Beranda / Romansa / TRAUMA / 11. A Good Player

Share

11. A Good Player

Penulis: kunkimmm
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-01 13:23:00

'Kenangan beracun yang ada di hatiku, terus tumbuh dan semakin dalam. Mendorongku lebih jauhmenyudutkanku, termasuk menyalahkan diri.'

[EXO - Trauma]

...

Tahu apa arti Kim Sara untuk Jooin?

Jooin selalau menganggap Sara adalah separuh dirinya. Ketika Sara sakit, maka Jooin akan menjadi satu-satunya yang kesakitan menyaksikan hal itu. Ketika Sara menangis karena segala tuntutan keluarganya sendiri, Jooin akan menjadi satu-satunya orang yang bersedih untuk Sara. Ketika Sara senang, Jooin akan menjadi yang paling bahagia melihat ada tawa di bibir kecil Sara. Dan ketika semua orang menentang keinginan Sara, Jooin akan menjadi satu-satunya yang mendukung Sara dalam keadaan apapun.

Jadi saat Jooin mengetahui apa yang terjadi pada Sara saat ini, Jooin hancur sehancur-hancurnya. Sebagian dirinya meradang, membayangkan selama ini Sara kesulitan tanpa dirinya, mengetahui Sara menutupi kenyataan mengerikan itu dari Jooin.

Perasaan kecewa dan sedih bercokol dalam diri Jooin, kecewa pada dirinya sendiri yang tidak mampu menjaga Sara, tidak mampu melindungi Sara dari orang-orang brengsek seperti Lee Ethan. Jooin merasa gagal menjadi peran seorang kakak yang baik, dan mampu menjaga adiknya.

Jooin bahkan lebih menyayangi Sara lebih dari dirinya sendiri.

Tapi malam itu, Jooin mendengar sesuatu yang terdengar mengerikan dari sang ayah.

"Sara akan menikah dengan Lee Ethan, persiapkan segalanya mulai dari sekarang."

Entah bagaimana, suara Kim Jisang malam itu mendadak terasa begitu berkali-kali lipat lebih menyebalkan dari biasanya. Jooin teramat membenci mereka, ayahnya, ibunya, dan seluruh anggota keluarganya yang selalu mengejar kesempurnaan semu. Namun lebih dari itu semua, Jooin lebih membenci dirinya sendiri yang bahkan tidak mampu untuk sekedar melawan, ataupun membela Sara. Selalu seperti itu.

"Adikmu itu bodoh atau bagaimana, jelas-jelas Ethan mencoba bertanggung jawab. Tapi anak bodoh itu malah menolaknya."

Sara bukan wanita semacam itu, Jooin mengenal adiknya lebih dari siapapun bahkan diri Sara sendiri. Jisang tidak tahu apapun, entah itu mengenai dirinya maupun Sara. Jisang tidak pernah sekalipun menjadi ayah yang mengerti anak-anknya, lelaki tua itu hanya tahu cara memaksa dan menuntut.

Malam itu Jooin hanya bungkam tanpa mengatakan pembelaan, ataupun menyetujui perintah ayahnya. Karena sekeras apapun Jooin menolak, Jisang akan selalu menjadi pemenangnya.

Pengecut, itulah yang selalu Jooin rapalkan setiap saat pada diriya sendiri, kala mengingat bagaimana dirinya yang tidak mampu melindungi Sara dari orang-orang gila di luar sana. Seperti Lee Ethan misalnya.

Hingga membawa Jooin pada tempat ini, Singapore. Jooin bukan melarikan diri, tapi ayahnya yang mengirim Jooin ke tempat ini, dengan alasan mengecek keadaan cabang perusahaan yang akan di buka.

Informasinya pasti sudah sampai ke telinga Jisang, tentang penyerangan Jooin di kantor milik Ethan. Jisang pastinya takut jika Jooin akan mengacau lagi, dankemudian menghancurkan rencana pernikahan Sara. Sudah cukup Sara mengacaukan hubungannya dengan keluarga Kim Dojun, kali ini pastinya Jisang tidak akan membiarkannya.

"Peresmiannya akan di mulai dalam lima menit lagi, Anda harus segera bersiap Tuan." Suara sekretaris Jooin menyadarkan Jooin dari lamunannya, mendongak pada lelaki paruh baya yang duduk di seberang tempat duduk Jooin. Mengangguk singkat, lalu membereskan berkas-berkas yang sebelumnya terabaikan karena Jooin sibuk melamun.

"Usahakan semuanya selesai hari ini, besok kita kembali ke Seoul." Titah Jooin pada si Sekretaris, yang langsung mendapat anggukan sebagai balasan.

...

Sara masih tidak mengerti, dengan perasaannya sendiri pada Ethan. Setelah semua yang berlalu beberapa waktu terakhir, setelah penolakan dan tuduhan tidak masuk akal, lalu mendadak Ethan datang bak pahlawan kesiangan akibat kurang tidur karena semalaman sibuk bermain wanita. Sialan.

Sara masih tidak mengerti dengan isi kepala Ethan, yang memang hampir sepenuhnya penuh oleh selangkangan wanita dan sudah sangat amat rusak itu. Ya, Ethan dan isi kepalanya yang rusak itu seharusnya tidak dapat di percaya sama sekali.

Terutama saat Sara menyadari jika jalanan yang ia lewati bukan menuju ke apartementnya, Sara belum pernah melewati jalanan ini. Lalu menoleh pada si tersangka utama, yang tengah memegang kemudi mobil.

"Ini bukan jalanan menuju apartementku." Benar, ini bukan jalannya. Dan Ethan sendiri pasti tahu betul ini bukan jalannya, mengingat sesering apa dulu Ethan datang ke apartement Sara. Akan terdengar konyol jika Ethan mendadak terkena amnesia.

Ethan menjawab tanpa minat, "Memang bukan."

Sejenak Sara terdiam untuk beberapa saat, lalu berujar dengan nada kesal.

"Turunkan aku."

Ethan melirik lewat ujung matanya singkat, dan kembali fokus pada kemudi, mengabaikan ucapan Sara. "Kau cukup duduk manis ditempatmu saja, jangan banyak bicara. Dan jangan membantah."

Sara sudah teramat lelah dengan semua yang terjadi hari ini, bertemu dengan keluarganya saja sudah membuat Sara merasa semakin tertekan.

Dan kini, ia harus di hadapkan dengan orang gila macam Ethan. Sepertinya Sara memang sudah kehilangan akal sehatnya, mengingat dulu ia sempat menyukai si brengsek Lee Ethan ini. Jika Ethan gila, dan Sara sangat menyukainya, maka Sara di atas gila. Tidak waras, sinting.

Sejauh mata Sara memandang, hanya ada beberapa rumah yang ia lihat lewat jendela mobil yang melaju dengan kecepatan sedang itu. Entah apa yang tengah di rencanakan Ethan, dan ke mana dia akan membawa Sara.

Hari sudah malam, sebenarnya Sara hanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah lalu bergelung dengan selimut hangatnya. Bukannya duduk di mobil bersebelahan dengan si berengsek Lee Ethan , yang tengah mengemudikan mobilnya entah ke mana.

Ethan diam-diam melirik pada Sara lewat sudut matanya, dan menemukan Sara yang menatap kosong pada jalanan malam yang terlewati. Ada gurat kelelahan yang tak kentara di wajah Sara, wajah itu terlhat tidak berekspresi. Ah, Ethan lupa, jika wajah wanita itu memang sudah selalu seperti itu, datar, kosong, lelah. Ethan tidak ingat kapan terakhir kali ia menemukan tawa di bibir itu, tawanya yang lepas dan tulus. Semua itu seolah mendadak lenyap, entah ke mana.

Sebuah kerutan tak kentara terlihat di kening Sara, ketika mobil milik Ethan berhenti di sebuah pekarangan rumah yang terbilang sangat besar, setelah hampir setengah jam perjalanan.

Sara tidak ingat pernah kemari sebelumnya. Selama ia mengenal Ethan, Sara hanya sesekali di bawa lelaki itu ke apartement miliknya. Karena Ethan memang tidak memiliki rumah, tidak mungkin ini rumah kerabatnya, setahu Sara lelaki itu juga tidak memiliki keluarga ataupun kerabat.

Ada banyak sekali pertanyaan yang berseliweran di benak Sara saat itu, terutama saat Ethan membuka pintu mobil dan menyuruhnya untuk ikut turun. Langkah kaki Sara mengikuti Ethan yang berjalan menuju pintu masuk, dan yang lebih membuat Sara semakin tidak mengerti lagi, Ethan masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan lagi pintu rumah tersebut tidak terkunci sama sekali. Tiba-tiba sekitar lima orang pelayan datang menghampiri keduanya.

Jangan bilang?

Semua pelayan itu menunduk. "Selamat datang Tuan, Nyonya."

Sara menoleh tidak habis pikir pada Ethan, lelaki itu lalu mengangguk singkat dan menyuruh para pelayan tersebut untuk pergi, lalu balas menatap Sara.

"Ini rumah kita," katanya santai, mengantongi tangannya.

"Apa?" tanya Sara dengan nada kesal terselip di sana, menatap jengah pada Ethan. Sara benar-benar muak, dengan segala keegoisan Ethan, dan selalu berlaku semaunya.

"Kau tidak dengar? Ini rumah kita," kata Ethan lagi, menunjuk Sara. "Kau," lalu pada dirinya sendiri, "Dan aku."

Sara tertawa remeh, masih menatap Ethan dengan pandangan tidak habis pikir. "Apa kau memang selalu seperti ini Lee Ethan?" tanyanya terdengar sinis lalu kembali melanjutkan. "Egois, berlaku semaumu?"

Ethan mengangkat bahunya acuh, "Sejak awal aku memang seperti ini, kau baru sadar ya?" tuturnya dengan seringai meremehkan. Lalu berlalu dari sisi Sara dan berjalan menuju tangga yang menghubungkan lantai satu dan dua. Ethan tiba-tiba menghentikan langkah lebar kedua kakinya, menoleh pada Sara yang masih enggan beranjak dari tempatnya.

"Kamar kita di lantai dua, pintu pertama. Semua barang-barangmu sudah di sini." Jelasnya santai, lalu kembali melangkah pergi. Meningglkan Sara yang merasa dongkol dengan kelakuan lelaki gila itu.

"Sepertinya para pekerja melakukan pekerjaannya dengan baik, mereka menyelesaikan tugasnya dalam waktu singkat." gumam Ethan agak keras, terlihat sangat jelas jika itu memang di sengaja agar Sara dapat mendengarnya.

Lantaran Sara yang tidak segera menyusul, Ethan pun kembali berbalik. Menatap Sara dengan satu alis terangkat. "Tidak naik? Bukankah sebelumnya kau sangat ingin cepat pulang, kita sudah pulang, kita sudah di rumah."

Tidak, bukan rumah macam ini yang Sara inginkan. Ini bukan rumah, ini neraka.

Mengabaikan Ethan yang masih berdiri di ujung tangga, Sara yang sudah lelah dengan tingkah Ethan, berjalan melewati lelaki itu tanpa mengatakan apapun lagi. Percuma, semua hanya akan berakhir sia-sia jika berdebat dengan spesies semacam Ethan Lee. Oh maaf, Sara tidak sedang menjadi orang yang pesimis, ia hanya sedang mencoba realistis.

Iris Ethan tidak meninggalkan Sara barang sedekitpun, menatap si wanita yang melewatinya begitu saja. Dengan langkah lambat, Ethan berjalan di belakang Sara. Menatap punggung ringkih itu intens, sudut bibirnya terangkat menampilkan seulas seringai tipis.

Benar, tetaplah seperti itu. Setelah ini, setelah Kim Sara akhirnya berada dalam kendalinya penuh. Maka Ethan akan menjanjikan kesengsaraan padanya, kesengsaraan yang sebenarnya.

Suara debum kasar dari pintu yang tertutup menyadarkan Ethan, dengan kening berkerut menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat, dengan Sara yang sudah masuk ke dalam terlebih dahulu. 

Ethan pun segera meraih gagang pintu, berniat membukanya. Namun nihil, ternyata Sara sudah lebih dulu mengunci pintunya. Dengan kesal, Ethan mencoba membuka pintu tersebut, meski ia sendri tahu itu tidak akan berhasil jika Sara tidak membuka kuncinya dari dalam. Raut muka Ethan yang sebelumnya terlihat angkuh hilang dalam sekejap berubah murka, menatap penuh amarah pada pintu.

"KIM SARA!!"

[]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TRAUMA    67. A Happy Ending ( AU )

    Waktu benar-benar mengubah banyak hal, Ethan tidak sedang membual atau apalah itu, Ethan seirus dengan itu. Meskipun tentu tidak semuanya berubah, seperti halnya Sara yang masih saja tetap keras kepala dalam setiap kesempatan, dan Ethan akan menjadi pihak yang selalu mengalah untuknya.Perubahan lainnya juga seperti Hajin dan istrinya Hyeji yang menikah sekitar setahun yang lalu, Taekyung yang semakin aktif sebagai aktor film dan drama, Minjoon menjadi pengacar ternama, dan juga Jooin yang kata Sara akhir-akhir ini sedang dekat dengan seorang wanita. Mereka semua memang berubah dan Ethan sendiri mengkui itu, tetapi kelakuan mengesalkan mereka semua yang selalu datang ke rumah Ethan seolah rumah Ethan taman bermain tampaknya tidak akan pernah berubah.Saat ini rumah Ethan sudah mirip penampungan orang-orang aneh, dimana Hajin dan istrinya yang sibuk memasak di dapur untuk menyiapkan makanan untuk semua orang. Lalu Jooin, Taekyung dan Minjoon yang sedang asyik berm

  • TRAUMA    66. Heaven Sent You to Me ( AU )

    Sejak bertahun-tahun yang lalu, Ethan tidak pernah mengenal apa itu kasih sayang maupun sesuatu bernama cinta. Yang Ethan ketahui selama ini hanyalah hidup dengan penuh percaya diri, dan dapatkan apapun yang kau inginkan meskipun Ethan harus mengejarnya sampai ke ujung dunia dengan nafas tersenggal sekalipun. Ethan mempelajari itu semua dari selama Ethan tumbuh di panti asuhan sejak dirinya perlahan mulai mengerti apa itu kehidupan, entah itu ketika Ethan yang terkadang berebutan mainan dengan anak-anak lain, atau merebutkan pakaian yang di donasikan oleh seseorang ke panti asuhan. Mengingat panti asuhan yang menjadi tempat Ethan besar, hanyalah panti asuhan kecil di pinggiran kota Seoul. Selama Ethan besar di sana, Ethan belajar tentang mendapatkan sesuatu yang dia inginkan dari tangan-tangan orang lain yang juga menginginkan hal yang sama dengan Ethan. Ethan harus lebih tangguh, lebih kuat, lebih percaya diri, lebih egois, dan lebih serakah agar hal-h

  • TRAUMA    65. Dying in Your Arm ( AU )

    Ethan tidak pernah tahu bagaimana rasanya kematian, ataupun akhir dari dunia. Karena Ethan belum pernah mengalami kematian dan sejenisnya, dan lagi dunia masih baik-baik saja juga jauh dari kehancuran.Tetapi mungkin, mungkin rasanya akan jadi seperti yang Ethan rasakan saat ini.Saat Ethan mengambil ponsel yang ditinggalkan Sara, Ethan tidak segera kembali dan justru sedikit membicarakan hal yang lupa dia katakan pada Jooin selama rapat dadakan tadi. Sehingga membuat dirinya tinggal sedikit lama di apartemen Jooin dan tidak segera mengambil ponselnya.Jika saja ponsel milik Jooin yang terus bergetar di atas meja tidak segera Jooin ambil, mungkin saja rasa kematian dan akhir dunia benar-benar akan Ethan rasakan.“Basement! Seseorang mencoba menyerang Sara di basement! Cepat turun kemari!”Suara Jiran yang berbicara dengan suara panik dan tak beraturan di panggilan ponsel milik Jooin, dengan mengatakan hal paling menakutkan yang pernah Etha

  • TRAUMA    64. Don't Leave Me ( AU )

    Sekitar jam sebelas, tiga jam sejak Ethan datang ke apartemen Jooin. Akhirnya rapat dadakan tersebut selesai.Jiran sudah pulang lebih dulu beberapa saat sebelumnya, dan Jooin sedang sibuk membereskan dokumen yang berserakan di atas meja.Ethan yang memerhatikan bagaimana wajah pucat Jooin hanya bisa menggeleng pelan, kasihan sekali kakak iparnya yang satu ini. Disaat kondisinya jauh dari kata baik malah Ethan buat sibuk dengan berbagai pekerjaan yang menumpuk dikarenakan saat ini Hiraga kehilangan pemiliknya, dan beberapa pemegang saham seperti perusahaan Ethan mencoba memperbaikinya dengan fondasi yang baru.Tetapi itulah yang Ethan suka, ia sangat suka melihat Jooin yang kerepotan olehnya. Pemandangan semacam ini merupakan hiburan tersendiri untuk Ethan.Alih-alih membantu Jooin, Ethan justru menjauh dari ruang tamu dengan pandangan menelisik mencari keberadaan Sara.Saking fokusnya Ethan dengan urusannya hingga lupa jika dia datang kemari bersa

  • TRAUMA    63. Dream ( AU )

    Meski sudah berlalu hampir tiga bulan lamanya sejak perintah penangkapan Dojun, namun sampai saat ini lelaki itu masih belum juga tertangkap. Status buron masih melekat di depan nama Dojun, dan kemungkinan tak akan pernah lepas.Sekitar dua minggu sebelumnya, Sara maupun Ethan mendapati kabar bahwa kedua orang tua Dojun bunuh diri saat di dalam tahanannya. Lalu disusul Jeny yang juga menusuk lehernya dengan sumpit beberapa hari kemudian hingga tewas.Cukup mengejutkan memang, Sara tidak menyangka jika ketiganya akan bertindak sampai sejauh itu.Dalam perjalanan menuju apartemen Jooin pagi ini, Sara menatap bangunan yang dilewati mobil dengan isi kepala bertebaran. Memikirkan bagaimana keadaan Dojun saat ini, apa yang dilakukan Dojun, dan bagaimana reaksinya kala mendengar kabar tersebut.Ethan sendiri yang duduk di kursi balik kemudi hanya sesekali melirik Sara lewat ujung matanya, semenjak kabar kematian Yoochan dan istrinya serta Jeny, Sara jadi l

  • TRAUMA    62. Agaist ( AU )

    Televisi besar di ujung ruangan masih menyala, dengan si pembawa berita yang terus menerus menyebut nama Ethan, Jooin dan Dojun sampai membuat Ethan yang duduk di kursi kebesarannya menghela bosan dengan pemberitaan yang sama dalam beberapa hari terakhir.Lalu perhatian Ethan berpindah pada Seja yang duduk saling berhadapan dengan Jooin, jangan lupakan juga Jiran yang duduk di sebelah Jooin. Ketiganya terlihat sibuk membahas masalah departemen store yang sempat mendapati masalah semenjak Hiraga jatuh, dikarenakan ada beberapa store dan produk yang berasal dari Hiraga.Kedua iris Ethan menatap ketiganya dengan dagu di tangan, terlihat bosan dengan pemandangan yang tersaji di depannya.Sebelumnya tidak ada posisi wakil Direktur sama sekali di perusahaannya, semua urusan penting hanya Ethan sendiri langsung yang melakukannya. Ethan dan beberapa sekretaris lainnya termasuk Seja, yang urusan menangani ini-itu.Ethan tidak memerlukan wakil atas posisinya, karen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status