Share

11. A Good Player

'Kenangan beracun yang ada di hatiku, terus tumbuh dan semakin dalam. Mendorongku lebih jauhmenyudutkanku, termasuk menyalahkan diri.'

[EXO - Trauma]

...

Tahu apa arti Kim Sara untuk Jooin?

Jooin selalau menganggap Sara adalah separuh dirinya. Ketika Sara sakit, maka Jooin akan menjadi satu-satunya yang kesakitan menyaksikan hal itu. Ketika Sara menangis karena segala tuntutan keluarganya sendiri, Jooin akan menjadi satu-satunya orang yang bersedih untuk Sara. Ketika Sara senang, Jooin akan menjadi yang paling bahagia melihat ada tawa di bibir kecil Sara. Dan ketika semua orang menentang keinginan Sara, Jooin akan menjadi satu-satunya yang mendukung Sara dalam keadaan apapun.

Jadi saat Jooin mengetahui apa yang terjadi pada Sara saat ini, Jooin hancur sehancur-hancurnya. Sebagian dirinya meradang, membayangkan selama ini Sara kesulitan tanpa dirinya, mengetahui Sara menutupi kenyataan mengerikan itu dari Jooin.

Perasaan kecewa dan sedih bercokol dalam diri Jooin, kecewa pada dirinya sendiri yang tidak mampu menjaga Sara, tidak mampu melindungi Sara dari orang-orang brengsek seperti Lee Ethan. Jooin merasa gagal menjadi peran seorang kakak yang baik, dan mampu menjaga adiknya.

Jooin bahkan lebih menyayangi Sara lebih dari dirinya sendiri.

Tapi malam itu, Jooin mendengar sesuatu yang terdengar mengerikan dari sang ayah.

"Sara akan menikah dengan Lee Ethan, persiapkan segalanya mulai dari sekarang."

Entah bagaimana, suara Kim Jisang malam itu mendadak terasa begitu berkali-kali lipat lebih menyebalkan dari biasanya. Jooin teramat membenci mereka, ayahnya, ibunya, dan seluruh anggota keluarganya yang selalu mengejar kesempurnaan semu. Namun lebih dari itu semua, Jooin lebih membenci dirinya sendiri yang bahkan tidak mampu untuk sekedar melawan, ataupun membela Sara. Selalu seperti itu.

"Adikmu itu bodoh atau bagaimana, jelas-jelas Ethan mencoba bertanggung jawab. Tapi anak bodoh itu malah menolaknya."

Sara bukan wanita semacam itu, Jooin mengenal adiknya lebih dari siapapun bahkan diri Sara sendiri. Jisang tidak tahu apapun, entah itu mengenai dirinya maupun Sara. Jisang tidak pernah sekalipun menjadi ayah yang mengerti anak-anknya, lelaki tua itu hanya tahu cara memaksa dan menuntut.

Malam itu Jooin hanya bungkam tanpa mengatakan pembelaan, ataupun menyetujui perintah ayahnya. Karena sekeras apapun Jooin menolak, Jisang akan selalu menjadi pemenangnya.

Pengecut, itulah yang selalu Jooin rapalkan setiap saat pada diriya sendiri, kala mengingat bagaimana dirinya yang tidak mampu melindungi Sara dari orang-orang gila di luar sana. Seperti Lee Ethan misalnya.

Hingga membawa Jooin pada tempat ini, Singapore. Jooin bukan melarikan diri, tapi ayahnya yang mengirim Jooin ke tempat ini, dengan alasan mengecek keadaan cabang perusahaan yang akan di buka.

Informasinya pasti sudah sampai ke telinga Jisang, tentang penyerangan Jooin di kantor milik Ethan. Jisang pastinya takut jika Jooin akan mengacau lagi, dankemudian menghancurkan rencana pernikahan Sara. Sudah cukup Sara mengacaukan hubungannya dengan keluarga Kim Dojun, kali ini pastinya Jisang tidak akan membiarkannya.

"Peresmiannya akan di mulai dalam lima menit lagi, Anda harus segera bersiap Tuan." Suara sekretaris Jooin menyadarkan Jooin dari lamunannya, mendongak pada lelaki paruh baya yang duduk di seberang tempat duduk Jooin. Mengangguk singkat, lalu membereskan berkas-berkas yang sebelumnya terabaikan karena Jooin sibuk melamun.

"Usahakan semuanya selesai hari ini, besok kita kembali ke Seoul." Titah Jooin pada si Sekretaris, yang langsung mendapat anggukan sebagai balasan.

...

Sara masih tidak mengerti, dengan perasaannya sendiri pada Ethan. Setelah semua yang berlalu beberapa waktu terakhir, setelah penolakan dan tuduhan tidak masuk akal, lalu mendadak Ethan datang bak pahlawan kesiangan akibat kurang tidur karena semalaman sibuk bermain wanita. Sialan.

Sara masih tidak mengerti dengan isi kepala Ethan, yang memang hampir sepenuhnya penuh oleh selangkangan wanita dan sudah sangat amat rusak itu. Ya, Ethan dan isi kepalanya yang rusak itu seharusnya tidak dapat di percaya sama sekali.

Terutama saat Sara menyadari jika jalanan yang ia lewati bukan menuju ke apartementnya, Sara belum pernah melewati jalanan ini. Lalu menoleh pada si tersangka utama, yang tengah memegang kemudi mobil.

"Ini bukan jalanan menuju apartementku." Benar, ini bukan jalannya. Dan Ethan sendiri pasti tahu betul ini bukan jalannya, mengingat sesering apa dulu Ethan datang ke apartement Sara. Akan terdengar konyol jika Ethan mendadak terkena amnesia.

Ethan menjawab tanpa minat, "Memang bukan."

Sejenak Sara terdiam untuk beberapa saat, lalu berujar dengan nada kesal.

"Turunkan aku."

Ethan melirik lewat ujung matanya singkat, dan kembali fokus pada kemudi, mengabaikan ucapan Sara. "Kau cukup duduk manis ditempatmu saja, jangan banyak bicara. Dan jangan membantah."

Sara sudah teramat lelah dengan semua yang terjadi hari ini, bertemu dengan keluarganya saja sudah membuat Sara merasa semakin tertekan.

Dan kini, ia harus di hadapkan dengan orang gila macam Ethan. Sepertinya Sara memang sudah kehilangan akal sehatnya, mengingat dulu ia sempat menyukai si brengsek Lee Ethan ini. Jika Ethan gila, dan Sara sangat menyukainya, maka Sara di atas gila. Tidak waras, sinting.

Sejauh mata Sara memandang, hanya ada beberapa rumah yang ia lihat lewat jendela mobil yang melaju dengan kecepatan sedang itu. Entah apa yang tengah di rencanakan Ethan, dan ke mana dia akan membawa Sara.

Hari sudah malam, sebenarnya Sara hanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah lalu bergelung dengan selimut hangatnya. Bukannya duduk di mobil bersebelahan dengan si berengsek Lee Ethan , yang tengah mengemudikan mobilnya entah ke mana.

Ethan diam-diam melirik pada Sara lewat sudut matanya, dan menemukan Sara yang menatap kosong pada jalanan malam yang terlewati. Ada gurat kelelahan yang tak kentara di wajah Sara, wajah itu terlhat tidak berekspresi. Ah, Ethan lupa, jika wajah wanita itu memang sudah selalu seperti itu, datar, kosong, lelah. Ethan tidak ingat kapan terakhir kali ia menemukan tawa di bibir itu, tawanya yang lepas dan tulus. Semua itu seolah mendadak lenyap, entah ke mana.

Sebuah kerutan tak kentara terlihat di kening Sara, ketika mobil milik Ethan berhenti di sebuah pekarangan rumah yang terbilang sangat besar, setelah hampir setengah jam perjalanan.

Sara tidak ingat pernah kemari sebelumnya. Selama ia mengenal Ethan, Sara hanya sesekali di bawa lelaki itu ke apartement miliknya. Karena Ethan memang tidak memiliki rumah, tidak mungkin ini rumah kerabatnya, setahu Sara lelaki itu juga tidak memiliki keluarga ataupun kerabat.

Ada banyak sekali pertanyaan yang berseliweran di benak Sara saat itu, terutama saat Ethan membuka pintu mobil dan menyuruhnya untuk ikut turun. Langkah kaki Sara mengikuti Ethan yang berjalan menuju pintu masuk, dan yang lebih membuat Sara semakin tidak mengerti lagi, Ethan masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan lagi pintu rumah tersebut tidak terkunci sama sekali. Tiba-tiba sekitar lima orang pelayan datang menghampiri keduanya.

Jangan bilang?

Semua pelayan itu menunduk. "Selamat datang Tuan, Nyonya."

Sara menoleh tidak habis pikir pada Ethan, lelaki itu lalu mengangguk singkat dan menyuruh para pelayan tersebut untuk pergi, lalu balas menatap Sara.

"Ini rumah kita," katanya santai, mengantongi tangannya.

"Apa?" tanya Sara dengan nada kesal terselip di sana, menatap jengah pada Ethan. Sara benar-benar muak, dengan segala keegoisan Ethan, dan selalu berlaku semaunya.

"Kau tidak dengar? Ini rumah kita," kata Ethan lagi, menunjuk Sara. "Kau," lalu pada dirinya sendiri, "Dan aku."

Sara tertawa remeh, masih menatap Ethan dengan pandangan tidak habis pikir. "Apa kau memang selalu seperti ini Lee Ethan?" tanyanya terdengar sinis lalu kembali melanjutkan. "Egois, berlaku semaumu?"

Ethan mengangkat bahunya acuh, "Sejak awal aku memang seperti ini, kau baru sadar ya?" tuturnya dengan seringai meremehkan. Lalu berlalu dari sisi Sara dan berjalan menuju tangga yang menghubungkan lantai satu dan dua. Ethan tiba-tiba menghentikan langkah lebar kedua kakinya, menoleh pada Sara yang masih enggan beranjak dari tempatnya.

"Kamar kita di lantai dua, pintu pertama. Semua barang-barangmu sudah di sini." Jelasnya santai, lalu kembali melangkah pergi. Meningglkan Sara yang merasa dongkol dengan kelakuan lelaki gila itu.

"Sepertinya para pekerja melakukan pekerjaannya dengan baik, mereka menyelesaikan tugasnya dalam waktu singkat." gumam Ethan agak keras, terlihat sangat jelas jika itu memang di sengaja agar Sara dapat mendengarnya.

Lantaran Sara yang tidak segera menyusul, Ethan pun kembali berbalik. Menatap Sara dengan satu alis terangkat. "Tidak naik? Bukankah sebelumnya kau sangat ingin cepat pulang, kita sudah pulang, kita sudah di rumah."

Tidak, bukan rumah macam ini yang Sara inginkan. Ini bukan rumah, ini neraka.

Mengabaikan Ethan yang masih berdiri di ujung tangga, Sara yang sudah lelah dengan tingkah Ethan, berjalan melewati lelaki itu tanpa mengatakan apapun lagi. Percuma, semua hanya akan berakhir sia-sia jika berdebat dengan spesies semacam Ethan Lee. Oh maaf, Sara tidak sedang menjadi orang yang pesimis, ia hanya sedang mencoba realistis.

Iris Ethan tidak meninggalkan Sara barang sedekitpun, menatap si wanita yang melewatinya begitu saja. Dengan langkah lambat, Ethan berjalan di belakang Sara. Menatap punggung ringkih itu intens, sudut bibirnya terangkat menampilkan seulas seringai tipis.

Benar, tetaplah seperti itu. Setelah ini, setelah Kim Sara akhirnya berada dalam kendalinya penuh. Maka Ethan akan menjanjikan kesengsaraan padanya, kesengsaraan yang sebenarnya.

Suara debum kasar dari pintu yang tertutup menyadarkan Ethan, dengan kening berkerut menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat, dengan Sara yang sudah masuk ke dalam terlebih dahulu. 

Ethan pun segera meraih gagang pintu, berniat membukanya. Namun nihil, ternyata Sara sudah lebih dulu mengunci pintunya. Dengan kesal, Ethan mencoba membuka pintu tersebut, meski ia sendri tahu itu tidak akan berhasil jika Sara tidak membuka kuncinya dari dalam. Raut muka Ethan yang sebelumnya terlihat angkuh hilang dalam sekejap berubah murka, menatap penuh amarah pada pintu.

"KIM SARA!!"

[]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status