Share

4. Masker Angry Bird

            Kalia menatap heran kedua cucunya yang sudah berada dirumah padahal inru jam makan siang. Apa lagi Abil yang datang dengan muka cemberutnya, bahkan ia hampir tidak memberikan salam kepadanya. Tapi gadis itu kembali turun dari tangga dan menghampiti Kalia yang sedang asik menonton tv sambil mengucapkan kata maaf dan membungkuk ala orang Jepang.

            Padahal Kalia sudah sering main ke rumah putra bungsunya ini, tapi tetap saja sikap Abil selalu memberikannya efek kejut yang menggelitik. Setidaknya, walaupun Abil sangat dimanjakan oleh Daniel dan Kalia tidak menyukai itu, Daniel menerapkan sopan santun yang sama dengan apa yang Ayahnya ajarkan kepada anak-anaknya.

“adik kamu kenapa lagi itu Sagara?” melihat Sagara yang memasuki rumah membuat Kalia langsung menanyakan apa yang terjadi kepada Abil, yang dijawab oleh gelengan kepala oleh Sagara sebagai tanda kalau Sagara pun tidak mengetahui alasan dari sikap Abil.

“kamu urus dulu itu si Abil, Omah mau tidur siang dulu” Kalia beranjal pergi menuju kamarnya

            Sagara baru melangkahkan sebelah kakinya tapi sang Omah sudah terlebih dahulu menghindarinya. Sepertinya Sagara harus ekstra sabar, kesabarannya sungguh diuji kali ini. Selain harus sabar menghadapi sang Omah, Sagara juga harus bersabar menghadapi sikap Abil yang sunngu sangat membuatnya kesal hari ini. Sebenarnya ada dengan anak itu? Abil memang selalu random, tapi tidak seperti ini sampai harus bersikap tidak sopan kepada orang yang umurnya jauh diatas Abil.

            Sagara menatap pintu kamar yang bertuliskan “SyAbila purple Key Alcantara” dari ukiran kayu yang dibuat seindah mungkin. Dari tulisan saja kita sudah tahu kalau itu adalah kamar milik Abil. Sagara mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki kamar Abil, tidak ada sahutan. Sagara memutar gagang pintu kamar Abil dan menghasilkan bunyi yang menandakan bahwa pemilik kamar tidak menguncinya.

“Bil, abang masuk ya?” Sagara bertanya sebelum benar-benar memasuki kamar Abil

            Ruangan seluas dua belas meter persegi ini didominasi oleh cat berwarna ungu muda. Beberapa poster karakter Anime terlihat menempel menghiasi dinding kamar, rak yang berisikan koleksi album-album dan lightstick dari boyband favorit Abil disusun dengan sangat rapi. Sagara melihat jersey yang sudah 3 tahun ini menjadi benda pusaka bagi sang adik.

Tiga tahun yang lalu

            Stadion tempat latihan klub raksasa Spanyol Real Madrid kini sesak dipenuhi para penggemar klub sepak bola yang memili julukan “los blancos” tersebut, pasalnya kali ini merenga mengadakan agenda sesi latihan terbuka yang bisa dihadiri para fans. Ribuan pengemar bersorak melihat interaksi antara pemain Real Madrid yang begitu akrab. Bahkan ada beberapa penonton yang turut serta membawa anaknya yang masih balita, tentunya mereka mengenakan jersey berwarna putih ciri khas Real Madrid.

            Abil adalah salah satu dari ribuan penggemar sepak bola tersebut, sejak melihat pemain favoritnya memasukin lapangan hijau, Abil tak henti-hentinya berteriak menyeruakan namanya. Daniel dan Sagara bahkan harus sedikit menjauh karena segatan suara Abil dapat menyebabkan kelumpuhan pada telinga mereka.

“Abil, sini biar Papah yang minta Isco tanda tangan jersey kamu nanti” Daniel berbicara sedikit berteriak suapaya Abil tetap bisa mendengarnya ditengah kebisingan

“gak apa Papon, Abil bisa sendiri. Abi udah belajar bahasa Spanyol, jangan khawatir” seolah omongan Daniel adalah angin lalu, kini Abil kembali berteriak memanggil nama Isco lagi, dan lagi.

            Semua pemain kini berkeliling menemui penggemar mereka dengan acak. Salah satu pemain tengah andalan Real Madrid, Casemiro menghampiri tribun yang ditempati oleh Abil. Gadis itu malah panik bingung mencari jersey lain yang sudah ia siapkan untuk menerima tanda tangannya. Sagara yang melihat itu segera memberikan jaket dan spidol miliknya kepada sang pemain yang memakai nomor punggung 14 itu.

            Abil menatap Sagara seperti mengajak perang. Seharusnya kesempatan itu milik Abil, kurang lebih seperti itulah arti tatapan mata Abil. Sagara membalikan tubuh Abil secara paksa, pemain yang sedari tadi Abil teriaki namanya kini berjalan menuju arah mereka.

“ISCOOO” Abil berteriak sekeras tenaga sambil memameran jersey yang sudah ia siapkan sejak beberapa minggu yang lalu

            Sang pemain mendengar teriakan Abil, ia memberi kode supaya Abil memberikan jersey nya untuk ia tanda tangani. Tanpa nge-bug seperti saat bertemu Casemiro Abil memberikan jerseynya kepada Isco

“aduh Abil mau nomong apa ya lupa” suara Abil terdengar parau seperti akan menangis

“hola isco, esta es mi hija, es tu fan. su nombre es SyAbila puedes llamarla Abil[1]” Daniel berbicara bahasa spanyol

“hola Abil, gusto en conocerte[2]” Abil melotot tak percaya, isco memanggil namanya. Walau tak jelas karena aksen spanyol, tapi tetap saja ini membuatnya sangat bahagia

“gracias, sé feliz, mantente feliz[3]” setelah memastikan Abil mengAbil jerseynya, Isco melambaikan tangannya dan pergi untuk menemui penggemar lainnya

“walaupun Abil tadik gak paham, Abil tetep deg-degan masyaAllah” melihat sikap Abil Daniel tidak bisa menyembunyika senyumannya. Kalau Abil bahagia, Daniel lebih bahadia lagi. Ia mengusap puncak kepala anaknya itu.

 “abang, bisa bantuin Abil ngerjain tugas gambar gak?” tiba-tiba saja Abil muncul sambil memegang buku gambar ukuran A3 dan penggaris segitiga satu pasang di depan Sagara.

“Abil gak bisa terus-terusan lari dari tugas. Abil harus bertanggung jawab” Sagara tersenyum mendengar ucapan dari adiknya tersebut. “Abil gak punya banyak waktu, Abil ketinggalan 5 gambar soalnya” setelah mendengar penuturan Abil, kini Sagara mengerti kenapa gadis itu sangat terburu-buru memasuki rumah.

“tapi gak bisa sampai beres ya, abang juga punya tugas dari Papah yang harus dikerjain juga nih” Sagara menghampiri Abil yang sudah siap mengerjakan tugasnya itu

“gak apa, nanti ada Gravity kok yang batuin Abil” Abil menjawab pertanyaan Sagara tanpa mengalihkan fokusnya dari buku gambar.

            Sagara hanya perlu mengarahkan Abil, sisanya anak itu sudah mengerti harus bagaimana kedepannya. Sagara juga lulusan Teknik Kendaraan Ringan, jadi ia sudah hapal gambar apa yang akan dikerjakan oileh adiknya. Yang Sagara tidak mengerti adalah kenapa Abil sampai bisa tertinggal banyak dari teman-temannya yang lain. Setahu Sagara anak ini tidak pernah bolos pelajaran atau bolos sekolah.

“kamu kenapa bisa ketinggalan banyak gini si Bil?” Sagara merapihkan pobil Abil yang ia rasa akan menganggu konsentrasi adiknya itu

“Abil ngebantuin temen Abil, katanya mereka butuh raper di band nya buat menuhin syarat ikut lomba, kebetulan lathannya barengan sama pelajaran ini, jadi mau gak mau Abil ketinggalan” begitu fokusnya Abil hingga ia menjawab pertanyaan Sagara tanpa menoleh sedikit pun

            Memang kalau urusannya sudah denga Rap, Abil pasti akan dengan senang hati melakukannya. Abil sangat terobsesi menjadi Raper, ia bahkan peratnah membuat video berdurasi singkat seakan-akan ia bernyanyi di final dan memenangkan kompetisi Show Me The Money yang ada di Korea. Tapi Abil mengubahnya jadi Show Abil The Money, alasannya karena hanya Abil seorang kontestannya,

*****

            Bagas memandangi mobil Galaksi dengan gelisah, Abil benar-benar merealistiskan ucapannya yang ingin membuat kempes ban mobil Galaksi. Lelaki berkulit sawo matang itu menjambak rambutnya karena ia sudah tau reaksi apa yang akan dibrikan Galaksi. Bagas bahkan sampai mencopot band captain merah yang selalu menempel dilengan kirinya karena frustasi.

            Sudah cukup bagas dibuat pusing oleh pertikaian adik dan kakak itu yang tak pernah pernah berujung, menghadapi Galaksi yang terus-terusan mengusik Abil padahal ia tahu kalau Gravity sangat melindungi gadis itu.  Sekarang Abil ikut-ikutan membat kepalanya pusing karena ulahnya. Gravity pasti akan memperingati Galaksi lewat bagas terlebih dahulu sebelum akhirnya ia melabrak Galaksi dengan  bogeman mentah dipipi putihnya itu.

“gue udah minta pak satpam buat ngompa ini ban. Lo, gak perlu khawatir” bagas terperanjak kaget melihat Gravity yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

“umm, thanks” ucapan terimakasih bagas hanya dijawab Gravity dengan menaik turunkan kedua alisnya

            Bagas rasa ia tak perlu meladeni Gravity untuk sekarang, jadi ia putuskan untuk meninggalakannya saja. Tak perlu pamitan, bagas langsung beranjak pergi dan Gravity mematung memandangi punngung bagas yang semakin lama semakin mengecil. Mengheka nafas pasrah, Gravity mengambil band captain milik bagas yang tergeletak ditanah.

“Grav” Gravity menoleh dan melihat Danish dan Dede menghampirinya, mereka juga membawakan tas milik Gravity

“kita di skors tiga hari” dengan lesu Danish memberikan tas milik Gravity

“kejam banget emak lu, ngotot banget kalau kita mesti diskors” berbeda dengan Danish yang Dede malah semakin emosi setelah mendengar keputusan dari wali kelas mereka

“udah-udah, gue mau ke rumah Abil langsung nih, lo pada ikut kaga?” pertanyaan Gravity dijawab anggukan oleh temannya, ia memberikan kode supaya mereka langsung berangkat

            Tak jauh dari sana, Galaksi menyembunyika dirinya dibalik pohon dan mendengarkan percakapan dari ketiga siswa tersebut. Kalau ia tidak salah menebak, mereka dua adalah orang yang tadi bersamanya di ruang BK. Dan yang satunya lagi Galaksi sudah pasti benar kalau itu Gravity.  Ia tersenyum sinis melihat mereka mengendarai motor mereka keluar dari area sekolah.

            Galaksi sudah tau kalau Abil membuat bannya kempes, ia menyaksikannya secara langsung ketika Abil melaksanakan rencana yang ada dikepalanya tersebut. Tanpa Gravity minta pihak sekolah untuk memperbaikinya pun Galaksi tidak akan kebingungan, ia akan pulang berasama Mamahnya. Biarkan saja mobil ini biar bagas atau dipo yang bawa.

            Galaksi itu tinggi, atletis, pintar, lebih pintar dari Gravity bahkan. Ia juga terbilang sangat tampan denga kulit putih dengan rambutnya yang berwarna emas kecoklatan sangat pas ketika melihat rahanya yang tegas dan kedua bola matanya yang berwarna coklat madu. Darah Thailand dari Mamahnya dan Amerika dari Ayahnya membuat Galaksi semakin menawan. Tapi kenapa ia selalu menunduk, ia tidak bisa melihat lurus kedepan dengan percaya diri seperti orang lain? Seperti Gravity? Galaksi tidak pernah punya kepercayaan diri sebesar Gravity, seperti Gravity yang selalu siap pasang badan ketika Abil kena masalah. Galaksi tidak bisa, tidak akan pernah bisa.

            Sepasang sepatu berwarna merah bata membuat Galaksi menaikan pandangannya, seorang wanita dengan dress berwarna senada memakai kalung yang sudah tampak lusuh berbentuk serigala menghampiri Galaksi. Galaksi tersenyuk ketika mn=engetahui kalau itu adalah Mamahnya.

“marven pulang sama Mamah aja, nanti biar bagas atau dipo yang bawa pulang mobil kamu” Earth mengusap lembut rambut coklat milik Galaksi, walau ia sudah mulai kesusahan karena tinggi Galaksi yang jauh diatasnya. Galaksi mengangguk sebagai jawaban, anak itu tidak pernah membantah apa yang Mamahnya katakan.

*****

            Gravity dan teman-temmannya memasuki halaman rumah berlantai dua dengan nuansa putih-putih tersebut, tanpa tahu malu ia dan teman-temannya memakirkan motor mereka tepat disamping Camry hitam milik Sagara seolah-olah mereka adalah bagian dari keluarga ini.

            Bak pemimpin gang, Gravity memimpin danish dan dede menuju kamar Abil di lantai dua. Tapi langkah mereka terhenti saat akan menaiki anak tangga ketika Gravity melihat tak jauh dari sana Kalia, Omahnya Abil berdiri memandangi mereka dengan berkacak pinggang. Gravity cengengesan dan menghampiri Omah Kalia untuk memberi salam terlebih dahulu.

“gak lihat dari tadi ada nenek-nenek disini?” Kalia langsung menyempprot Gravity karena aksinya itu. “Kalian kira ini mall apa?” Kalia melanjutkan omelannya

“ya maaf Omah, Grav kira Omah lagi istrihata” Gravity memeluk Kalia meminta maaf

“tadinya iya Omah mau istirahat, tapi gak jadi karena suara motor Kalian yang berisik” Kalia memukul Gravity dengan kipas yang dipegannya

“aduh Omah, Grav kan udah minta maaf” Kalia tidak mendengarkan keluhan Gravity, ia malah menabmah pukulannya sekali lagi

“sudah, Abil ada dikamarnya sama Sagara, Kalian naik aja. Omah mau istirahat lagi” Kalia masuk kedalam kamarnya dan menutup pintunya tanpa memperdulikan Gravity dan teman-temannya yang ada diluar sana

“selamat istirahat Omah” Gravity sebelum akhirnya ia melanjutkan kembali langkah kerennya yang tertunda karena harus menyapa Omah dulu

            Gravity menyuruh danish dan dede naik terlebih dahulu karena ia akan membawa beberapa cemilan untuk jadi kudapan mereka. Tapi Gravity melarang mereka memasuki kamar Abil tanpa Gravity, ia bahkan memasang wajah yang menyeramkan dang mengancam kalau sampai danish dan dede berani memasuki kamar Abil tanpa izin.

            Gravity membawa berapa snack yang biasanya papah Abil sediakan, tidak sepertinya grevity bisa membuat lemari yang tadinya penuh dengan makana itu menjadi kosong. Gravity juga membawa minuman bersoda yang akan menjadi teman mereka nantiya, walau cukup kesulitan Gravity tetap memaksakannya. Dasar serakah, padahal ia bisa membawa lagi nanti kalau memang mereka menginginkan lebih.

            Dede dan danish memandang Gravity yang kesulitan membawa snack tanpa ada niatan membantunya sama sekali, mereka malah mengetuk pintu kamar Abil memberitahu Abil kalau mereka akan masuk. Seakrang kan sudah ada Gravity, mereka menempati janjinya untuk tidak masuk kamar Abil tanpa ada Gravity.

            Saat dede hendak memasuki kamar Abil, Gravity menerobos terlebih dahulu. Bahkan beberapa snack berjatuhan karena ulahnya. Danish sudah biasa melihat Gravity yang over protective kepada Abil.

            Gravity meloto tak percaya melihat Abil yang hanya menggenakan hot pants dan baju pendek model crop tee, rambut hitam panjangnya iya cepol asal. Wajah tanpa riasan Abil, pipi chuby Abil, ditambah Abil mengenakan kacamatanya, tidak Abil teralalu imut. Bahaya kalau sampai danish dan dedek naksir Abil. Gravity menyimpan snacknya asal diatas tempat tidur Abil dan berbalik dalam sekejap, danish dan dede yang di tatap dingin oleh Gravity hanya bisa menaikan alisnya bingung. Gravity mendorong kembalimereka keluar kamar Abil. Omah bilang Abil bersama abangnya, tapi kemana abanhnya sekarang? Kenapa Abil sendiran dikamarnya?

“Abil ganti celana sama baju lo, gak sopan tau” Gravity berteriak didepan pintu kamar Abil “nanti kalau udah teriak aja, ntar gue sama dede sama danish masuk” ya, ini adalah sisi menyebalkan dari Gravity. Sisi ptotectivenya.

“lo, nyuruh kita keluar cuma karena bail pake celana pendek?” Gravity mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan danish

“emang Psycho ni si Gravity. Lo pikir gue sama danish mau apain Abil hah?” dede tidak bisa lagi menyembunyikan kekesalannya kepada Gravity

“Abiil gue terlalu kawaii[4], nanti lo semua naksir kan bahaya” danish mengusap wajahnya kesal mendengar alasan tak masuk akal dari Gravity

            Abil membuka pintu kamar dengan kesal, sekarang ia sudah memakai celana training hitam panjang dan sweter panjang berwarna ungu. Tapi masih dengan model rambut yang sama dengan kaca matanya yang masih ia kenakan. 

            Danish menghela nafas pasrah ketika Gravity sedang mengacak-ngacak isi tasnya sendiri mencari sesuatu yang sudah dapat danish duga ini akan out of the box.

“pake ini, biar mereka gak naksir sama lo” Gravity memasangkan masker Angri Bird berwarna hitam dimuka Abil

“kenapa gak seKalian si Abil suruh lo pakai mukena terus cadar, biar rapet sekaligus. Yang keliatan Cuma matanya doang” dede memukul kepala Gravity pelan karena kesal melihat tingkah temannya itu.

[1] hi isco, this is my daughter, she's your fan. her name is Syabila, you can call her Abil

[2] hallo Abil, nice to meet you

[3] thank you, be happy stay happy

[4] Imut

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status