Share

Pesta Penyambutan Yang Kacau

Asisten tuan Toni Brawijaya menghadap setelah tuannya memangil, “Saya sudah menyipakan seseorang yang sudah saya latih untuk melenyapkan tuan muda saat pesta perjamuan besok malam tuan,”

Mendengar laporan sang asisten tuan Toni Brawijaya tersenyum penuh kemenangan karena sebentar lagi sang keponakan akan segera lenyap di depan matanya. Dia juga sudah menyiapkan kata-kata ungkapan sedih atas kematian sang keponakan.

“Bagus kalau begitu aku sudah tak sabar menanti hari esok,” ucap tuan Toni dengan tawanya yang menggelegar.

“Saya pamit undur diri tuan,” balas sang asisten.

Hari yang sudah ditentukan untuk menyambut tuan muda dari keluarga Brawijaya yang telah lama hilang akhirnya datang juga. Terlihat para tamu undangan yang menghadiri pesta tersebut adalah kalangan pengusaha kelas atas, tokoh penting Negara juga para sosialita yang ada di Negara ini. Sajian menu makanan mewah khas kalangan atas serta alkhohol berharga tinggi terlihat di meja hidangan.

Di sebuah kamar pribadi seorang kepala pelayan memberikan sebuah jas lengkap dengan tuxedo kepada tuan mudanya. Namun ia merasa risih karena harus memakai busana Resmi seperti itu.

“Tuan ini adalah busana yang disiapkan nyonya untukmu.” Ucap sang pelayan.

“Tolong pakaikan ke tubuhku. Aku sudah lupa caranya memakai busana resmi seperti ini,” ucap Sandi yang jantungnya berdebar saat melihat paras pelayannya. Bagaimana mungkin seorang pelayan tapi memiliki paras dan penampilan yang berbeda dari pelayan biasanya.

Selesai gadis pelayan itu memakaikan busana yang akan digunakan tuan mudanya untuk menghadiri pesta penyambutan untuknya ia segera keluar. Nyonya Lusi dan Sonia menghamiri Sandi dan memintanya untuk ke ruang pesta karena sebentar lagi pesta akan segera di mulai.

“Mami aku sangat risih dengan keramaian apalagi aku memakai baju seperti ini. Bolehkan aku berganti pakaian sekarang?” bisik Sandi.

Nyonya Lusi Brawijaya sedikit mendekatkan wajahnya ke telinga sang putra, “Bertahanlah sebentar putraku, kau adalah seorang pewaris keluarga ternama, kau akan terbiasa nantinya. Hari ini kau harus terlihat sempurna karena pesta ini dibuat untuk menyambutmu,” 

Mereka bertiga perlahan masuk ke ruangan pesta. Sorot mata ratusan tamu yang datang tak henti menatap tuan muda yang telah dinyatakan hilang itu. Senyuman tipisnya membuat semua para wanita meleleh. Sayang sekali dia sudah terkenal sebagai seorang pria yang suka mempermainkan wanita.

“Tuan muda Sandi selamat datang kembali di keluarga Brawijaya,” ucap Ani gadis pelayan yang tadi menyiapkan baju untuk Sandi.

“Terima kasih,” jawab Sandi singkat matanya tak berkedip melihat Ani yang berwajah cantik jelita itu.

Mata Sandi memutar ke seluruh penjuru ruangan. Dengan bekal naluri alam liarnya Sandi mendapatkan beberapa kejanggalan dari beberapa wajah tamu undangan. Ia bergumam dalam hati, “Topeng yang kalian pasang halus bagai tak bertulang,”

Kepalsuan dari raut wajah dan senyum para tamu undangan membuat Sandi jijik. Sambil mengepalkan tangan dengan erat Sandi berbicara dalam hati, “Cih seandainya ini di hutan akan langsung aku cabik wajah kalian yang menampilkan senyuman palsu,”

“Sandi akhirnya kau kembali. Aku sangat khawatir dengan keadaanmu saat dinyatakan hilang,” ucap tuan Toni menyambut keponakannya.

Sandi hanya diam dan memperhatikan siapa yang mengajaknya bicara. Kedua wanita di samping Sandi merasa jijik dengan pria yang kini ada di hadapan mereka, dia terkenal rakus akan kekuasaan. Nyonya Lusi akhirnya mewakili putranya menjawab sapaan dari sang paman.

“Adik ipar terima kasih akan sambutanmu. Aku senang kau datang ke pesta penyambutan putraku yang hidupnya di berkati oleh Tuhan ini,” jawab Nyonya Lusi.

“Mamiku benar paman, jika kakakku tidak diberkati Tuhan mungkin hari ini tidak akan kembali ke rumah ini,” ucap Sonia.

Beberapa tamu undangan kalangan sosialita yang berkerumun disudut ruangan mendengar obrolan tuan Toni dan Nyonya Lusi mulai bergosip, “Pemuda yang hobinya bermain dengan banyak wanita dan berfoya-foya masih dilindungi Tuhan, apa kata-kata itu tidak berlebih?”.

Samar-samar Sandi mendengar cuitan itu. Sandi tetap acuh dan menahan emosinya karena ia tak ingin pesta yang dibuat oleh maminya menjadi kacau. Sebenarnya ia malas menghadiri pesta seperti ini karena walaupun mereka kalangan atas saat berkumpul pasti mereka akan bergosip.

Pesta penyambutan Sandi Brawijaya pun resmi dimulai. Nyonya Lusi meminta tamu undangan mengangkat gelas mereka.

“Tuan dan Nyonya tolong angkat gelas kalian dan kita bersulang untuk menyambut kembalinya putraku yang telah lama hilang.” Ajak nyonya Lusi seraya mengangkat gelas berisi sampanye miliknya.

Para tamu undangan mengikuti intruksi dari Nyonya Lusi. Banyak doa yang ditujukan untuk putranya, naluri Sandi bisa membedakan mana ucapan yang tulus dan tidak. Seolah-olah Sandi bisa melihat topeng sandiwara beberapa tamu undangan pesta.

“Dasar ular dan rubah sialan masih berani  datang dengan memamerkan wajah menjijikan itu,” gumam Sandi dalam hati.

Mata Sandi terus memutar memperhatikan sekeliling ruangan pesta. Yang benar saja ia melihat sekilas pergerakan mencurigakan dari salah satu tamu undangan, ia terus waspada karena menurut naluri alam liarnya ia merasa terancam. Seolah olah ia terus diawasi dan diincar sejak acara dimulai.

“Sandi mami dan Sonia akan menyapa beberapa tamu, kamu juga bisa menyapa para tamu undangan di sini,” ucap nyonya Lusi.

“Bersenang-senanglah kak, ini pesta untuk menyambutmu loh,” imbuh Sonia sambil berlalu meninggalkan sang kakak.

Dor … Dor … Suara tembakan terdengar saat mami dan adik Sandi meninggalkannya untuk menyapa para tamu. Seolah sang penembak sudah menunggu waktu yang tepat untuk membidikkan pelurunya.

Peluru tembakan itu mengarah ke Sandi Brawijaya namun karena dia sudah terlatih jadi bisa menghindari tembakan yang terus mengarahkan. Sebanyak tiga kali ia berhasil menghindari peluru yang terus mengarah ke tubuhnya.

Sambil menghindari peluru Sandi memperhatikan sekitar dan matanya fokus tertuju pada seseorang yang berdiri di salah sudut ruangan. Sandi mengeluarkan senjata yang tersembunyi dari balik jasnya dan melempar ke salah satu seorang yang sembunyi sambil menggemgam sebuah pistol.

 “Argh,” Suara seseorang mengerang karena terkena sabetan senjata tajam milik Sandi yang mengenai sasaran.

Pengawal pribadi keluarga Brawijaya yang berjaga dengan cepat menghampiri Sandi. Sebagian berlari  untuk menangkap pelaku. Dan yang lain menjaga akses masuk dan keluar ruang pesta agar tidak ada satupun tamu meninggalkan pesta.

“Semua Menunduk dan berlindung.” ucap salah satu pengawal keluarga Brawijaya.

“Tuan muda maafkan kami yang telah lalai membiarkan seorang dilengkapi senjata masuk ke pesta, apakah anda terluka tuan?” tanya pengawal Sandi.

“Aku tidak apa-apa orang rendahan seperti dia tidak dapat melukai sejengkal rambutku!” seru Sandi.

Tanpa menghiraukan tamu undangan pesta yang ketakutan. Sandi bergegas mengamati sekitar lalu lari kearah pelaku yang telah meninggal.

“Instingku benar memang ada yang tak beres dengan orang ini. Aku memperhitungkan dan  memposisikan diri dengan benar. Tapi aku tak menyangka ia langsung mengambil tidakan setelah mami dan adikku pergi. Ini adalah tidakan yang tak bisa dilakukan oleh serang amatir,” ucap Sandi sambil mencabut pisau yang tertancam tepat di jantung penembak itu. Pisau yang dibawa Sandi sudah dilumuri racun lebih dulu.

Sandi mengambil pistol dengan Seri G2 premium milik pelaku penembakan, ia simpan siapa tahu bisa berguna. Ia berjalan ke arah mami dan adiknya yang sudah dilindungi pengawal.

“Serahkan saja kasus ini kepada kami tuan muda. Anda tak perlu khawatir kami akan mengatasinya,” pinta salah satu pengawal.

“Baiklah, aku serahkan pada kalian,” balas Sandi.

Para pengawal pribadi keluarga Brawijaya memuji keakuratan lemparan pisau yang dilakukan oleh Sandi dengan jarak jauh bisa tepat sasaran mengenai jantung. Lemparan akurat cepat serta menghindari peluru yang mengarah padanya itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Tuan muda mereka pasti sudah terlatih dan berpengalaman sebelumnya.

Ketua pengawal memerintahkan untuk membereskan mayat yang bersimbah penuh darah di ruang pesta. Mereka mengamankan tempat dan memeriksa daftar tamu undangan yang hadir serta menyisir sekitar tempat pesta dengan alat komunikasi khusus yang biasa digunakan oleh pengawal pribadi.

 “Siapa yang berani secara terang-tenganan mengutus orang untuk membunuh tuan muda di tengah pesta penyambutannya. Bukankah ini  sama saja menabuh gendang perang terbuka,” gumam ketua pengawal.

Ancaman  dan teror langsung kepada keluarga Brawijaya tepat setelah kembalinya tuan muda mereka. Membuat Sandi Brawijaya marah dan semakin mendendam. Sambil menggenggam erat senjata ditangannya, ia bergumam dalam hati, “Akan aku balas semua penghinaan ini jika menemukan dalang dibalik semua ini,”

“Mami, Sonia, apa kalian baik-baik saja. Jangan menangis lagi Sonia aku tak akan membiarkan dalang di balik peristiwa ini hidup tenang. Ayo aku antar ke kamar lebih baik kalian semua istirahat,” ajak Sandi sambil menggandeng mami dan adiknya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nila krisna
ceritanya bagus bangett
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status