'Kenangan beracun yang ada di hatiku, terus tumbuh dan semakin dalam. Mendorongku lebih jauh, menyudutkanku, termasuk menyalahkan diri.'
[EXO - Trauma]
...
Tahu apa arti Kim Sara untuk Jooin?
Jooin selalau menganggap Sara adalah separuh dirinya. Ketika Sara sakit, maka Jooin akan menjadi satu-satunya yang kesakitan menyaksikan hal itu. Ketika Sara menangis karena segala tuntutan keluarganya sendiri, Jooin akan menjadi satu-satunya orang yang bersedih untuk Sara. Ketika Sara senang, Jooin akan menjadi yang paling bahagia melihat ada tawa di bibir kecil Sara. Dan ketika semua orang menentang keinginan Sara, Jooin akan menjadi satu-satunya yang mendukung Sara dalam keadaan apapun.
Jadi saat Jooin mengetahui apa yang terjadi pada Sara saat ini, Jooin hancur sehancur-hancurnya. Sebagian dirinya meradang, membayangkan selama ini Sara kesulitan tanpa dirinya, mengetahui Sara menutupi kenyataan mengerikan itu dari Jooin.
Perasaan kecewa dan sedih bercokol dalam diri Jooin, kecewa pada dirinya sendiri yang tidak mampu menjaga Sara, tidak mampu melindungi Sara dari orang-orang brengsek seperti Lee Ethan. Jooin merasa gagal menjadi peran seorang kakak yang baik, dan mampu menjaga adiknya.
Jooin bahkan lebih menyayangi Sara lebih dari dirinya sendiri.
Tapi malam itu, Jooin mendengar sesuatu yang terdengar mengerikan dari sang ayah.
"Sara akan menikah dengan Lee Ethan, persiapkan segalanya mulai dari sekarang."
Entah bagaimana, suara Kim Jisang malam itu mendadak terasa begitu berkali-kali lipat lebih menyebalkan dari biasanya. Jooin teramat membenci mereka, ayahnya, ibunya, dan seluruh anggota keluarganya yang selalu mengejar kesempurnaan semu. Namun lebih dari itu semua, Jooin lebih membenci dirinya sendiri yang bahkan tidak mampu untuk sekedar melawan, ataupun membela Sara. Selalu seperti itu.
"Adikmu itu bodoh atau bagaimana, jelas-jelas Ethan mencoba bertanggung jawab. Tapi anak bodoh itu malah menolaknya."
Sara bukan wanita semacam itu, Jooin mengenal adiknya lebih dari siapapun bahkan diri Sara sendiri. Jisang tidak tahu apapun, entah itu mengenai dirinya maupun Sara. Jisang tidak pernah sekalipun menjadi ayah yang mengerti anak-anknya, lelaki tua itu hanya tahu cara memaksa dan menuntut.
Malam itu Jooin hanya bungkam tanpa mengatakan pembelaan, ataupun menyetujui perintah ayahnya. Karena sekeras apapun Jooin menolak, Jisang akan selalu menjadi pemenangnya.
Pengecut, itulah yang selalu Jooin rapalkan setiap saat pada diriya sendiri, kala mengingat bagaimana dirinya yang tidak mampu melindungi Sara dari orang-orang gila di luar sana. Seperti Lee Ethan misalnya.
Hingga membawa Jooin pada tempat ini, Singapore. Jooin bukan melarikan diri, tapi ayahnya yang mengirim Jooin ke tempat ini, dengan alasan mengecek keadaan cabang perusahaan yang akan di buka.
Informasinya pasti sudah sampai ke telinga Jisang, tentang penyerangan Jooin di kantor milik Ethan. Jisang pastinya takut jika Jooin akan mengacau lagi, dankemudian menghancurkan rencana pernikahan Sara. Sudah cukup Sara mengacaukan hubungannya dengan keluarga Kim Dojun, kali ini pastinya Jisang tidak akan membiarkannya.
"Peresmiannya akan di mulai dalam lima menit lagi, Anda harus segera bersiap Tuan." Suara sekretaris Jooin menyadarkan Jooin dari lamunannya, mendongak pada lelaki paruh baya yang duduk di seberang tempat duduk Jooin. Mengangguk singkat, lalu membereskan berkas-berkas yang sebelumnya terabaikan karena Jooin sibuk melamun.
"Usahakan semuanya selesai hari ini, besok kita kembali ke Seoul." Titah Jooin pada si Sekretaris, yang langsung mendapat anggukan sebagai balasan.
...
Sara masih tidak mengerti, dengan perasaannya sendiri pada Ethan. Setelah semua yang berlalu beberapa waktu terakhir, setelah penolakan dan tuduhan tidak masuk akal, lalu mendadak Ethan datang bak pahlawan kesiangan akibat kurang tidur karena semalaman sibuk bermain wanita. Sialan.
Sara masih tidak mengerti dengan isi kepala Ethan, yang memang hampir sepenuhnya penuh oleh selangkangan wanita dan sudah sangat amat rusak itu. Ya, Ethan dan isi kepalanya yang rusak itu seharusnya tidak dapat di percaya sama sekali.
Terutama saat Sara menyadari jika jalanan yang ia lewati bukan menuju ke apartementnya, Sara belum pernah melewati jalanan ini. Lalu menoleh pada si tersangka utama, yang tengah memegang kemudi mobil.
"Ini bukan jalanan menuju apartementku." Benar, ini bukan jalannya. Dan Ethan sendiri pasti tahu betul ini bukan jalannya, mengingat sesering apa dulu Ethan datang ke apartement Sara. Akan terdengar konyol jika Ethan mendadak terkena amnesia.
Ethan menjawab tanpa minat, "Memang bukan."
Sejenak Sara terdiam untuk beberapa saat, lalu berujar dengan nada kesal.
"Turunkan aku."
Ethan melirik lewat ujung matanya singkat, dan kembali fokus pada kemudi, mengabaikan ucapan Sara. "Kau cukup duduk manis ditempatmu saja, jangan banyak bicara. Dan jangan membantah."
Sara sudah teramat lelah dengan semua yang terjadi hari ini, bertemu dengan keluarganya saja sudah membuat Sara merasa semakin tertekan.
Dan kini, ia harus di hadapkan dengan orang gila macam Ethan. Sepertinya Sara memang sudah kehilangan akal sehatnya, mengingat dulu ia sempat menyukai si brengsek Lee Ethan ini. Jika Ethan gila, dan Sara sangat menyukainya, maka Sara di atas gila. Tidak waras, sinting.
Sejauh mata Sara memandang, hanya ada beberapa rumah yang ia lihat lewat jendela mobil yang melaju dengan kecepatan sedang itu. Entah apa yang tengah di rencanakan Ethan, dan ke mana dia akan membawa Sara.
Hari sudah malam, sebenarnya Sara hanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah lalu bergelung dengan selimut hangatnya. Bukannya duduk di mobil bersebelahan dengan si berengsek Lee Ethan , yang tengah mengemudikan mobilnya entah ke mana.
Ethan diam-diam melirik pada Sara lewat sudut matanya, dan menemukan Sara yang menatap kosong pada jalanan malam yang terlewati. Ada gurat kelelahan yang tak kentara di wajah Sara, wajah itu terlhat tidak berekspresi. Ah, Ethan lupa, jika wajah wanita itu memang sudah selalu seperti itu, datar, kosong, lelah. Ethan tidak ingat kapan terakhir kali ia menemukan tawa di bibir itu, tawanya yang lepas dan tulus. Semua itu seolah mendadak lenyap, entah ke mana.
Sebuah kerutan tak kentara terlihat di kening Sara, ketika mobil milik Ethan berhenti di sebuah pekarangan rumah yang terbilang sangat besar, setelah hampir setengah jam perjalanan.
Sara tidak ingat pernah kemari sebelumnya. Selama ia mengenal Ethan, Sara hanya sesekali di bawa lelaki itu ke apartement miliknya. Karena Ethan memang tidak memiliki rumah, tidak mungkin ini rumah kerabatnya, setahu Sara lelaki itu juga tidak memiliki keluarga ataupun kerabat.
Ada banyak sekali pertanyaan yang berseliweran di benak Sara saat itu, terutama saat Ethan membuka pintu mobil dan menyuruhnya untuk ikut turun. Langkah kaki Sara mengikuti Ethan yang berjalan menuju pintu masuk, dan yang lebih membuat Sara semakin tidak mengerti lagi, Ethan masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan lagi pintu rumah tersebut tidak terkunci sama sekali. Tiba-tiba sekitar lima orang pelayan datang menghampiri keduanya.
Jangan bilang?
Semua pelayan itu menunduk. "Selamat datang Tuan, Nyonya."
Sara menoleh tidak habis pikir pada Ethan, lelaki itu lalu mengangguk singkat dan menyuruh para pelayan tersebut untuk pergi, lalu balas menatap Sara.
"Ini rumah kita," katanya santai, mengantongi tangannya.
"Apa?" tanya Sara dengan nada kesal terselip di sana, menatap jengah pada Ethan. Sara benar-benar muak, dengan segala keegoisan Ethan, dan selalu berlaku semaunya.
"Kau tidak dengar? Ini rumah kita," kata Ethan lagi, menunjuk Sara. "Kau," lalu pada dirinya sendiri, "Dan aku."
Sara tertawa remeh, masih menatap Ethan dengan pandangan tidak habis pikir. "Apa kau memang selalu seperti ini Lee Ethan?" tanyanya terdengar sinis lalu kembali melanjutkan. "Egois, berlaku semaumu?"
Ethan mengangkat bahunya acuh, "Sejak awal aku memang seperti ini, kau baru sadar ya?" tuturnya dengan seringai meremehkan. Lalu berlalu dari sisi Sara dan berjalan menuju tangga yang menghubungkan lantai satu dan dua. Ethan tiba-tiba menghentikan langkah lebar kedua kakinya, menoleh pada Sara yang masih enggan beranjak dari tempatnya.
"Kamar kita di lantai dua, pintu pertama. Semua barang-barangmu sudah di sini." Jelasnya santai, lalu kembali melangkah pergi. Meningglkan Sara yang merasa dongkol dengan kelakuan lelaki gila itu.
"Sepertinya para pekerja melakukan pekerjaannya dengan baik, mereka menyelesaikan tugasnya dalam waktu singkat." gumam Ethan agak keras, terlihat sangat jelas jika itu memang di sengaja agar Sara dapat mendengarnya.
Lantaran Sara yang tidak segera menyusul, Ethan pun kembali berbalik. Menatap Sara dengan satu alis terangkat. "Tidak naik? Bukankah sebelumnya kau sangat ingin cepat pulang, kita sudah pulang, kita sudah di rumah."
Tidak, bukan rumah macam ini yang Sara inginkan. Ini bukan rumah, ini neraka.
Mengabaikan Ethan yang masih berdiri di ujung tangga, Sara yang sudah lelah dengan tingkah Ethan, berjalan melewati lelaki itu tanpa mengatakan apapun lagi. Percuma, semua hanya akan berakhir sia-sia jika berdebat dengan spesies semacam Ethan Lee. Oh maaf, Sara tidak sedang menjadi orang yang pesimis, ia hanya sedang mencoba realistis.
Iris Ethan tidak meninggalkan Sara barang sedekitpun, menatap si wanita yang melewatinya begitu saja. Dengan langkah lambat, Ethan berjalan di belakang Sara. Menatap punggung ringkih itu intens, sudut bibirnya terangkat menampilkan seulas seringai tipis.
Benar, tetaplah seperti itu. Setelah ini, setelah Kim Sara akhirnya berada dalam kendalinya penuh. Maka Ethan akan menjanjikan kesengsaraan padanya, kesengsaraan yang sebenarnya.
Suara debum kasar dari pintu yang tertutup menyadarkan Ethan, dengan kening berkerut menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat, dengan Sara yang sudah masuk ke dalam terlebih dahulu.
Ethan pun segera meraih gagang pintu, berniat membukanya. Namun nihil, ternyata Sara sudah lebih dulu mengunci pintunya. Dengan kesal, Ethan mencoba membuka pintu tersebut, meski ia sendri tahu itu tidak akan berhasil jika Sara tidak membuka kuncinya dari dalam. Raut muka Ethan yang sebelumnya terlihat angkuh hilang dalam sekejap berubah murka, menatap penuh amarah pada pintu.
"KIM SARA!!"
[]
Seumur hidup, Jooin belum pernah merasakan dirinya sepanik pagi ini. Ketika ia menemukan unit apartement milik Sara kosong tidak berpenghuni, lengkap dengan barang-barangnya yang sudah raib hilang entah kemana.Beberapa saat lalu saat Jooin baru saja sampai di Korea dan kembali ke rumah orang tuanya, Jooin tidak menemukan keberadaan Sara disana mengingat Sara sangat tidak suka berada satu atap bersama kedua orang tuanya. Dan Kini apartemen yang belakangan ini ditinggali Sara pun kosong.Sara berubah, dia tidak seterbuka dulu lagi pada Jooin. Dan Jooin benci kenyataan itu, bukan karena Sara yang tidak memedulikannya lagi, atau kemungkinan Sara tidak membutuhkannya lagi. Tetapi karena itu Sara, Jooin tahu Sara hanya mencoba menanggung segalanya sendiri, menyembunyikan lukanya dari semua orang termasuk Jooin.Ada kalanya Jooin begitu membenci Sara, seperti saat ini, ketika sang adik memilih bungkam seribu bahasa. Enggan membagi rasa sakitnya barang secuilpun. Sara
Pernah pada suatu hari, saat itu Ethan sedang kesal bukan kepalang, pasalnya insvestor asing yang akan melakukan pertemuan denganEthan Corpmendadak membatalkan kedatangannya ke Korea,. Katanya, mereka sudah menemukan rekan bisnis yang lebih sepadan, lebih mengntungkan dan di atas perusahaan milik Ethan.Bullshit.Kejadiannya sekitar pukul empat sore, di sebuah restoran ternama daerah Gangnam, Ethan merasa seperti orang tolol, menanti kedatangan calon penghasil pundi-pundi uang yang akan mengalir ke dompetnya, tetapi bukan keuntungan yang Ethan dapat melainkan kekesalan yang Ethan dapat.Sore itu berakhir dengan Ethan yang terus meneriaki Shian, menumpahkan semua amarahnya pada lelaki yang usianya lima tahun di atas Ethan itu. Mengeluarkan berbagai sumpah serapah, membuat-buat alasan jika investor membatalkan kedatangannya karena jadwal penerbangan mereka di undur, kendati pada kenyataannya pengunduran tersebut di min
‘Bukan salahmu bila kau tersendat di dalam angin, itu aku yang tak dapat kau jadikan pegangan, jadi jangan menyesal.’[Highlight - Butterfly]play the music!...Ada ingatan, sebuah memori lama yang mendadak terlintas di benak Jooin pagi itu, saat telapak tangannya bersentuhan dengan pergelangan Sara yang dingin. Satu ingatan yang baru Jooin sadari selama ini ada di kepalanya, terkubur di dalam sana, terlupakan oleh masa. Mendadak ingatan itu terasa segar, mengalir bagai darah yang bercucuran lewat sebuah sayatan."Kakak, aku memecahkan gucci kesayangan ibu."Suara Sara kecil bergema, terdengar ketakutan dengan bibir bergetar dan kepala menunduk, irisnya menatap marmer rumahnya yang berwarna putih kala itu."Ibu pasti marah jika dia tahu,"katanya lagi, deangan suara sangat pelan berupa bisikan.Jooin yang saat itu baru pulang sekolah, melir
"Aku tidak suka seafood."Malam itu, hari-hari berlalu dan berlalu begitu saja, semuanya berjalan terlalu mulus. Ethan pikir keadaan saat ini terlalu tenang, lebih seperti -tenang sebelum badai.-Ethan merasakan ada yang ganjil.Iris tajam Ethan melirik singkat pada Sara yang duduk di kursi meja makan seberangnya, mencoba menolak tawaran salah satu pelayan yang menyodorkan satu piring seafood dengan seramah mungkin. Membuat si pelayan mengurungkan niatnya dan akhirnya menyimpan piring tersebut jauh dari jangkauan Sara, lalu berlalu pergi setelah merasa pekerjaannya di sana sudah usai.Percaya atau tidak, Kim Sara mungkin adalah sosok wanita anggun, penuh perhitungan dan cerdas di luar sana. Semua itu menggambarkan bagaimana Sara yang begitu lemah lembut dan memesona, tetapi ketika Sara membuka suaranya semua keanggunan yang menempel dalam sosok Sara mendadak buyar.Suaranya tidak selembutattitudeSara yang selalu menjadi
Ethan itu seperti singa liar, berbahaya, mengancam dan sebuah acaman. Ethan sangat tidak menyukai ketika ada yang mencoba mengekang kebebasannya, mempersempit ruang geraknya. Ethan yang lebih suka mendominasi alih-alih di dominasi, tentu tidak suka saat ada orang yang berani mengatur dirinya, juga tatapannya selalu mengintimidasi orang-orang, siapaun itu.Dan semua hal itu sudah melekat dalam diri Ethan sejak dulu, jika saja salah satu diantara semua bagian Ethan ada yang hilang, maka satu-satunya alasan adalahtidak ada.Karena jika itu terjadi, artinya Ethan sudah kehilangan dirinya, itu bukan seperti Ethan Lee.Jadi, bukan hal tabu lagi saat teman satu pergaulan Ethan, yang beberapa saat sebelumnya menemukan Ethan tengah duduk di kursi kebesaran miliknya dengan seorang wanita asing yang duduk di pangkuan lelaki keparat itu.Suara tepuk tangan bergema memecah keheningan di ruangan besar milik Ethan, wanita yang berada di pangkuan Ethan terlo
Seperti rutinitas biasanya, setelah Ethan menjemput Sara dari kantornya Ethan selalu menyempatkan untuk membawa Sara ke salah satu restoran ternama di daerah Gangnam, tempat keduanya sering menghabiskan waktu untuk makan malam;dulu sebelum kebohongan Ethan terungkap. Bedanya dengan kali ini Ethan dan Sara selalu datang siang ataupun sore Hari, karena Ethan bahkan melarang Sara untuk keluar rumah di saat jam sudah menunjukkan pada angka enam. Itu peraturan yang Ethan terapkan di rumahnya.Hanya saja, suasana yang mengelilingi keduanya tidak seperti sebelumnya, diimana dipenuhi obrolan santai dari Sara. Sedang kini hanya ada suara sendok dan garpu yang berdenting beradu dengan piring, Sara yang saat ini lebih acuh, bahkan terlihat tidak memedulikan keberadaan Ethan, hanya Ethan yang sepertinya tidak berubah disini.Lelaki itu masih terlihat seperti biasa, wajah skeptis sambil terkadang memerhatikan Sara dengan terang-terangan, sesekali melontarkan beberapa perta
Jika ditanya bagaimana definisi seorang Ethan Lee di mata Sara, tanpa berpikir panjang Sara akan menjawab dengan yakin. Ethan itu kasar, tidak berperasaan, temperamennya buruk, dan egois tentu saja.Hari ini adalah kali kedua Sara mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan dari Ethan, Sara juga sudah terbiasa mendapatkan tamparan maupun kekerasan fisik lainnya yang seringkali ayahnya berikan ketika Sara berbuat sesuatu yang menurut ayahnya salah.Berkali-kali Sara mendapatkan tamparan sejak dulu dari ayahnya, dan ini juga bukan pertama kalinya Sara di perlakukan oleh Ethan dengan cukup kasar, Sara bahkan masih ingat dengan jelas pagi di mana Ethan tiba-tiba datang ke apartemenya dengan wajah penuh lebam, lalu memaksanya berhubungan.Tetapi, kali ini entah mengapa Sara tidak merasakan bahwa ia baik-baik saja seperti sebelum-sebelumnya. Bukan karena wajah kirinya yang menjadi merah, ataupun sudut bibirnya yang sedikit terluka.Ethan melakukannya di hadap
"Kau ini bagaimana sih? Seharusnya kau tidak memperlakukan Sara seperti itu, bukannya kau menginginkan anak darinya?"Ethan berkali-kali mendengus kasar, mengabaikan berbagai ocehan bernada mengejek dari Hajin yang duduk di kursi seberang kursi miliknya. Sejak awal Hajin datang dan duduk di kursinya, dia tidak terus menerus mengoceh mengenai Sara yang dilarikan ke rumah sakitlagi.Lelaki Park itu terus menerus menyalahkan Ethan atas kejadian Sara yang pingsan karena stress. Padahal lelaki itu sendiri yang menyarankan pada Ethan untuk mengakui anak yang di kandung Sara, tetapi Hajin kini justru bersikap seolah Ethan adalah semua penyebab semua kesalahan yang terjadi.Jika saja Ethan tidak mengingat keduanya tengah berada di dalam keramaian orang-orang, dan tidak berada dalam acara makan malam, mungkin Ethan sudah memberikan Hajin satu bogem mentah di wajah lelaki keparat itu."Bisakah kau diam," desis Ethan semakin merasa kesal. Karena Hajin