"Berhati-hatilah, Xuan Li. Kita bersiap sekarang!" seru Yan Hui dengan sikap waspada.
"Emm." Xuan Li mengangguk, ia menggenggam pedangnya dengan erat. Napasnya berat, bukan hanya karena rasa takut, tetapi juga karena ini adalah pertama kalinya ia berburu binatang roh. Nyawa ayahnya tergantung pada kristal roh itu, dan ia harus mendapatkannya, apa pun risikonya. Tiba-tiba, tanah bergetar. Dari balik kegelapan hutan, sepasang mata merah menyala muncul, diikuti raungan dahsyat. Naga Hitam, makhluk buas dengan sisik gelap mengkilat, menyerbu dengan kecepatan yang sulit diprediksi. Bau manusia memancing insting berburunya sehingga pertarungan tidak mungkin terhindarkan. Adrenalin Xuan Li melonjak. Dengan gerakan gugup, ia mengayunkan pedangnya. Namun, kekuatannya terlalu kecil. Serangan itu hanya menggores sisik keras Naga Hitam dan membuat makhluk itu semakin murka. “Arrggh!” Tubuh Xuan Li terpental, menghantam batu besar hingga darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Ia terus menjadi bulan-bulanan binatang roh Naga Hitam yang terus menyerangnya tanpa ampun. Pandangannya mulai kabur, namun ia melihat sekilas Yan Hui berdiri diam, menyaksikan semuanya tanpa bergerak. Sebuah senyum misterius terlihat samar di wajah Yan Hui. Sebagai seorang pengawal terlatih, ia sebenarnya mampu untuk melawan monster itu. Namun, ia tidak melakukannya dan membiarkan Xuan Li yang lebih banyak bertarung. “Yan Hui... Tolong aku...” Merasa cukup dengan permainannya, dengan gerakan cepat Yan Hui melompat ke udara, lalu menyerang Naga Hitam. Tidak butuh waktu lama akhirnya binatang roh itu pun mati di tangannya. la lalu mengambil kristal roh sebelum akhirnya datang menghampiri Xuan Li. Xuan Li terluka parah dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya. "Terima kasih sudah membantuku mendapatkan kristal roh." Xuan Li tersenyum, mengabaikan luka-lukanya. "Bodoh. Benda ini tidak ada gunanya untukmu." Xuan Li menatap Yan Hui tidak percaya. Ia belum sepenuhnya mengerti maksud dari ucapan sahabatnya itu. Sejak kecil mereka saling mengenal tetapi hari ini ia melihatnya sebagai orang yang berbeda. Sebelum semuanya menjadi jelas, Yan Hui sudah menyeret tubuhnya dengan kasar dan membawanya berjalan. "Yan ... Hui ... Apa yang terjadi padamu?" tanya Xuan Li sembari menyeringai kesakitan. Yan Hui hanya meliriknya sekilas tanpa ada niatan untuk menjawab. Benar-benar berbeda dengan orang yang sebelumnya dikenal baik oleh Xuan Li. Saat ini ia lebih mirip dengan iblis kejam. 'Apa yang terjadi pada Yan Hui? Apakah dia tersihir oleh kekuatan gelap?' Xuan Li bertanya-tanya dalam hati, ia tidak percaya jika Yan Hui akan mengkhianatinya. Tubuh Xuan Li yang tidak mampu berkultivasi semakin melemah. Ia tidak mampu melawan meskipun tidak ingin menyerah. Tiba-tiba, Yan Hui menghentikan langkahnya ketika tiba di bibir tebing yang curam. "Mulai detik ini, kamu tidak akan menjadi beban siapapun lagi." Yan Hui mengangkat tubuh Xuan Li dengan satu tangannya. Mata Xuan Li terbelalak saat melihat jurang yang dalam di bawah mereka. Bayangan kematian membuatnya bergidik. Wajahnya memucat oleh ketakutan yang menjalar di sekujur tubuhnya. "Apa yang ingin kamu lakukan? Bukankah aku selalu memperlakukanmu dengan baik?" "Baik katamu? Demi melindungimu aku kehilangan orang yang kusayangi satu persatu. Terimalah takdimu, Sampah!" Setelah mengatakan itu, Yan Hui melepaskan tubuh Xuan Li dan membiarkannya jatuh ke dalam jurang. Tubuh Xuan Li menghantam batu besar di dasar jurang, menyisakan teriakan keras yang menggema di seluruh penjuru hutan. Ia merasa jika hidupnya telah berakhir. "Kerja bagus." Seorang pria menatap ke dasar jurang yang gelap dan tidak melihat tubuh Xuan Li lagi. "Ayo kita kembali. Ayah akan memberimu imbalan besar." "Terima kasih, Tuan." Di ambang kesadarannya, Xuan Li mengenali suara pria itu. Dadanya bergetar oleh emosi yang bercampur dengan rasa sakit. "Jadi ini kenyataannya..." pikir Xuan Li. "Aku hanyalah sampah memalukan di mata ayahku dan anak yang tidak diinginkan oleh ibuku. Semua ini sudah direncanakan sejak awal." Air mata jatuh dari sudut matanya, tetapi amarah mulai berkobar di dalam dirinya. "Tidak... Aku tidak boleh mati. Tidak di sini." Di kedalaman jiwanya, Xuan Li merasa kekuatan yang lama terpendam mulai bangkit. Tiba-tiba muncul rasa sakit yang melebihi semua luka fisiknya. Sesuatu di dalam tubuhnya menggeliat, seolah ingin lepas dari rantai yang telah lama mengikatnya. Jurang yang gelap menjadi saksi ketika sebuah aura misterius menyelimuti tubuhnya. Batu-batu di sekitarnya mulai retak, udara bergetar, dan cahaya merah keemasan menyemburat dari tubuhnya. "Ada apa dengan tubuhku?" Xuan Li menyeringai menahan semua siksaan.Jauh di dalam lautan kesadarannya, Xuan Li mengalami keadaan yang sulit. Bayangan masa lalu bersama orang-orang yang ia sayangi datang seperti nyata. Dengan ujaran kebencian, mereka mendorong tubuhnya yang terikat oleh rantai hingga terjatuh ke dalam lautan tenang tak berujung.Di tengah keputusasaan, ia mencoba melepaskan diri dari rantai yang membelenggunya. Usahanya berhasil. Namun, rantai yang hancur berubah menjadi bayangan hitam dengan mata merah menakutkan mencekiknya."Si-siapa kamu?" Xuan Li merasa nafasnya dan daya hidupnya terhisap oleh makhluk menyeramkan itu."Serahkan jiwamu dengan patuh. Sebagai gantinya, aku akan membalaskan dendamu. Hahaha.""Tidak! Aku tidak sudi dikendalikan olehmu." Xuan Li berusaha keras untuk melepaskan diri, tapi sepertinya usahanya sia-sia."Hidupku benar-benar sudah berakhir."Pandangannya mulai meredup. Saat hampir mati ia melihat cahaya terang yang menekan bayangan hitam. Cengkeramannya terlepas, namun ia tidak bisa merasakan apapun lagi sel
Di penghujung tahun kelima berada di Gunung Tulang Naga, Xuan Li akhirnya akan segera meninggalkannya. Ia dan gurunya berjalan menuruni gunung. Sekilas pandang, langkah mereka seolah lamban, tetapi hanya dalam sekejap, jarak ratusan meter sudah mereka lewati.Setelah tiba di kaki gunung, Tabib Hantu Wu menghentikan langkahnya, menatap Xuan Li sejenak, lalu ia berkata, “Ingatlah, dunia luar penuh tipu daya. Gunakan semua ilmu yang kuajarkan seperlunya saja. Jangan terlalu percaya pada apa yang terlihat oleh mata, karena kebenaran seringkali tersembunyi jauh di balik penampilan.”Xuan Li menundukkan kepalanya dalam-dalam lalu menyatukan kedua tangannya sebagai tanda penghormatan.“Aku akan selalu mengingat nasihatmu, Guru.”"Pergilah!" Tanpa menunggu balasan, pria tua itu berbalik dan mulai kembali mendaki gunung. Ia tidak menoleh lagi untuk menyembunyikan segala perasaan berat di hatinya. Di dalam dadanya, ada kesedihan yang mendalam, tetapi ia tidak ingin muridnya melihatnya. Saat in
Xuan Li bisa saja melawan dan menjatuhkan penyandera itu dengan mudah. Namun, ia memilih untuk menahan diri. Wanita itu terluka, dan dalam situasi seperti ini, lebih baik tidak menambah musuh baru."Jangan khawatir."Suara Xuan Li yang rendah tidak membuat wanita itu menurunkan pedangnya, meski kewaspadaannya sedikit mengendur. Di luar kamar terdengar suara langkah kaki mendekat dan tidak lama kemudian pintu diketuk dari luar. Ketegangan kembali terasa, penyandera memberi tatapan tajam pada Xuan Li sebelum akhirnya kembali bersembunyi. Seorang pelayan berdiri di depan pintu dengan satu nampan penuh makanan lezat. Xuan Li tidak membiarkannya masuk."Berikan padaku!" Xuan Li mengambil nampan berisi makanan dengan satu tangannya. "Kamu boleh pergi!"Xuan Li menarik nampan itu dengan cepat, lalu segera menutup pintu sebelum pelayan sempat berkata lebih jauh. Ia lalu berjalan ke sebuah meja kayu dan meletakkan nampan yang dibawanya. Masih dengan sikapnya yang santai, ia duduk di lantai
Xuan Li menyibak lengan baju dan menyodorkan tangan kirinya ke depan. Di balik sikapnya yang tenang, ada kegelisahan yang tersembunyi. Ia sudah memikirkan setiap kemungkinan, namun tetap saja, ada rasa khawatir yang sukar ia jelaskan.Penasehat istana mulai memeriksa nadi Xuan Li. Jemarinya yang sudah berpuluh tahun menangani berbagai kasus menyentuh kulit Xuan Li dengan perlahan, seolah merasakan riak-riak energi spiritual di balik lapisan daging. Mata penasehat terpejam dengan penuh konsentrasi, aliran energi murni itu terasa seperti sungai tenang yang mengalir di sepanjang meridian tubuh Xuan Li. Tapi, di tengah ketenangan itu, ia juga mendeteksi sesuatu yang lain, yaitu sebuah kekuatan besar, tak terduga, bersumber dari sebuah artefak yang tersimpan di dalam lautan kesadaran pemuda ini.Artefak itu bukan sembarang benda. Penasehat istana membuka matanya perlahan, alisnya sedikit berkerut. “Artefak ini…,” pikirnya. Artefak itu milik Wu Jin atau yang lebih dikenal sebagai Tabib Han
Sesosok tubuh tinggi besar, berwajah tegas muncul dari balik dinding. Pakaian khas panglima membalut tubuhnya yang kekar, membuatnya terlihat kuat dan berwibawa. Aura kekuatan spiritual terasa begitu pekat meskipun ia sedang tidak menggunakannya."Panglima Shu!" pekik pengawal yang mengenalnya.Mereka segera memberi hormat dan berlutut di hadapannya."Ada apa ini? Kenapa kalian membuat keributan?" Panglima Shu mengulangi pertanyaannya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Ampun, Tuan. Pemuda itu mencuri giok seleksi tabib. Kami khawatir dia akan membahayakan nyawa Tuan Putri." Salah satu pengawal berbicara dengan lancar.Xuan Li tetap tenang meskipun Panglima Shu menatapnya tajam. Ia percaya, bahwa orang yang cerdas tidak akan bertindak sembarangan, apalagi menuduh tanpa bukti.Ketika berdiri tepat di hadapannya, Xuan Li segera menyatukan kedua tangannya memberi hormat. "Saya tidak mencuri, Tuan. Token ini diberikan secara langsung oleh penasihat istana. Jika Tuan tidak perc
Saat Xuan Li masih dalam meditasi, tiba-tiba ia merasakan getaran energi yang mendekat dengan cepat. Mata batinnya menangkap kehadiran sejumlah besar kekuatan yang mengarah ke tempatnya berada. Ia segera menyadari bahwa daya serapnya mungkin telah menimbulkan efek samping tak terduga. Dengan sigap, ia menutup penyerapan energi dan menstabilkan aliran spiritual dalam tubuhnya, mengalihkan kesadarannya kembali ke keadaan waspada.Tidak lama setelah itu, suara langkah-langkah berat terdengar semakin dekat. Beberapa tetua istana, dipimpin oleh tetua utama yang berwibawa, memasuki ruangan dengan ekspresi tajam dan penuh kecurigaan. Mereka mengenakan jubah berornamen yang menandakan posisi tinggi mereka di istana."Apa yang kau lakukan di sini, anak muda?" tanya tetua utama dengan nada datar namun penuh ancaman. Matanya menyipit, menatap Xuan Li seakan ingin menembus sampai ke inti jiwanya.Xuan Li berdiri, membungkukkan badan dan menyatukan tangan sebagai bentuk penghormatan. “Maafkan s
Di aula megah yang dihiasi pilar emas dan lampu gantung perunggu, keenam tabib terpilih berdiri berjajar, suasana penuh tekanan menyelimuti ruangan. Beberapa di antara mereka tampak gelisah, mengusap jubah mereka dengan gugup, sementara yang lain berusaha menjaga wajah tetap tenang meski ketegangan terlihat dari sorot mata mereka. Xuan Li berdiri di antara mereka, tubuhnya tegap, dengan ekspresi netral yang tak menunjukkan emosi apa pun, seperti danau tenang yang menyembunyikan kedalamannya.Dari sudut aula, suara langkah berat menggema, memecah keheningan. Para pengawal membuka pintu besar, dan sosok Raja Jing memasuki ruangan. Mantel ungunya berkilauan di bawah cahaya lilin, setiap gerakannya menunjukkan wibawa seorang penguasa. Di belakangnya, penasihat istana mengikut dengan diam, memegang gulungan dokumen dengan hati-hati.“Yang Mulia Raja Jing telah tiba!” seru seorang pengawal, membungkukkan badan hingga sejajar dengan lantai. Para tabib serentak menundukkan kepala mereka seb
Xuan Li berdiri diam di samping ranjang Putri Jing Yue, memandangi wajah pucat sang putri yang tampak tak bernyawa. Tangan kanannya terulur, dengan jemari yang gemetar pelan saat ia melepaskan seutas energi spiritual untuk memeriksa kondisi sang putri lebih dalam. Begitu energinya menyentuh lautan kesadaran Putri Jing Yue, perasaan dingin yang menusuk segera menyambutnya."Lautan kesadaran yang beku..." gumamnya pelan, hampir seperti bisikan. Namun, jauh di dalam kegelapan, ia merasakan sesuatu yang lebih buruk. Jiwa sang putri seperti terperangkap, membeku dalam cengkeraman bayangan hitam yang mengerikan.Dahi Xuan Li berkerut dalam, dan dadanya sesak oleh kesadaran yang menghantamnya. Belenggu Jiwa. Racun yang terkenal hanya berasal dari satu tempat yaitu Suku Tali Merah, sebuah kelompok kuno di Dataran Tengah. Mereka dikenal karena sihir gelap dan kutukan yang memanfaatkan lautan kesadaran sebagai ladang permainan mereka. Suku itu sangat berbahaya, bahkan bagi para kultivator ti
Kabut hitam menyelimuti jalan setapak yang mulai berubah menjadi bebatuan hitam halus. Xuan Li melangkah diam-diam, pikirannya masih dipenuhi gema suara yang berasal dari dalam dirinya. Ia menoleh ke arah Mo Xiang yang berjalan setengah langkah di belakangnya. Mereka tak berbicara, tapi keduanya tahu: mereka tersesat."Bao Tingyi sudah terlalu jauh," gumam Mo Xiang, matanya menatap ke kejauhan yang buram. "Kita tak bisa menyusul."Xuan Li tidak menjawab. Matanya menyisir lingkungan sekitar. Tidak ada jejak pertempuran, tidak ada tanda keberadaan tim mereka. Apa yang barusan terjadi, serangan dari dua faksi berbeda, membuyarkan formasi dan arah mereka. Kini mereka sendirian, di jantung wilayah iblis.Langkah mereka membawa mereka ke dataran lebih rendah. Kabut mulai menipis, berganti dengan hawa dingin yang menusuk tulang. Di hadapan mereka, berdiri sebuah kota, terlihat lebih tertata dibandingkan reruntuhan yang mereka lalui sebelumnya. Pilar-pilar batu berukir, rumah-rumah tinggi de
Xuan Li melesat ke depan. Tanpa suara, tanpa aba-aba. Hanya gerakan secepat bayangan yang meluncur di tengah kabut gelap.Cahaya merah dari sepasang mata iblis menyala tajam, tapi tak sempat bereaksi saat telapak tangan Xuan Li menembus dadanya. Darah hitam menyembur. Mayat itu jatuh tanpa suara.Di sekitarnya, pengintai faksi musuh yang lain mencoba melawan. Tapi di dimensi ini, dunia iblis, tanah yang bukan milik manusia, Xuan Li lebih dari sekadar kuat. Energi spiritualnya menyatu bersama aliran gelap di tanah, udara, dan bahkan tulang yang tersembunyi di balik kabut.Seolah dunia ini mengenalinya. Menerimanya. Memberinya kekuatan.Satu per satu musuh roboh. Tidak ada peringatan. Tidak ada belas kasihan. Xuan Li bergerak cepat, tenang, dan presisi. Setiap serangan mengenai titik vital. Bahkan sebelum mereka menyadari bahwa sedang diserang, tubuh mereka telah terbaring diam selamanya.Dalam waktu tak sampai seperempat jam, kamp pengamatan faksi Aska tinggal reruntuhan dan mayat.Mo
Faksi itu tidak memiliki nama, atau setidaknya tidak satu pun yang diucapkan dengan suara keras. Di sepanjang jalan, para anggota tidak banyak bicara. Mereka hanya memberi isyarat dengan tangan atau saling bertukar pandang. Seperti kawanan hewan yang sudah saling memahami tanpa perlu kata.Bao Tingyi, si makhluk bermantel hitam, memimpin perjalanan. Langkahnya tegap, tubuhnya tidak terlalu besar, tapi aura yang memancar dari punggungnya membuat siapa pun enggan mendahuluinya.Xuan Li dan Mo Xiang mengikuti tanpa suara. Di belakang mereka, dua iblis pengintai menjaga jarak, seperti bayangan yang tak punya wajah.Mo Xiang mendekat ke Xuan Li dan berbisik, “Mereka seperti sekumpulan roh yang lupa caranya menjadi hidup.”Xuan Li tidak menanggapi. Pandangannya tertuju ke depan. Bau tanah busuk dan uap darah tipis menyesaki udara. Semakin dalam mereka masuk ke wilayah ini, semakin ia merasa tubuhnya bereaksi aneh. Denyut spiritualnya selaras dengan aliran di sekitarnya, seolah tempat ini m
Beberapa hari setelah menetap di reruntuhan, apa yang dinanti Xuan Li akhirnya datang.Pagi itu, langit kelam masih menggantung seperti biasa. Mo Xiang duduk bersandar di dinding, telinganya terangkat seperti biasa, tapi tidak bicara sepatah kata pun. Di sisi lain, Xuan Li membuka mata perlahan. Ada gelombang spiritual yang baru saja melewati ambang pengamatannya, bukan kekuatan sembarangan, tapi terarah, mengincar.Langkah kaki terdengar dari kejauhan. Berat, ritmis, bukan sembarang iblis pengembara. Mereka datang dengan maksud.Lima sosok mendekat. Tubuh-tubuh mereka tinggi dan kurus, kulit gelap mengilat dengan guratan seperti bekas luka terbakar. Dua di antaranya membawa senjata berujung bengkok yang tampak dipakai untuk mencabik, bukan menebas. Di tengah kelompok itu berdiri satu makhluk yang mengenakan mantel hitam lusuh, matanya berwarna perak pucat.Begitu mereka cukup dekat, pemimpin kelompok itu mengangkat tangan. Mulutnya bergerak, mengeluarkan suara aneh, serak dan dalam,
Penjaga menara akhirnya mengalah.Ia menatap pemuda di depannya, napasnya kasar namun tidak lagi dipenuhi amarah. Bila ia memaksa menahan Xuan Li lebih lama, bukan hanya dirinya yang hancur, desa buangan ini bisa lenyap bersama fondasinya.“Pergilah,” katanya pelan. “Jangan kembali… jika tidak ingin semuanya berakhir buruk.”Xuan Li hanya mengangguk tipis, tak bicara sepatah kata pun. Tubuhnya masih tenang, tapi mata itu menyimpan sesuatu yang tak bisa ditebak. Dengan satu gerakan, ia mengangkat tangan dan mengirimkan sinyal spiritual.Tak lama, Mo Xiang muncul dari balik kabut. Ia berlari kecil dan berdiri di sisi Xuan Li, napasnya masih sedikit berat karena baru saja menembus penghalang dimensi.“Sudah selesai?” tanya Mo Xiang lirih.“Belum,” jawab Xuan Li. “Tapi kita tak perlu tinggal di sini.”Penjaga menara tidak bicara lagi. Ia mengangkat tangannya, menciptakan pusaran ruang di udara. Sebuah celah terbuka, memancar aura kelam bercampur tekanan spiritual yang menusuk.Tanpa ragu,
Di depan menara, berdiri sosok tinggi besar, tubuhnya dibalut jubah dari kulit hitam kelam, wajahnya tersembunyi di balik topeng bergigi. Energi yang memancar darinya tidak liar, tapi terfokus. Kaku, terlatih."Itu bukan iblis biasa," pikir Xuan Li. "Penjaga. Bukan warga desa. Dan dia sadar akan keberadaanku."Aura pria itu menyapu sekitarnya seperti tombak tajam. Ketika pandangannya menembus kabut dan berhenti tepat ke arah Xuan Li bersembunyi, senyum tipis muncul di wajah sang pemburu.Penjaga menara mengangkat tangannya. Suaranya bergema, tegas dan kasar.“Makhluk asing. Mundur. Desa ini bukan untukmu. Jika kau menolak, kau akan ditandai sebagai pembawa kekacauan.”Suara itu membawa tekanan spiritual ringan, namun jelas mengandung peringatan. Beberapa makhluk desa yang tadinya mendekat kini menjauh, seolah tahu apa yang akan terjadi.Namun Xuan Li tidak melangkah mundur. Ia melangkah keluar dari balik bayangan, perlahan. Langkahnya menginjak batu-batu kasar, tanpa niat menyembunyik
“Tempat ini tidak benar-benar hidup, tapi juga belum mati. Sesuatu di bawah menara itu... menjaga keseimbangan.”Mo Xiang mengernyit, gelisah. “Menjaga dari apa?”Xuan Li menggeleng pelan. “Belum tahu. Tapi jika kita ingin keluar dari sini, kita harus mengerti cara kerja tempat ini.”Diam sesaat. Suara dari luar rumah, raungan rendah, langkah berat makhluk iblis, dan bisikan asing, menjadi latar yang menguatkan suasana.“Apa maksudmu tinggal di sini? Kita menyusup di sarang musuh,” kata Mo Xiang, nada suaranya tertekan.“Bukan menyusup,” jawab Xuan Li. “Kita sedang beradaptasi.”Mo Xiang berdiri, berjalan mondar-mandir. “Aku tahu ini kedengaran gila, tapi… kita bahkan tidak tahu apa yang mereka makan, bagaimana mereka hidup, atau apakah mereka bisa mencium aura manusia!”“Tenang,” Xuan Li memotong, suaranya tajam. “Ras iblis ini bukan satu bangsa. Mereka tercerai-berai. Desa ini terlihat seperti penampungan para pengungsi. Mereka tidak peduli siapa yang datang, asal tidak mengganggu k
Xuan Li menyimpan bola kristal merah darah itu ke dalam ruang penyimpanan internalnya tanpa berkata apa-apa. Tangannya bergerak tenang, tapi tatapannya tetap awas. Energi di tempat ini terlalu aneh. Satu kesalahan kecil bisa membuat mereka binasa.“Jangan sentuh apa pun,” ucapnya singkat.Mo Xiang mengangguk. Langkah mereka kembali bergerak, menyusuri lorong gelap dengan dinding batu yang dingin dan berembun. Jejak simbol kuno masih terlihat samar di sepanjang jalan, seperti sisa mantra dari zaman yang telah lama terlupakan.Kabut di sekeliling mereka mulai menipis, tapi kegelapan masih menelan jarak pandang. Xuan Li mengangkat tangan, menyalurkan seberkas energi spiritual ke mata. Irisnya bersinar tipis, dan dunia di sekitarnya perlahan berubah. Kontur, bentuk, dan detail mulai terlihat lebih jelas."Gunakan teknik ini," ujarnya, mengajarkan pola sirkulasi sederhana untuk menyelubungi penglihatan dengan lapisan energi spiritual.Mo Xiang mencoba, dan berhasil. Dalam beberapa detik,
Setelah melewati lorong-lorong yang berliku tanpa arah pasti, Xuan Li dan Mo Xiang akhirnya tiba di sebuah dataran cekung yang nyaris tertutup puing reruntuhan. Di tengahnya, tersembunyi di balik batu-batu patah dan debu, terdapat sebuah platform bundar dari batu hitam. Permukaannya dipenuhi ukiran-ukiran melingkar yang membentuk pola formasi, meski sebagian besar telah tertutup lumpur dan pecahan kristal mati.Xuan Li mengerutkan alis. Ia menatap sebentar ke arah pola yang tersisa, lalu mengangguk pelan. “Formasi teleportasi,” gumamnya. “Model kuno... tapi masih utuh.”Mereka mulai menyingkirkan puing-puing yang menghalangi. Pilar-pilar kecil di sekeliling platform akhirnya terlihat. Tingginya hanya setinggi pinggang, namun masing-masing dipenuhi ukiran garis-garis yang membentuk simpul energi. Saat cahaya samar langit kelabu menyentuh formasi itu, pola-pola itu perlahan menyala.Mo Xiang menyeka keringat dari dahinya. “Apa ini masih bisa digunakan?”Xuan Li tidak menjawab. Ia mero