Di satu kawasan elit kota metropolitan berdiri megah kediaman keluarga Brawijaya. Bukan hanya megah dan besar kediamannya. Tapi pengaruh keluarga Brawijaya terhadap perekonomian, politik bahkan kekuasaan di negara tersebut sangat besar kala itu. Suatu ketika teragedi besar bertubi-tubi menimpa keluarga Brawijaya.
“Kalian Harus berhasil membunuh Brawijaya juga menyingkirkan si tuan muda idiot itu,” ucap tuan Toni Brawijaya.
“Baik tuan, akan saya laksanakan perintah anda,” balas anak buah tuan Toni Brawijaya.
Tuan besar Brawijaya sebagai kepala keluarga yang paling disegani meninggal. Putra sulung yang digadang sebagai pewaris perusahaan keluarga tersebut Menghilang. Semenjak berbagai urusan perusahaan yang tergabung dalam Brawijaya grup di pegang oleh tuan Toni Brawijaya. Semakin hari kejayaan dari perusahaan yang didirikan mendiang kakaknya kian meredup. Tuan Toni Brawijaya tidak mampu mengelola bisnis besar yang didirikan dengan jerih payah sang kakak.
Di saat krisis melanda yang dihadapi oleh kelurga Brawijaya yang saat ini dipegang oleh sang adik. Tuan muda pewaris sebenarnya telah ditemukan.
Prangg!!! Adik dari tuan Brawijaya membanting gelas saat mendengar kabar keponakan yang dicelakainya beberapa tahun silam telah ditemukan.
“Jadi si brengsek itu masih hidup?!” ucap Adik dari tuan Brawijaya.
“Benar tuan. Kami mendengar di mansion utama keluarga Brawijaya akan di adakan pesta penyambutan untuk tuan muda,” jawab sang asisten yang memberi kabar.
“Kurang ajar. Saat pesta penyambutan, si brengsek itu harus mati!” tegas adik tuan Toni Brawijaya.
“Baik tuan. Akan kami usahakan membunuh tuan muda saat pesta perayaan itu,” balas asisten tuan Toni Brawijaya.
Hari kebangkitan telah tiba. Mungkin itu yang digumamkan oleh nyonya Lusi Brawijaya ketika menemukan kembali putranya yang telah lama hilang. Pesta Penyambutan putra sulung sekaligus penerun keluarga yang telah lama hilang akan segera diselenggarakan.
Ditengah ruangan yang megah dengan kilauan lampu-lampu mewah, beberapa dekorasi seperti tirai dan atribut lainnya ikut menghiasai. Nyonya Lusi Brawijaya memakai jasa event organizer terkemuka di kota metropolitan ini. Meja dan Kursi juga telah tertata rapi menandakan persiapan pesta penyambutan untuk tuan muda yang telah lama hilang sudah siap dilaksanakan.
“Aku suka Desain ruangan pesta yang ini. Bagaimana denganmu Sonia?” tanya nyonya Lusi sambil memperlihatkan gambar dekorasi ruangan pesta yang mewah.
“Cocok untuk pesta penyambutan kembalinya kakak mi,” jawab Sonia Brawijaya.
Mereka berdua puas dengan dekorasi yang menghiasi ruangan pesta. Sekarang mereka sedang memilih kue dan makanan serta keperluan pesta lainnya. Undangan juga di telah dicetak dan di sebarkan kepada kalangan kelas atas juga pengusaha yang dulunya pernah menjalin hubungan baik dengan keluarga Brawijaya.
Kartu undangan sampai di tangan tuan Toni Brawijaya. Beliau langsung merobek undangan itu karena kesal ternyata berita tentang keponakannya yang masih hidup benar adanya. Jika seperti ini akan menghalanginya untuk tetap menikmati kemewahan yang masih tersisa dari peninggalan sang kakak.
“Aku harus meleyapkan anak idiot yang bisanya berfoya-foya itu. Aku ingin lihat kali ini apakah masih bisa melewati serangan dari malaikat maut yang aku ciptakan!” seru tuan Toni Brawijaya.
“Tuan Apa yang bisa saya lakukan untuk membereskan tuan muda Sandi?” tanya sang asisten.
“Carilah seseorang yang bisa dijadikan kambing hitam untuk membunuh Sandi,” jawab tuan Brawijaya.
Asisten tuan Toni Brawijaya sudah pergi mencari seseorang yang bisa diutus untuk membunuh tuan muda Sandi Brawijaya pada saat pesta penyambutannya esok hari. Jika tuan muda Sandi tetap dibiarkan hidup lama-lama akan terkuak siapa dalang dibalik kejadian beberapa waktu lalu yang membuat terbunuhnya tuan Brawijaya dan hilangnya sang pewaris utama.
“Kamu beruntung bisa lolos dari maut beberapa waktu lalu. Kali ini aku akan pastikan kamu menghadapi maut untuk kedua kalinya. Aku tidak ingin kehilangan kemewahan yang susah payah aku dapatkan ini,” ucap tuan Toni Brawijaya sambil menyesap sampanye di tangannya.
***
“Apa kau sudah mendengar kalau tuan muda yang sudah lama menghilang dari keluarga Brawijaya sudah ditemukan?” tanya salah satu anak pengusaha kelas atas di kota metropolitan.
“Maksudmu tuan muda yang hanya tahu berfoya-foya itu, juga seorang berandal yang hanya tahu caranya menghabiskan uang dan memainkan wanita itu,” jawab seorang anak pengusaha kelas atas lainnya.
Mereka saling berbisik dan mencemooh tuan muda yang telah ditemukan itu. Mungkin apa yang mereka bicarakan saat ini benar adanya. Tapi apakah mereka tahu kalau tuan muda yang dulu dikenal reputasinya yang buruk kini telah berubah?
“Ditemukan juga percuma tuan muda yang bodoh itu tidak akan mampu membangkitkan lagi kejayaan keluarga Brawijaya,” ucap salah satu pewaris dari pebisnis terkemuka di kota metropolitan itu.
“Kamu benar juga. Seorang seperti Sandi mana mungkin bisa memimpin sebuah keluarga besar!” seru sang pewaris keluarga ternama.
Mereka sontak tertawa menertawakan seorang bernama Sandi Brawijaya. Mereka juga ingin melihat seperti apa wujud Sandi yang sudah lama menghilang dari hiruk pikuknya kota metropolitan ini. Dahulu Sandi sering membuat onar karena merupakan putra dari keluarga yang mempunyai kekuatan dan kekauasaan.
“Aku pikir dia tidak akan bisa bertahan jika jauh dari keluarganya. Aku jadi semakin penasaran seperti apa rupanya saat sudah kembali ke keluarga besarnya?” ucap salah satu tuan muda yang tengah asyik berkumpul itu.
“Aku juga penasaran apakah dia masih bodoh seperti dulu ataukah masih menjadi seorang berandal seperti dulu?” sahut tuan muda yang lainnya.
Mereka sepakat akan datang ke undangan perayaan ditemukannya kembali tuan muda sekaligus pewaris utama dari keluarga Brawijaya. Seluruh pengusaha dan keluarga kelas atas banyak sekali yang sudah mendengar kabar kembalinya Sandi Brawijaya.
Mereka banyak yang membicarakan keburukan Sandi Brawjaya dimasa lalu. Sebagian dari keluarga ternama itu bersyukur pewaris yang sebenarnya telah kembali. Setidaknya Nyonya Lusi Brawijaya tidak akan berjuang sendirian mempertahankan apa yang seharusnya menjadi miliknya.
“Tuan Toni, aku sudah mendengar kabar kalau keponakanmu yang dinyatakan hilang beberapa tahun lalu sudah ditemukan kembali. Itu artinya apa yang kamu kelola saat ini akan diserahkan kembali kepada tuan muda Sandi Brawijaya. Lalu bagaimana perasaanmu saat mendapat kabar kalau keponakanmu sudah ditemukan?” tanya salah satu kolega bisnis tuan Toni Brwijaya.
“Tentu saja aku sangat senang, ternyata keponakanku masih hidup. Saat dia kembali aku akan mengajarinya cara mengelola perusahaan terlebih dahulu. Seperti yang publik tahu keponakanku itu mempunyai citra yang buruk hanya bisa menghamburkan uang juga bermain perempuan saja kerjaannya!” seru tuan Toni Brawijaya memasang senyuman palsu.
Kolega itu menyanjung tuan Toni Brawijaya yang mempunyai hati mulia. Dengan jawabannya yang bijaksana berarti dia telah siap menyerahkan kembali perusahaan yang dikelolanya saat ini. Masyarakat juga tahu perusahaan yang dikelola langsung oleh tuan Toni mengalami kemerosotan yang cukup drastis. Bisa dibilang tidak seperti saat dikelola langsung oleh tuan Brawijaya.
“Kalau begitu tuan aku pamit dulu. Sampai ketemu di pesta penyambutan tuan muda keluarga Brawijaya esok hari,” pamit kolega bisnis yang ditemui tuan Toni Brawijaya.
“Sampai ketemu esok hari tuan. Aku akan sangat senang jika penyambutan keponakanku dihadiri banyak orang,” balas tuan Toni Brawijaya denagn senyuman palsunya.
Tuan Toni Brawijaya memasang wajah garang dan memanggil asistennya, “Apakah kamu sudah menemukan orang untuk melenyapkan keponakanku yang malang itu?”
~Bersambung~
Asisten tuan Toni Brawijaya menghadap setelah tuannya memangil, “Saya sudah menyipakan seseorang yang sudah saya latih untuk melenyapkan tuan muda saat pesta perjamuan besok malam tuan,”Mendengar laporan sang asisten tuan Toni Brawijaya tersenyum penuh kemenangan karena sebentar lagi sang keponakan akan segera lenyap di depan matanya. Dia juga sudah menyiapkan kata-kata ungkapan sedih atas kematian sang keponakan.“Bagus kalau begitu aku sudah tak sabar menanti hari esok,” ucap tuan Toni dengan tawanya yang menggelegar.“Saya pamit undur diri tuan,” balas sang asisten.Hari yang sudah ditentukan untuk menyambut tuan muda dari keluarga Brawijaya yang telah lama hilang akhirnya datang juga. Terlihat para tamu undangan yang menghadiri pesta tersebut adalah kalangan pengusaha kelas atas, tokoh penting Negara juga para sosialita yang ada di Negara ini. Sajian menu makanan mewah khas kalangan atas serta alkhohol berharga tin
Sandi mengantar Nyonya Lusi dan nona Sonia ke kamarnya untuk istirahat. Keadaan pesta sudah kacau makan pestapun dibubarkan demi keselamatan semua tamu undangan. Semua ini membuat Nyonya Lusi kecewa karena orang yang ingin mengahncurkan keluarganya tidak sabar untuk menghabisi putra yang dicintainya. Sandi duduk di samping Nyonya Lusi untuk menenangkan hatinya yang sudah pasti kecewa dengan kekacauan pesta yang dibuatnya.“Mami tidak perlu khawatir. Aku akan membereskan kekacauan ini dan tidak akan melepaskan pelaku dibaik kekacauan malam ini,” ucap Sandi dengan tegas.“Kamu baru saja kembali, tapi mereka sudah tidak sabar. Kamu harus berjanji pada mami, tetaplah hidup apapun yang terjadi!” seru Nyonya Lusi.Nyonya Lusi memang bersedih sekarang. Tapi menangis tidak ada gunanya, dalang dibalik kematian suami juga kerusuhan pesta malam ini pastilah orang yang dekat dengan keluarganya. Beliau meminta Sandi untuk segera menemukan orang itu. Sudah membunuh suaminya juga berusaha menyingkir
Terlintas samar-samar ingatan Sandi tentang sosok tiga lelaki muda di bingkai foto yang dipegang olehnya.Sandi kembali mengigat ingatannya yang lalu saat berada di bangku kuliah bersama tiga temannya. Dalam ingatannya dia dan ketiga pemuda itu sering bercanda bersama, berpesta ke club malam, karaoke bersama ditemani para wanita cantik tentunya. Ingatan yang muncul membuat Sandi mual ingin muntah. Tak kuat lagi mengingatnya Sandi memutuskan untuk berhenti mengingat masa lalunya yang ia rasa cukup menjijikkan.Setiap kali Sandi mencoba mengingat masa lalunya, rasa mual atau muntah akan terasa bahkan sampai pinsan. Sakit yang Sandi rasakan adalah salah satu rasa sakit yang di deritanya sejak ia mengalami kecelakaan di laut saat itu.“Kak, apa yang terjadi denganmu?” tanya Sonia ketakutan karena melihat Sandi yang kesakitan sambil memegangi kepala.“Kakak!” seru Sonia sembari menampar perlahan pipi kakaknya, yang kemudian membuat Sandi Sadar, nafasnya terengah-engah seakan habis berlari
Suasana di ruangan yang pencahayaannya kurang terang itu semakin menakutkan. Udara yang pengap karena tidak ada ventilasipun ikut menyelimuti. Mata Sandi samar-samar melihat raut wajah ketakutan yang jelas dari seseorang yang mencoba menikamnya tadi. Wajahnya pun ikut memucat tatkala Sandi mengancam pria itu dengan sebuah keluarga.“Ini semua tak ada hubungannya dengan keluargaku. Jangan libatkan mereka,” jawab pria yang belum diketahui nama da nasal usulnya itu.“Siapa yang menyuruhmu?!” bentak Sandi yang kesal karena pria yang mencoba mencelakainya masih enggan menyebut siapa dalang dibalik semua ini.“Srakkkk…”. Suara belati tersayat pada tubuh sang penikam dan darah kembali keluar dari tubuh pria itu.“Ahhhh!” jeritan kesakitan dari pria yang terikat tangannya itu kembali menggema di ruangan gelap nan pengap itu. Sandi mendekatkan wajahnya ke pembunuh bayaran yang masih amatir itu dan bertanya siapa namanya.“Je-jeri tuan,” ucapnya terbata sambil menahan kesakitan pada tubuhnya. B
Sandi hanya ingin menggoda Ani yang menggemaskan. Ia segera melepaskan pelukannya saat merasa jantungnya berdebar kencang saat menatap Ani yang berwajah cantik itu.“Kamu sungguh menggemaskan. Kedepannya kamu bisa melayaniku secara pribadi!” seru Sandi.“Tuan ada banyak pelayan di rumah ini. Tugasku hanya melakukan perintah dari nyonya,” ucap Ani dengan sopan.Sandi melirik wajah kepala pelayannya itu sambil tersenyum. Ani terlihat tampak salah tingkah dan itu membuat Sandi merasa gemas ingin terus menggodanya tapi dia ingin terlihat dingin dan tak membutuhkan wanita di depan Ani.“Apa kamu di suruh mami untuk mengawasiku? Ingat ya jangan pernah berkata sembarangan mengenai luka dipunggungku. Kamu silahkan keluar!” ucap Sandi dengan tegas.“Baiklah tuan muda aku akan menutup mulutku sementara, selamat beristirahat,” balas Ani sembari meninggalkan kamar Sandi.Ani sudah keluar dari kamar Sandi. Pria tampan itu tidur nyenyak dan bermimpi yang sangat menakutkan. Saat itu perjalanan libur
Sandi menggelengkan kepalanya dia sudah cukup menderita sebaiknya tidak usah menambah pendertiaan yang dialami oleh Jerri. Seseorang yang ia kurung di dalam gudang yang sudah lama tidak terpakai itu. Di dalam ruangan yang penerangannya tidak begitu terang dan udaranya pengap itu Hazel, Martin, dan Leon melihat seseorang duduk terikat dengan mulut tersumpal Sandi melepas sumpalan pada mulut lelaki bernama Jerry itu.“Tuan aku mohon jangan bunuh aku. Aku masih mempunyai seorang ibu yang sakit-sakitan dan juga anak yang masih kecil. Tolong kasihani aku anakku akan menjadi anak yatim kalau aku mati,” ucap Jerry ketakutan.“Kenapa kamu baru memikirkan anak setelah ketahuan ingin membunuh?” tanya Martin kesal sembari menendangnya.“Cukup Martin dia masih berguna buatku. Biarkan dia hidup!” seru Sandi.Sandi mendekati Jerry dan mengamati seluruh tubuhnya. Matanya fokus pada luka pada tangan yang tertusuk pisau kecil miliknya. Ketiga sahabat Sandi menatap dengan tatapan membunuh ke arah Jerri
Ani menggelengkan kepalanya ia hanya mempersilahkannya untuk menunggu di ruang tamu. Ani menyebutkan ciri-ciri wanita yang datang ingin menemui Sandi. Mendengar ciri-ciri yang disebutkan Ani, Leon langsung siapa dia dan langsung merangku Sandi kalau itu adalah gadis yang diceritakan oleh Martin tadi.“Sandi sepertinya gadis itu adalah yang dimaksud oleh Martin tadi. Seseorang yang mencintaimu dan selau menunggu kepulanganmu!” seru Leon.“Aku tidak ingat siapa dia. Terlalu banyak wanita cantik disekelilingku,” jawab Sandi.“Kalau begitu ayo kita ke ruang tamu apakah kamu masih bisa menolak kecantikan gadis yang datang khusus hanya untuk menemuimu itu,” ajak Martin sambil menggandeng Sandi ke ruang tamu.Di ruang tamu terlihat seorang wanita cantik dengan kaki jenjang memakai dress sexy dengan belahan di paha memperlihatkan paha mulusnya. Lelaki mana yang tak terpesona dan hasratnya memuncak melihat wanita itu. Tapi tidak dengan Sandi yang hasrat menikmati wanita cantiknya sudah meredup
Nyonya Lusi dan Sonia segera mendatangi sumber suara. Mereka juga memapah Sandi ke kamarnya mereka melihat Sandi memegangi kepalanya yang terlihat sangat kesakitan."Apa yang terjadi sebenarnya Velope?" tanya nyonya Lusi."Aku menceritakan saat pertama kali Sandi hilang tapi tiba-tiba Sandi memegangi kepalanya dan berteriak kesakitan. Tante ini semua salahku aku mau tinggal di sini dan merawat Sandi. Aku takut terjadi apa-apa dengan Sandi," jawab Velope.Dokter yang dipanggil oleh keluarga Brawijaya sudah datang dan memeriksa Sandi. Pria tampan itu sudah tenang dan Dokter menyarankan untuk istirahat."Nyonya Lusi, tuan muda tidak boleh banyak berpikir dulu. Saya rasa di mencoba mengingat segalanya tentang hidupnya dulu. Jadi aku peringatkan pelan-pelan saja menceritakan masa lalunya," ucap Dokter."Aku mengerti Dokter," balas nyonya Lusi sembari mengucapkan terima kasih.Dokter menyarankan jangan mengganggu dulu tuan muda beberapa saat. Biarkan dia istirahat dengan tenang, Dokter juga