Seumur hidup, Jooin belum pernah merasakan dirinya sepanik pagi ini. Ketika ia menemukan unit apartement milik Sara kosong tidak berpenghuni, lengkap dengan barang-barangnya yang sudah raib hilang entah kemana.
Beberapa saat lalu saat Jooin baru saja sampai di Korea dan kembali ke rumah orang tuanya, Jooin tidak menemukan keberadaan Sara disana mengingat Sara sangat tidak suka berada satu atap bersama kedua orang tuanya. Dan Kini apartemen yang belakangan ini ditinggali Sara pun kosong.
Sara berubah, dia tidak seterbuka dulu lagi pada Jooin. Dan Jooin benci kenyataan itu, bukan karena Sara yang tidak memedulikannya lagi, atau kemungkinan Sara tidak membutuhkannya lagi. Tetapi karena itu Sara, Jooin tahu Sara hanya mencoba menanggung segalanya sendiri, menyembunyikan lukanya dari semua orang termasuk Jooin.
Ada kalanya Jooin begitu membenci Sara, seperti saat ini, ketika sang adik memilih bungkam seribu bahasa. Enggan membagi rasa sakitnya barang secuilpun. Sara tahu jika Jooin akan menjadi pihak paling terluka jika ia mengatakan semuanya pada Jooin, dia memilih diam. Jooin tahu itu dengan baik, bahwa Sara tengah mencoba melindungi Jooin.
Agar kakaknya tidak terluka ketika Jooin harus melihat bagaimana menyedihkannya diri Sara.
Sungguh, Jooin tak apa dengan semua itu. Ketika Sara berbagi rasa sakitnya, Jooin merasa begitu berarti bagi Sara. Persetan dengan semua itu, tak apa jika Jooin terluka jika itu untuk Sara. Tak apa jika Jooin menangis jika itu untuk Kim Sara.
"Tuan, saya menemukan lokasi keberdaan Nona Sara."
"Di mana?"
"Jungnag-gu*, Tuan."
*sebuah daerah di dekat Seoul
...
Semalaman Sara benar-benar langsung tertidur sesaat setelah selesai mandi, dan mengabaikan suara Ethan yang terus berteriak di balik pintu kamar. Sara segera merebahkan dirinya di atas ranjang, lalu terlelap. Ia tidak mengingat apapun lagi selain suara berisik Ethan yang tengah mencoba masuk dari arah luar kamar.
Untuk kali ini, sepertinya Ethan sedang dalam mode jinak. Lelaki itu ternyata tidak berani masuk ke dalam kamar, padahal Sara yakin Ethan pastinya memiliki kunci cadangan agar dia bisa masuk, mengingat kamar yang Sara tempati merupakan kamar utama.
Bahkan, ketika jam menunjukkan sekitar pukul setengah Tujuh pagi, Sara tidak menemukan keberadaan Ethan dimanapun termasuk di meja makan. Setidaknya itu lebih baik, penglihatan Sara mendadak jernih jika lelaki berengsek itu menghilang dari jarak pandangnya.
Mengabaikan tubuhnya yang terasa lemas bukan main, Sara berjalan menuju dapur. Padahal Sara baru saja merasa lega ketika pening di kepalanya tidak separah sebelum-sebelumnya, seolah belum cukup rasa sakit yang terus mendera tubuhnya, kini Sara harus merasakan lemas yang hampir membuatnya kesulitan untuk sekedar melangkah.
Dalam setiap hembusan napas yang terasa berat, Sara melangkahkan kedua kakinya menuruni tangga, satu tangannya memegang erat proposal penting yang harus ia berikan pada Jiran, sedang satu tangan lainnya memegang erat pegangan tangga.
Butuh sedikit perjuangan untuk sampai di ujung bawah tangga, penuh hati-hati takut jika kakinya salah mendarat lalu terpeleset, dan terjadi hal buruk. Jika saja berkas yang harus ia berikan pada Jiran tidak teramat penting, mungkin Sara lebih memilih bermalas-malasan di atas ranjang seharian.
Ketika Sara sudah benar-benar menjauhi tangga, suara pintu utama yang terbuka lebar dengan sosok Ethan yang menampakkan dirinya di sana. Sialan, kedamaian Sara lenyap sudah.
Satu kerutan samar menghiasi kening Sara, menemukan bahwa Ethan datang tidak sendirian. Dia datang dengan seorang wanita berpakaian minim, bibir merah menyala dan rambutnya yang dipotong sebahu, berada dalam rangkualannya. Oh, jangan lupakan juga penampilan Ethan yang acak-acakan.
Untuk sesaat, Sara terpaku di tempatnnya. Ada sesuatu yang aneh saat irisnya menangkap pemandangan menjijikan seperti ini. Seperti ada yang salah dengan perasaannya, seharusnya Sara merasa lega. Ethan memiliki mainan lain, si berengsek itu tidak akan selalu membuat Sara menjadi pelampiasannya.
Tapi, Sara tidak merasakan kelegaan itu sama sekali. Tidak sama sekali.
Hanya beberapa detik, Sara segera mengalihkan pandangannya setelah tersadar, melengos ke arah dapur. Mengabaikan suara gelak tawa dari si wanita dan Ethan yang memenuhi ruang tamu besar pagi itu.
Sara tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, mendadak ia tidak fokus dan juga kedua kakinya menjadi lemas seperti jelly, tidak kuat menopang beban tubuhnya dan berakhir terjatuh ketika sudah sampai di dapur.
Beberapa pelayan yang berada di dapur tengah menyiapkan sarapan pun menjadi ribut, saling menghampiri Sara dan berseru panik.
"Nyonya! Ya Tuhan, Anda baik-baik saja?!"
Ah, menyedihkan.
Sara menunduk, enggan memperlihatkan wajahnya yang menyedihkan kepada orang-orang, mengangguk lemah sambil mengucapkan kata baik-baik saja dengan setngah berbisik.
Segera tiga orang pelayan tersebut membantu Sara berdiri, mendudukan Sara di kursi meja makan. Salah satu pelayan yang terlihat sudah berumur, menatap Sara cemas.
"Apa harus saya panggilkan Dokter Nyonya?"
Sara menyimpan berkas yang masih ia pegang ke atas meja, menoleh singkat pada wanita paruh baya tersebut.
"Jangan, aku baik-baik saja," kata Sara mencoba meyakinkan, dengan seulas senyum tipis di bibirnya.
Sara semakin melebarkan senyumnya, kedua manik hitamnya menatap tiga orang wanita yang terus saja menatapnya cemas. Entah cemas pada keadaan Sara, atau cemas jika mereka akan mendapatkan cercaan karena tidak becus menjaga Sara dengan baik.
Mendapatkan kalimat bernada meyakinkan dari sang majikan, ketiganya pun perlahan menjauh dari jankauan Sara, satu per satu kembali pada pekerjaannya masing-masing.
"Aku baik-baik saja."
[]
Waktu benar-benar mengubah banyak hal, Ethan tidak sedang membual atau apalah itu, Ethan seirus dengan itu. Meskipun tentu tidak semuanya berubah, seperti halnya Sara yang masih saja tetap keras kepala dalam setiap kesempatan, dan Ethan akan menjadi pihak yang selalu mengalah untuknya.Perubahan lainnya juga seperti Hajin dan istrinya Hyeji yang menikah sekitar setahun yang lalu, Taekyung yang semakin aktif sebagai aktor film dan drama, Minjoon menjadi pengacar ternama, dan juga Jooin yang kata Sara akhir-akhir ini sedang dekat dengan seorang wanita. Mereka semua memang berubah dan Ethan sendiri mengkui itu, tetapi kelakuan mengesalkan mereka semua yang selalu datang ke rumah Ethan seolah rumah Ethan taman bermain tampaknya tidak akan pernah berubah.Saat ini rumah Ethan sudah mirip penampungan orang-orang aneh, dimana Hajin dan istrinya yang sibuk memasak di dapur untuk menyiapkan makanan untuk semua orang. Lalu Jooin, Taekyung dan Minjoon yang sedang asyik berm
Sejak bertahun-tahun yang lalu, Ethan tidak pernah mengenal apa itu kasih sayang maupun sesuatu bernama cinta. Yang Ethan ketahui selama ini hanyalah hidup dengan penuh percaya diri, dan dapatkan apapun yang kau inginkan meskipun Ethan harus mengejarnya sampai ke ujung dunia dengan nafas tersenggal sekalipun. Ethan mempelajari itu semua dari selama Ethan tumbuh di panti asuhan sejak dirinya perlahan mulai mengerti apa itu kehidupan, entah itu ketika Ethan yang terkadang berebutan mainan dengan anak-anak lain, atau merebutkan pakaian yang di donasikan oleh seseorang ke panti asuhan. Mengingat panti asuhan yang menjadi tempat Ethan besar, hanyalah panti asuhan kecil di pinggiran kota Seoul. Selama Ethan besar di sana, Ethan belajar tentang mendapatkan sesuatu yang dia inginkan dari tangan-tangan orang lain yang juga menginginkan hal yang sama dengan Ethan. Ethan harus lebih tangguh, lebih kuat, lebih percaya diri, lebih egois, dan lebih serakah agar hal-h
Ethan tidak pernah tahu bagaimana rasanya kematian, ataupun akhir dari dunia. Karena Ethan belum pernah mengalami kematian dan sejenisnya, dan lagi dunia masih baik-baik saja juga jauh dari kehancuran.Tetapi mungkin, mungkin rasanya akan jadi seperti yang Ethan rasakan saat ini.Saat Ethan mengambil ponsel yang ditinggalkan Sara, Ethan tidak segera kembali dan justru sedikit membicarakan hal yang lupa dia katakan pada Jooin selama rapat dadakan tadi. Sehingga membuat dirinya tinggal sedikit lama di apartemen Jooin dan tidak segera mengambil ponselnya.Jika saja ponsel milik Jooin yang terus bergetar di atas meja tidak segera Jooin ambil, mungkin saja rasa kematian dan akhir dunia benar-benar akan Ethan rasakan.“Basement! Seseorang mencoba menyerang Sara di basement! Cepat turun kemari!”Suara Jiran yang berbicara dengan suara panik dan tak beraturan di panggilan ponsel milik Jooin, dengan mengatakan hal paling menakutkan yang pernah Etha
Sekitar jam sebelas, tiga jam sejak Ethan datang ke apartemen Jooin. Akhirnya rapat dadakan tersebut selesai.Jiran sudah pulang lebih dulu beberapa saat sebelumnya, dan Jooin sedang sibuk membereskan dokumen yang berserakan di atas meja.Ethan yang memerhatikan bagaimana wajah pucat Jooin hanya bisa menggeleng pelan, kasihan sekali kakak iparnya yang satu ini. Disaat kondisinya jauh dari kata baik malah Ethan buat sibuk dengan berbagai pekerjaan yang menumpuk dikarenakan saat ini Hiraga kehilangan pemiliknya, dan beberapa pemegang saham seperti perusahaan Ethan mencoba memperbaikinya dengan fondasi yang baru.Tetapi itulah yang Ethan suka, ia sangat suka melihat Jooin yang kerepotan olehnya. Pemandangan semacam ini merupakan hiburan tersendiri untuk Ethan.Alih-alih membantu Jooin, Ethan justru menjauh dari ruang tamu dengan pandangan menelisik mencari keberadaan Sara.Saking fokusnya Ethan dengan urusannya hingga lupa jika dia datang kemari bersa
Meski sudah berlalu hampir tiga bulan lamanya sejak perintah penangkapan Dojun, namun sampai saat ini lelaki itu masih belum juga tertangkap. Status buron masih melekat di depan nama Dojun, dan kemungkinan tak akan pernah lepas.Sekitar dua minggu sebelumnya, Sara maupun Ethan mendapati kabar bahwa kedua orang tua Dojun bunuh diri saat di dalam tahanannya. Lalu disusul Jeny yang juga menusuk lehernya dengan sumpit beberapa hari kemudian hingga tewas.Cukup mengejutkan memang, Sara tidak menyangka jika ketiganya akan bertindak sampai sejauh itu.Dalam perjalanan menuju apartemen Jooin pagi ini, Sara menatap bangunan yang dilewati mobil dengan isi kepala bertebaran. Memikirkan bagaimana keadaan Dojun saat ini, apa yang dilakukan Dojun, dan bagaimana reaksinya kala mendengar kabar tersebut.Ethan sendiri yang duduk di kursi balik kemudi hanya sesekali melirik Sara lewat ujung matanya, semenjak kabar kematian Yoochan dan istrinya serta Jeny, Sara jadi l
Televisi besar di ujung ruangan masih menyala, dengan si pembawa berita yang terus menerus menyebut nama Ethan, Jooin dan Dojun sampai membuat Ethan yang duduk di kursi kebesarannya menghela bosan dengan pemberitaan yang sama dalam beberapa hari terakhir.Lalu perhatian Ethan berpindah pada Seja yang duduk saling berhadapan dengan Jooin, jangan lupakan juga Jiran yang duduk di sebelah Jooin. Ketiganya terlihat sibuk membahas masalah departemen store yang sempat mendapati masalah semenjak Hiraga jatuh, dikarenakan ada beberapa store dan produk yang berasal dari Hiraga.Kedua iris Ethan menatap ketiganya dengan dagu di tangan, terlihat bosan dengan pemandangan yang tersaji di depannya.Sebelumnya tidak ada posisi wakil Direktur sama sekali di perusahaannya, semua urusan penting hanya Ethan sendiri langsung yang melakukannya. Ethan dan beberapa sekretaris lainnya termasuk Seja, yang urusan menangani ini-itu.Ethan tidak memerlukan wakil atas posisinya, karen