Caca sedang berada di sebuah danau buatan di belakang rumahnya, pandangannya fokus pada lukisan yang sedang ia buat.
Tiba-tiba ada suara disamping telinganya, "bagus."
Sontak gadis itu berjingkat, kuas di tangannya juga terlempar ke danau.
"Dafa! Ngagetin aja deh."
Dafa tertawa lalu duduk disampingnya. Tangannya membuka tutup dari salah satu botol minuman yang tadi dia bawa dan meletakkan disamping Caca.
"Kuasku kemana coba?! Kamu sih," kata Caca kesal. Dia berdiri dan mencari-cari kuasnya di rerumputan.
"Nyemplung di danau itu loh," ujar Dafa disertai senyum tak berdosa andalannya, jari telunjuknya mengarah ke danau.
"Gimana ngambilnya coba? Udah ke tengah lagi." Caca melepas sandalnya lalu berjalan di pinggiran danau, untung saja memakai celana pendek jadi tidak takut basah.
Dafa berdecak, "gak usah diambil sih Ca, di rumahmu kan masih banyak."
Caca menoleh ke arahnya, matanya menatap tajam.
"Gara-gara kam
"Dasar jal*ng! Gue udah bilang, jangan deketin Irfan lagi!"Kiara diam saja ketika wanita di depannya memaki bahkan menyiram segelas jus jambu ke wajahnya. Sebenarnya bukan dia yang salah, tapi Irfan lah yang terus mengganggunya. Lelaki itu terus menemuinya. Kiara ingin menjelaskan, tapi percuma, orang yang sedang marah tidak akan mau mendengar penjelasan apapun.Caca datang dan menahan tangan Jenna yang hendak menampar Kiara. Caca langsung mengambil jus alpukat dan menumpahkan diatas kepala Jenna, membuat wanita itu memekik marah."Brengs*k! Siapa datang-datang sok jagoan ...." Ucapan Jenna terhenti seketika saat melihat siapa yang menyiramnya.Dulu, saat masih SMA Caca pernah tergabung dalam grup vocal and dance cover. Jumlahnya 8 orang dengan Caca, 4 laki-laki dan 4 perempuan. Caca sangat dekat dengan Gavin, pasangan dalam grupnya.Entah kenapa, waktu itu ada penambahan 2 anggota, salah satunya Jenna. Awalnya gadis itu terlihat polos, namu
Kiara diam saja, membiarkan Satria yang meladeni mantan gebetan yang sudah membuat hidupnya susah."Ya, saya Satria, pacarnya Kiara."Pipi Kiara bersemu merah, dia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat agar tidak tersenyum. Meski yang dikatakan Satria hanya kebohongan, tapi Kiara sudah senang, setidaknya lelaki ini mempunyai rasa perduli dibalik sifat dinginnya.***"Dek, abang denger tadi kamu berantem di Caffe bang Gema?" Tanya Arga sembari duduk di samping Caca yang sedang makan.Tak lama, Gara menyusul. Lelaki itu duduk didepan Caca."Iya.""Kata Bang Gama, sama perempuan yang dulu fitnah kamu, sama temen-temenmu yang dulu juga.""Mantan temen," ucap Caca meralat ucapan Gara."Ya ... itulah maksudnya.""Kamu gak kenapa-napa kan?" Tanya Arga mengelus surai lembut adiknya."Gak pa-pa kok, tapi dia aku tampar.""Bagus dong, perempuan kayak gitu emang pantes dikasih pelajaran," kata Gara antusias.
Dafa datang ke rumah Caca saat mendengar sahabatnya sakit. Dia mengetuk pintu kamar gadis itu, ditangannya terdapat semangkuk bubur buatan sang bunda.Karena tidak ada tanggapan dia pun membuka pintu sendiri, toh biasanya juga begitu."Ca, kamu sakit apa?" Ucapnya mendekati sang sahabat yang sedang berbaring memunggunginya.Khawatir, jelas. Gadis bar-bar itu biasanya meski sakit tidak akan mengurung diri di kamar seperti saat ini.Pandangannya tertuju pada wajah pucat sahabatnya, juga kantung mata yang besar, jelas gadis itu habis menangis. Apa terjadi sesuatu padanya? Kenapa Caca tidak memberitahunya?"Ca ...." Tangan Dafa mengusap pipi Caca membuat gadis itu mengerjap pelan.Sambil mengucek-ucek matanya, dia berkata dengan tidak yakin, "Dafa ....""Iya, ini aku. Makan dulu ya, kata Bik Ani kamu belum makan dari pagi, ini tadi bunda buatin bubur.""Gak nafsu."Dafa berdecak kesal, "sok-sokan gak nafsu, bias
"Daf ...."Dafa menoleh, menatap wajah sang sahabat yang saat ini duduk di sampingnya. Malam ini, mereka berada di rumah pohon, melihat bintang-bintang seperti yang biasa mereka lakukan sejak kecil, namun jarang mereka lakukan akhir-akhir ini."Jangan pacaran dulu, ya.""Kenapa?"Gadis itu tersenyum tipis."Kebiasaan kamu jadi kacang lupa kulit kalo udah ada pacar," jawabnya sembari menatap wajah sang sahabat.Entah kenapa, malam ini wajah lelaki itu terlihat lebih tampan. Sejak dulu, Caca ingin melarang Dafa pacaran, tapi tidak berani. Dia takut Dafa marah lalu menjauhinya."Maaf ya, aku juga gak tau kenapa bisa sejahat ini sama kamu."Tangan lelaki itu terulur mengelus surai gadis disebelahnya."Aku belum siap pisah sama kamu, mungkin sekitar dua tahun lagi gak pa-pa. Tapi gak mungkin 'kan kamu mau ngejomblo selama itu."Mendengar kata-kata gadis itu membuat hatinya tiba-tiba tidak senang. Dia segera memel
"Pelan-pelan Ca," lirih Arga saat pipinya dikompres Caca.Karena masih kesal Caca justru semakin menekan kompresannya pada lebam itu hingga menimbulkan ringisan dari bibir abangnya."Sakit?."Arga diam, begitupun Gara yang sudah selesai diobati."Lain kali diulangi."Gara tersenyum, "kalo diulangi nanti kamu obati lagi Ca?"Caca menempelkan plaster di pelipis Arga lalu menatap tajam abangnya yang selalu banyak tanya."Enggak, nanti aku minta tolong ke Dafa buat ngobatin kalian.""Bukannya sembuh malah masuk rumah sakit," cibir Gara.Ia masih ingat ketika dulu dirinya dan Arga terluka lalu Caca meminta tolong Dafa agar mengobati keduanya karena adik perempuannya itu ada jadwal les. Bukannya sembuh, dia dan Arga justru berakhir menginap di klinik terdekat, rasanya pun bukan seperti diobati melainkan seperti dihajar dua kali.Malas menyahut, Caca segera membereskan isi kotak P3K lalu berjalan ke meja dekat TV,
"Hama banget tau nggak, kalau ada pestisida pasti langsung gue semprot."Seketika semua yang ada di meja itu tergelak mendengar ucapan Caca."Kasian banget hidup lo Ca ... Ca." Kiara menggelengkan kepala tak habis pikir. Sebagai orang yang tau kisah berakhirnya persahabatan Caca dengan teman 1 grupnya dulu, dia merasa sangat prihatin."Sial banget. Kenapa gue harus ketemu mereka lagi coba? Kalau kayak gini gue jadi pingin pindah, ikut Bang Dev.""Heh! Sembarangan. Gak usah pindah-pindah segala, kalau mereka berani ganggu lagi nanti kita bantu ngelawan," ujar Naya dengan semangat. Iya, semangat menghajar para hama tadi.Ucapan Naya barusan mampu membuat Caca tersenyum."Kalau perlu bantuan yang lain bilang aja, ntar kita bantuin," kata Erza membuat keempat gadis yang ada disana kaget. Terutama Caca.Jika dibantu Erza, berarti dia melibatkan anggota UKS yang lain, termasuk kedua abangnya. Tidak boleh! Selama ini juga tidak ada yang tau
"Terus gimana ceritanya tadi bisa ketemu Gavin?" Tanya Dafa sembari terus mengelus rambut Caca, sesekali bahkan mencium rambut yang wanginya selalu menenangkan."Ya ... gitu.""Kok gitu?"Caca menghela napas kesal, wajahnya mendusel-dusel di dada bidang sang sahabat.Setelah beberapa detik barulah gadis itu mengangkat wajahnya yang menampilkan ekspresi cemberut."Kesel banget ... pingin aku banting, tapi mau megang tangannya aja males.""Kamu dicegat atau cuma papasan?""Dicegat, dia megang tanganku," balas Caca dengan ekspresi jijik.Dafa mencium keningnya lalu kembali merengkuh gadis itu dengan sayang."Enggak pa-pa, nanti kalau ketemu bakal aku kasih peringatan supaya nggak ganggu kamu lagi," ujarnya, sedangkan Caca hanya mengangguk sebagai jawaban.***Pagi harinya, saat akan pergi ke kampus ternyata Dafa pun sama. Motor lelaki itu juga baru mencapai gerbang rumahnya."Pagi!" Sapa Cac
[Hai, mau makan siang bareng nggak?]Baru saja Caca membuka aplikasi chatting berwarna hijau, sudah ada pesan yang masuk. Nomor baru, tidak ada foto profilnya, siapa?Mana ngajak makan siang pula! Walaupun sudah besar begini, tapikan Caca takut diculik seperti saat masih SMP dulu. Dia harus selalu waspada karena kejahatan ada dimana-mana dan tidak memandang usia, bisa saja kan orang dewasa diculik lalu dijual. Huh, amit-amit. Caca bergidik sendiri membayangkannya.[Siapa?][Dapat nomor gue darimana?]Pesan beruntun dikirimkan Caca. Duh, kenapa dia jadi seperti menginterogasi begini?[Fahry]Bertanya panjang lebar taunya cuma dijawab begini."Siapa, Ca?" Tanya Kiara saat mendengar temannya mendengus.Saat ini, keempat gadis populer itu sedang berjalan menuju tempat parkir."Fahry," balas Caca singkat, padat, dan jelas."Lo sering chatan sama dia?" Kini giliran Naya yang bertanya.Caca menggeleng