Share

Bab 8

"Yang punya pacar suruh putusin aja Ca," ucap Fey seenaknya.

Caca menggeleng tidak terima, "gak bakal gue kenalin ke kalian."

"Ganteng mana sama si kembar anak Darmajaya sekaligus ketua geng UKS Ca?" Tanya Fey menyebutkan dua pemuda populer yang kuliah di salah satu kampus terkenal di kota mereka.

"Nah iya tuh, setau gue sampai saat ini cowok yang gantengnya gak manusiawi itu ya cuma mereka," kata Naya menimpali.

"Setara kok," jawab Caca tersenyum, tidak mungkin ia mengaku bahwa si kembar dari Darmajaya sekaligus ketua UKS itu adalah abang yang dia maksud.

***

  Caca pulang dari Situ Cisanti jam 7 malam. Saat ini dia sedang duduk di depan meja rias, mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Caca melirik ponselnya yang berbunyi, ternyata Dafa menelfon.

"Halo."

"Lagi apa Ca?" Tanya Dafa dengan riang, sepertinya dia sudah melupakan kejadian kemarin padahal Caca masih sedikit malu.

"Habis mandi nih," jawab Caca sekenanya.

"Wah, pantes wanginya sampe sini," kata Dafa cekikikan membuat Caca memutar bola mata malas.

"Gak usah gembel deh."

"Gombal, astaga ...."

Caca terkekeh, "ya ... itulah maksudku."

"Nginep dimana Daf?" Tanya Caca kemudian.

"Di rumah Arya nih."

"Udah makan?"

"Udah dong emangnya kamu, suka telat makan."

"Hemm."

"Kangen Ca," rengek Dafa di seberang sana.

"Pulang dong," jawab Caca santai sambil memakai krim malam di wajahnya.

"Kayaknya besok aja deh aku pulangnya."

"Kamu lagi sendirian ya?" Tanya Caca curiga akan sikap manja sahabatnya, tidak mungkin lelaki itu akan bersikap manja apabila ada orang lain di dekatnya.

"Iya," jawab Dafa.

"Besok mau aku bawain apa?" Tanya Dafa.

"Apa aja asal bisa dimakan, udah dulu ya Daf aku mau makan," kata Caca saat perutnya tiba- tiba berbunyi.

"Oke! Yaudah peluk jauh Caca, jangan lupa mimpiin aku ya," ucap Dafa cekikikan.

"Dih, najis!" balas Caca yang geli dengan ucapan sahabatnya.

***

  Caca mengerjapkan mata ketika ada yang menepuk-nepuk pipinya. 

"Ayo joging jangan tidur aja," ucap Gara ketika melihat sang adik membuka mata.

Caca mengerang dan memiringkan badannya membelakangi kedua kakaknya, "Males," ucapnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Ayo dong Ca, kalo gak mau olahraga nanti gendut lo," kata Gara mencoba merayu adiknya lagi.

"Gak mau, pokoknya gak mau." 

Caca kekeh tidak mau bangun, bahkan kini gadis itu menutup wajahnya dengan selimut.

Arga menghela napas pelan mencoba sabar, membangunkan adik perempuannya untuk olahraga memang sangat susah dan butuh tenaga ekstra.

Tidak mau tinggal diam, Arga memberi kode pada kakaknya agar dia saja yang mencoba membangunkan Caca. Setelah Gara mengangguk dia bergegas menggelitik kaki Caca yang tidak tertutup selimut.

Gara dan Arga mencoba menahan tawa saat kaki Caca mencoba menendang tangan Arga, juga gadis itu yang terus mengomel di dalam selimut.

"Jangan gelitikin kakiku, geli."

"Makanya bangun," ucap Arga.

"Gak mau, capek. Gak mau olahraga pokoknya," kata Caca mengingat saat dirinya harus lari keliling komplek yang luasnya subhanallah sangat membuat Caca lelah dan kehausan. Dia hampir pingsan saat itu.

"Yaudah main basket aja deh," kata Arga karena tidak berhasil membangunkan Caca.

"Lima menit, kalo lebih dari itu belum keluar juga, inisiap-siap abang seret kamu keliling komplek."

Bibir Caca mencebik kesal mendengarnya, mereka yang suka olahraga kenapa dia harus terkena imbasnya juga.

  Kini mereka tengah berada di lapangan yang ada di samping rumah, Gara dan Arga sibuk main berdua, sedangkan Caca mencoba memasukkan bola dengan membelakangi ring.

Sekitar satu jam mereka berlatih basket tiga saudara itu akhirnya kelelahan, mereka masuk kamar masing-masing untuk mandi setelah itu mengisi perut.

Caca membuka ponselnya kemudian membuka aplikasi I*******m dan mengunggah salah satu fotonya di Situ Cisanti kemarin.

  Di tempat lain, Dafa yang baru akan pulang mengambil ponselnya dan membuka aplikasi yang sama. Dia melihat foto sahabatnya duduk menghadap danau, gadis itu mengenakan sweater ungu dan jeans sobek, rambutnya diurai tidak lupa dengan riasan tipis diwajahnya yang membuatnya kelihatan semakin cantik.

Dia mengirim pesan pada Caca. 

"Mainnya gak ngajak-ngajak nih," tulisnya.

Tak lama muncul balasan dari sahabatnya itu, "Kamu gak di rumah sih."

"Kalo udah pulang, main yuk."

"Kemana?"

"Kamu maunya kemana?"

"Bagusnya kemana ya?"

"Lah ditanya kok malah nanya."

"Kamu juga gitu." Dafa terkekeh membaca pesan gadis itu yang tidak mau kalah. Erki dan Gio yang duduk di sampingnya mengernyitkan dahi dan saling bertatapan.

"Gila lo Daf?" Tanya Erki.

"Mana ada gila, lagi chatan sama pacarnya pasti," balas Gio.

Dafa melihat keduanya dan tersenyum. "Temen," jawabnya.

"Temen tapi mesra," timpal Dion.

Dafa hanya tersenyum dan melanjutkan berkirim pesan dengan Caca. Mereka memutuskan akan pergi ke Rumah Stroberi.

Beberapa menit kemudian, Dafa dan teman-temannya bergegas pulang.

   Dafa baru sampai rumah pada malam hari, tadi dia dan teman-temannya harus mampir ke suatu tempat terlebih dahulu.

Setelah memasukkan motornya ke garasi, Dafa segera masuk dan mencari bundanya.

"Assalamualaikum bunda ... anak ganteng pulang!" 

Fenti yang mendengar teriakan anaknya pun buru-buru ke ruang tamu.

"Kamu kok udah pulang, katanya mau dua hari disana?" Tanya Fenti heran, tapi tak urung memeluk putra semata wayangnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status