Jauh di dalam lautan kesadarannya, Xuan Li mengalami keadaan yang sulit. Bayangan masa lalu bersama orang-orang yang ia sayangi datang seperti nyata. Dengan ujaran kebencian, mereka mendorong tubuhnya yang terikat oleh rantai hingga terjatuh ke dalam lautan tenang tak berujung.
Di tengah keputusasaan, ia mencoba melepaskan diri dari rantai yang membelenggunya. Usahanya berhasil. Namun, rantai yang hancur berubah menjadi bayangan hitam dengan mata merah menakutkan mencekiknya. "Si-siapa kamu?" Xuan Li merasa nafasnya dan daya hidupnya terhisap oleh makhluk menyeramkan itu. "Serahkan jiwamu dengan patuh. Sebagai gantinya, aku akan membalaskan dendamu. Hahaha." "Tidak! Aku tidak sudi dikendalikan olehmu." Xuan Li berusaha keras untuk melepaskan diri, tapi sepertinya usahanya sia-sia. "Hidupku benar-benar sudah berakhir." Pandangannya mulai meredup. Saat hampir mati ia melihat cahaya terang yang menekan bayangan hitam. Cengkeramannya terlepas, namun ia tidak bisa merasakan apapun lagi selain kegelapan. Ketika ia kembali membuka mata, pandangannya kabur oleh cahaya yang lembut dan asing. Xuan Li mendapati dirinya berbaring di atas tempat tidur kayu yang sederhana, namun nyaman. Dari celah pintu yang terbuka, angin sejuk membawa aroma hutan yang murni, sementara panorama pegunungan yang menjulang tampak seperti lukisan surgawi. Sesaat, ia mengira dirinya telah mati dan berada di alam nirwana. "Jangan banyak bergerak dulu! Cederamu cukup serius." Sebuah suara diiringi langkah-langkah tenang terdengar mendekat. Seorang pria berambut putih, dengan wajah tenang dan mata tajam seperti elang, memasuki ruangan. Usianya mungkin tidak muda namun wajahnya memancarkan aura keabadian. "Apakah aku masih hidup?" Xuan Li melontarkan pertanyaan konyol yang membuat pria itu tersenyum. "Tentu saja. Aku menemukanmu di dasar jurang," jawab pria itu sembari memeriksa keadaan Xuan Li dengan menyentuh pergelangan tangannya. "Terima kasih sudah menyelamatkanku." Semula ia berpikir jika apa yang ia lalui sebelumnya hanyalah mimpi buruk. Ia tidak menyangka orang-orang terdekatnya berniat untuk menyingkirkannya. "Tubuh giokmu adalah anugerah sekaligus kutukan," ujar pria itu. "Tanpa kendali yang baik kekuatan itu akan menghancurkanmu." Xuan Li tidak mengerti ucapan pria itu. "Tubuh giok? Maaf, siapa Anda sebenarnya, Tuan." "Namaku Wu Jin, atau lebih dikenal sebagai Tabib Hantu Wu." Xuan Li terbelalak mendengar namanya, tokoh yang disegani di seluruh Benua Tua. "Rupanya kamu belum tahu jika kamu memiliki tubuh giok," lanjutannya. "Aku hanya tahu tubuhku sangat lemah. Orang-orang menganggapku sampah, begitu juga keluargaku." Terngiang ucapan Yan Hui dan saudaranya, Xuan Yi, yang menginginkan kematiannya. Tabib Hantu Wu menjelaskan secara rinci mengenai tubuh giok hingga membuatnya mengerti. Tubuh giok menyimpan kekuatan yang besar, butuh kultivasi yang tinggi untuk bisa mengendalikannya. Namun, pemiliknya butuh kerja keras yang lebih karena tubuh giok menyerap energi berkali-kali lipat lebih besar dari tubuh normal. Xuan Li akhirnya mengerti mengapa dantiannya belum terbentuk meskipun ia sudah berlatih. Sebelum jatuh pingsan, ia juga hampir dikendalikan oleh kekuatan hitam tubuh giok yang ingin menguasai tubuhnya. "Saat ini mungkin hanya ayah dan ibumu yang tahu tentang tubuh giokmu. Kamu harus tetap merahasiakannya. Untuk sementara tubuhmu aman, aku menekan kekuatan hitam tubuh giok dengan artefak batu hitam. Namun, sewaktu-waktu kekuatan itu bisa kembali meledak. Kamu harus tetap mengendalikan emosi dan segera meningkatkan kultivasimu." "Jadi, ayah sudah tahu. Pantas saja." Wajah Xuan Li terlihat murung. "Tidak perlu bersedih. Setelah tubuhmu pulih, aku akan melatihmu dan menjadikanmu satu-satunya muridku." "Terima kasih, Guru. Xuan Li bersedia mengabdi padamu." Saking senangnya Xuan Li lupa dan bergerak untuk memberi hormat. Sedetik kemudian ia mengaduh kesakitan dan membuat Tabib Hantu Wu tertawa. Tabib Hantu Wu, seorang penyendiri legendaris yang dikenal karena penguasaan seni pengobatan dan kekuatan misteriusnya. Lokasi tempat Xuan Li berada adalah Gunung Tulang Naga, kawasan terpencil yang bahkan para petualang ulung pun jarang berani mendekatinya. Selama berbulan-bulan, Xuan Li dirawat oleh Tabib Hantu Wu, tubuhnya dipulihkan dengan ramuan langka dan teknik akupuntur yang hanya dikuasai olehnya. Meski dantiannya berkembang lambat, Xuan Li memiliki kelebihan yang lain. Keuletannya, tekadnya yang kuat, dan pengetahuan mendalam tentang seni pengobatan membuatnya tidak bisa diremehkan. Dalam kurun waktu lima tahun, Xuan Li mempelajari berbagai seni pengobatan dari sang tabib: teknik pemurnian pil, ramuan obat, akupuntur, hingga seni pengobatan yang dapat menyelamatkan atau menghancurkan hidup seseorang. Sebagai seorang genius, Xuan Li menguasai semua yang diajarkan dengan dedikasi yang tak terbantahkan. Suatu sore, Tabib Hantu Wu berbicara serius kepada Xuan Li. "Tubuh giokmu adalah pedang bermata dua. Setiap langkahmu akan membawa bahaya, bukan hanya bagi dirimu, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarmu." Tabib Hantu Wu mengeluarkan sebuah gulungan. "Ini adalah catatan bahan utama Pil Penyelaras Roh dan tata cara pemurniannya. Pil ini akan membantumu untuk berkultivasi dengan cepat." Xuan Li menerimanya lalu membukanya. Bahan-bahan untuk membuat pil penyelaras roh terbilang langka dan sulit didapat. Ia harus berkeliling ke seluruh penjuru benua untuk mendapatkannya. "Aku mengerti, Guru." "Takdir sering kali membawamu kembali ke tempat yang kau hindari." Tabib Hantu Wu menangkap keraguan di mata Xuan Li. "Pergilah, Xuan Li. Tapi ingat, jika kau kehilangan arah atau dirimu sendiri, Gunung Tulang Naga akan selalu menjadi tempatmu kembali." "Aku pasti akan kembali, Guru. Bukan sebagai murid yang mencari perlindungan, tetapi sebagai seseorang yang telah memenuhi takdirnya." Xuan Li berbicara penuh tekad. Tabib Hantu Wu tersenyum tipis, namun ada kesan sendu di balik sorot matanya. "Berhati-hatilah dengan langkahmu karena setiap langkah menentukan nasib.""Xuan Li..." gumam Xuan Huayin, masih belum yakin."Aku adalah Wu Yu, Xuan Li sudah mati," jawab Xuan Li dengan nada dingin yang menusuk. "Dan kau tidak memiliki hak untuk memerintahku, Xuan Huayin."Panggilan tanpa gelar kehormatan tersebut membuat kaisar terkejut. Tidak ada yang berani memanggil namanya secara langsung, kecuali keluarga terdekat atau seseorang yang sudah tidak mengakui otoritasnya.Xuan Li berbalik menghadap ayahnya sepenuhnya. "Seharusnya kau berterima kasih kepadaku. Aku telah melindungi rakyatmu dari ancaman yang nyaris menghancurkan kerajaan. Namun bukannya bersyukur, kau malah menghalangi ketika aku hendak menghabisi musuh negara ini."Kata-kata tersebut menohok hati Xuan Huayin lebih dalam dari luka fisik apa pun. Dia melihat kebencian dan kekecewaan yang mendalam di mata putranya, perasaan yang selama ini dia khawatirkan akan muncul suatu hari.Kaisar yang pernah ditakuti oleh seluruh benua kini terduduk lemah di hadapan putranya sendiri. Air mata mulai menga
Seruan putus asa Xuan Huayin terdengar samar di tengah gemuruh pertarungan, namun Xuan Li sama sekali tidak menghiraukan. Mata yang heterokromnya terfokus penuh pada Liang Xue yang kini mulai terengah-engah di hadapannya. Energi spiritual yang mengalir dalam tubuh gioknya seolah tidak mengenal batas, terus bergelombang seperti samudra yang tidak pernah surut."Masih belum cukup," gumam Xuan Li dengan suara dingin yang menggetarkan udara di sekelilingnya.Sayap hitam kristal di punggungnya mengembang lebar, memancarkan aura gelap yang menakutkan. Namun yang membuat Liang Xue waspada bukanlah kekuatan fisiknya, melainkan energi spiritual yang mulai mengalir ke arah yang berbeda. Energi tersebut tidak lagi berkonsentrasi untuk serangan langsung, tetapi menyebar dalam pola-pola rumit yang tidak dapat dipahami.Liang Xue merasakan sesuatu yang aneh mulai merasuki pikirannya. Dunia di sekitarnya tampak berubah secara perlahan, warna mulai memudar, suara menjadi teredam, dan realitas tampak
Benturan kedua kekuatan menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan semua benda di radius lima puluh meter. "Teknik Cakar Iblis!" teriak Liang Xue sambil lancarkan serangan bertubi-tubi. Sepuluh cakar energi gelap berbentuk seperti hantu menyerang dari berbagai arah secara bersamaan. Setiap cakar tersebut mengandung energi alam bayangan yang cukup untuk melenyapkan sebuah gunung kecil. Xuan Li tidak tinggal diam. Tubuh gioknya bergerak dengan kelincahan yang mengejutkan, menghindari sebagian besar serangan sambil membalas dengan pukulan-pukulan yang diperkuat energi spiritual murni. "Tinju Cahaya Suci!" teriaknya sambil melancarkan pukulan yang dilapisi cahaya putih bersih. Pukulan tersebut berbenturan dengan salah satu cakar hantu, menciptakan ledakan energi yang membuat tanah di bawah mereka retak hingga kedalaman puluhan meter. Liang Xue mundur beberapa langkah, matanya menyipit melihat kekuatan yang ditunjukkan lawannya. "Menarik. Tapi itu tidak cukup untuk mengalahkanku."
Energi gelap yang tersisa dari mayat-mayat yang berserakan mulai berkumpul seperti kabut pekat menuju tubuh Xuan Li. Aliran energi tersebut menciptakan pusaran angin hitam di sekelilingnya, menarik setiap jejak kekuatan alam bayangan yang masih tertinggal di medan perang.Xuan Li merasakan gelombang kekuatan yang luar biasa mengalir ke dalam pembuluh darahnya. Energi yang selama ini ia tekan dan sembunyikan kini bangkit dengan intensitas yang mengguncang fondasi kekuatannya. Kulitnya yang semula normal perlahan berubah menjadi putih seperti giok yang dipoles halus, memancarkan cahaya lembut namun menakutkan."Apa yang terjadi padaku?" gumamnya sambil menatap kedua tangannya yang kini bersinar.Mata heterokromnya - yang satu biru seperti langit siang, yang lain merah seperti darah - mulai memancarkan cahaya yang semakin terang. Perubahan yang terjadi pada tubuhnya bukan sekadar transformasi fisik biasa, melainkan evolusi menuju sesuatu yang jauh melampaui batas manusia normal.Tiba-tib
Huayin segera mengarahkan tubuh dharmanya untuk bertahan. Kedua tangan raksasa dharma tersebut saling bertemu di depan dada, menciptakan perisai cahaya emas yang tebal.BOOOMMMM!Benturan antara kegelapan dan cahaya menciptakan ledakan yang dahsyat. Gelombang energi menyebar ke segala arah, menghancurkan bangunan-bangunan di sekitar. Bahkan gunung-gunung di kejauhan ikut bergetar karena guncangan tersebut.Ketika asap mulai reda, terlihat bahwa tubuh dharma Huayin telah retak di berbagai tempat. Cahaya emas yang sebelumnya menyilaukan kini mulai meredup."Masih belum cukup," gumam Tuan Ketidakadilan sambil mempersiapkan serangan kedua.Kali ini ia menggunakan kedua tangannya. Energi kegelapan yang jauh lebih pekat dan mengerikan mulai berkumpul. Udara di sekitarnya menjadi sangat dingin hingga embun beku mulai terbentuk di tanah."Jika kau ingin melindungi kekaisaranmu, tunjukkan kekuatan sesungguhnya!" tantang Tuan Ketidakadilan.Huayin menyadari bahwa ia sudah mencapai batas kemampu
Asap hitam mengepul tebal di atas ibukota Kekaisaran Bulan Perak ketika gelombang terakhir mayat hidup menyerbu tembok luar. Suara bentakan logam dan jeritan kematian berpadu menciptakan simfoni neraka yang menggema.Kaisar Xuan Huayin berdiri di atas menara tertinggi, zirah emas kekaisarannya berkilau terkena cahaya api yang berkobar di berbagai sudut kota. Matanya yang tajam mengamati setiap gerakan musuh dengan ketenangan seorang penguasa yang sudah mengalami ribuan pertempuran."Yang Mulia, tembok ketiga sudah runtuh!" lapor seorang jenderal sambil berlutut. Darah segar mengalir dari pelipisnya, namun matanya masih menyala dengan tekad yang tidak tergoyahkan."Berapa banyak yang tersisa?" tanya Huayin tanpa mengalihkan pandangannya dari medan perang."Kurang dari sepuluh ribu prajurit, Yang Mulia. Sisanya..." suara jenderal tersebut terputus.Huayin mengangguk perlahan. Ia sudah memperkirakan hal ini sejak awal. Musuh yang mereka hadapi bukan lagi pasukan biasa yang bisa dikalahka