerasan disini. Jika mas terus-terusan membuat onar silahkan meninggalkan desa ini. Saya selaku ketua Rt dikampung ini merasa terganggu akibat ulah mas. Saya tahu mas itu adalah menantu pak Andi, saya juga tak tahu duduk perkaranya apa? Kalau bisa kita duduk dan musyawarhkan semaunya disini. Mas juga telah menganggu ketentraman kampung malam-malam begini," ujar ketua Rt. Ya kebetulan setelah Pak Rt masuk kedalam rumah pak Andi, Pak Rt juga telah membubarkan kerumunan warga yang melihat pertengkaran dan perkelahian oak Andi. "Mereka itu serakah pak. Mereka mau menguasai semua warisan mendiang ayah saya, saya terpaksa menikahi Anisa lantaran mending ayah saya mengatakan mempunyai hutang budi yang besar kepada Pak Andi. Mau tak mau saya menikahi putrinya yang gendut itu, namun apa? Nyatanya wanita yang berstatus istri saya malah pergi meninggalkan rumah dan suaminya di kota.
Pov Anisa Malam ini adalah malam yang terpanjang bagiku, malam yang membuat hati ini kembali terluka dan....... Ah... Entahlah. Sejujurnya rasa ini masih ada untuk mas Bagas, entah aku saja yang bod0h mencintainya harusnya aku membencinya, namun desiran halus dalam kalbu jika menatap mas Bagas masih selalu terasa. Benar dugaan mbak Jeni bahwa ia akan datang menemui aku, nyatanya sepulang kerja mas Bagas sudah ada didepan rumah dan langsung memarahiku, sifatnya yang selalu keras terhadapku selalu saja membuatku sedih. Malam ini sudah tak kuasa aku menahan apa yang ada didalam dadaku ini, semuanya aku keluarkan hingga menimbulkan keributan tentu para tetangga terganggu oleh pertengkaranku dan mas Bagas, bahkan pak Rt saja sampai datang meleraiku dan mas Bagas. Jelas besok pagi akan terdengar gosip keburukanku dan calon mantan suamiku ini. Tapi mau bagiamana inilah takdir yang harus ku jalani. Berkali-kali bapak meminta maaf kepadaku lantara
Dua bulan telah berlalu, kini Anisa tengah bersiap untuk menghadiri putusan sidang di kota dimana Bagas tinggal selama ini. Dua bulan juga Bagas tak menampakan lagi dikediaman Anisa. Anisa juga sudah menghubungi Pak Karyo waktu itu dan menceritakan apa yang telah terjadi. Bahkan Pak Karyo juga datang berkunjung dirumah Anisa. "Gimana, Nduk? Apa sudah siap?" "Sudah, Pak. Kita tinggal berangkat saja," Ya, Anisa berangkat sore hari lantaran jadwal sidangnya pagi pukul 9 tepat, ia tak ingin terlambat akan putusan itu. Kali ini. Kali ini Anisa dan keluarga ya diantarkan oleh Satria yang mana sekalian menyewa mobilnya, namun Satria dengan rela mengantarkan tanpa meminta imbalan apapun. Walaupun Anisa selalu menghindar, namun Satria tetap peduli padanya. Ia juga sadar bahwa status Anisa masih belum jelas, maka dari itu ia selalu memperhatikan Anisa dari jauh. Tepat pukul 10 malam rombongan Anisa telah tiba disalah satu hotel yang