Home / Pendekar / TULANG SUCI NAGA ABADI / BAB 33 : AKAR ROH 100 TAHUN

Share

BAB 33 : AKAR ROH 100 TAHUN

Author: Faisalicious
last update Huling Na-update: 2025-05-09 12:13:17

"Malam ini... padang rumput ini akan dibasuh dengan darah para semut rendahan seperti kalian."

Suara itu berat dan dingin, menggema bagai guruh di langit yang kosong. Di atas udara malam yang membeku, sosok berjubah hitam melayang tanpa suara, jubahnya berkibar seperti bayangan kematian. Angin berhenti. Nyala api unggun mendadak padam, seolah takut akan kehadiran kekuatan yang turun dari langit. Keheningan jatuh, menggantung seperti sabit di tenggorokan semua orang yang ada di sana.

Dalam satu napas, aura Dao merah tua meledak dari tubuh sosok itu, menyapu area perkemahan seperti pusaran angin darah. Tanah bergetar hebat, rerumputan kering terbakar di tempat, dan kuda-kuda meringkik liar sebelum melarikan diri dalam panik. Aroma darah dan tanah hangus perlahan memenuhi udara.

Para pengawal bayaran keluarga Hu tersentak. Beberapa mundur setengah langkah, wajah mereka memucat. Tubuh mereka menggigil, bukan karena dingin, melainkan tekanan spiritual yang begitu dalam, menusuk hingga ke s
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 34 : DIA WANITA CANTIK

    Udara malam masih bergema oleh sisa ledakan Dao sebelumnya. Debu-debu belum sempat turun ketika Xu Ming, masih memegang kotak akar roh seratus tahun, melangkah perlahan ke depan. Matanya tetap tertuju pada sosok berjubah hitam di seberang yang kini menegang, dikelilingi aura api hitam yang terus bergolak.Di sampingnya, Lin Hu terpaku. Matanya membesar, menatap Xu Ming seakan melihatnya untuk pertama kali. Pemuda yang sehari lalu hanya meminta diantar ke Padang Rumput Seribu Li… ternyata seorang kultivator. Gemetar dan kagum, Lin Hu memberanikan diri. Ia melangkah pelan, lalu menyentuh punggung Xu Ming, tepat di bahu kanannya.“Xu Ming… kau…”Xu Ming tak menoleh. Wajahnya tetap dingin, matanya tajam seperti ujung bilah yang belum pernah digunakan. Tangannya menggenggam kotak giok itu lebih erat. Suaranya pelan, namun tak terbantahkan.“Serahkan sisanya padaku.”Lin Hu menelan ludah. Tak ada kata yang keluar dari bibirnya. Ia hanya mengangguk kecil, lalu mundur beberapa langkah, menjau

    Huling Na-update : 2025-05-09
  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 35 : TEKNIK SEGEL KUTUKAN

    “Perhatikan matamu itu, bocah, sebelum kucongkel,” hardik wanita itu, suaranya tajam dan penuh amarah.Suara itu memecah hening malam, tajam dan bernada kesal. Wanita muda itu mencabut pedang panjangnya, dan seketika pilar api kehitaman membumbung dari tanah, membelah langit malam hingga setinggi seratus kaki. Aura panasnya membuat tanah berderak dan udara berdesis seperti kuali mendidih.Xu Ming masih berdiri di tempat. Tatapannya menelusuri wajah lawannya bukan karena nafsu, tetapi karena keterkejutan. Ia baru menyadari bahwa sosok yang beradu Dao dengannya... adalah seorang wanita muda. Wajahnya tampak terlalu lembut untuk perang. Terlalu tenang untuk seorang pembunuh. Dan itu membingungkan. Namun bagi wanita itu, tatapan Xu Ming terasa berbeda. Ia mengira itu adalah tatapan lain dari banyak pria yang hanya melihat tubuhnya, bukan dirinya.Belum sempat teknik Dao diluncurkan, suara keras membentak di dalam kesadaran Xu Ming. “Cepatlah bertindak, Nak! Jangan banyak bermain!”Itu Bin

    Huling Na-update : 2025-05-09
  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 1 : RAMALAN LANGIT

    "Yang Mulia! Ini… ini tidak mungkin…"Suara itu melengking, menggema di seluruh aula megah Istana Langit Emas, ruang suci tempat para peramal bintang, penasihat agung, dan ahli sihir kekaisaran berkumpul. Lantai dari batu giok putih berkilau memantulkan cahaya obor yang bergoyang, namun ketenangan aula itu hancur ketika suara penasihat tertua, Mo Tian, mengguncang udara.Mo Tian, lelaki tua berjubah ungu berhiaskan simbol bintang dan naga langit, menjatuhkan gulungan sutra ke lantai. Kedua tangannya gemetar, dan napasnya terengah seolah baru melihat bayangan maut sendiri.Raja Xuan, duduk di singgasana naga dengan tatapan tajam bagaikan elang, menyipitkan mata.“Bicaralah, Mo Tian. Jangan mengulur waktu dengan keluhan tua.”Mo Tian berlutut. “Ampun, Yang Mulia. Ramalan telah turun dari langit… Tiga malam berturut-turut, konstelasi Qian Long dan Bintang Surga Ketujuh bertabrakan dalam garis merah darah. Langit mengirimkan pertanda…”Ia menarik napas dalam, mencoba menyusun kata. “Dalam

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 2 : NAGA EMAS DAN API ES 7 WARNA

    Hujan deras mengguyur dataran Luoyuan. Aroma tanah basah bercampur darah membekas di udara, menggantung seperti kabut pekat. Hembusan angin membawa suara denting logam dan teriakan prajurit yang bercampur nyaring dengan gelegar petir dari langit kelam. Di tengah-tengah medan yang porak-poranda oleh jejak kaki kuda dan tubuh bergelimpangan, seorang pria berdiri dengan tombak naga panjang berbalut energi dao, menghadap ratusan pasukan kekaisaran.Komandan Zhao mengangkat tangan, menghentikan pasukannya saat melihat sosok berjubah kelabu berdiri sendirian di ujung tebing kecil.“Pendekar,” katanya, suaranya menggema di udara lembap. “Sebutkan namamu. Aku tidak membunuh seseorang tanpa tahu siapa yang kuhabisi.”Sosok berjubah itu tidak bergerak. Rintik hujan jatuh di pundaknya, tapi ia berdiri tegak, seperti bayangan batu yang menyatu dengan alam. Beberapa saat sunyi, lalu pria itu mengangkat kepalanya perlahan. Wajahnya masih muda, tapi sorot matanya... seperti danau yang menyimpan ribua

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 3 : PUTRI MALU SEMBILAN PERUBAHAN

    13 Tahun telah berlalu sejak pembantaian bayi laki-laki di Kekaisaran Luoyan karena kabar mengenai Ramalan Bintang yang bertabrakan dengan Konstelasi Qian Long. Xu Ming tumbuh dan besar disebuah desa terpencil bernama Desa Kayu.Desa Kayu terletak di wilayah barat daya dari ibu kota Kekaisaran Langit Emas, tersembunyi di antara jajaran pegunungan terpencil yang berbatasan dengan hutan purba dan lembah berbatu. Untuk mencapai desa ini dari ibu kota, diperlukan waktu setidaknya satu bulan penuh perjalanan menggunakan kereta kuda melalui jalur-jalur sempit dan terjal yang jarang dilalui. Secara geografis, desa ini dikelilingi oleh medan yang sulit diakses terdapat hutan bambu lebat, lereng berkabut, dan jurang dalam yang menjadikannya lokasi strategis untuk menghindari pengawasan kekaisaran. Lokasinya yang terpencil inilah yang memungkinkan Xu Ming bertahan hidup setelah dihanyutkan ke sungai oleh ibunya saat pengepungan rumah keluarganya di kaki Gunung Qing Shan.Di pinggiran Lembah Huoy

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 4 : UPACARA PENDEWASAAN

    Langit masih diliputi semburat ungu ketika Xu Ming berdiri di tanah basah, napasnya menggantung dalam udara pagi yang dingin. Kedua tangannya mengepal, lalu perlahan membentuk segel dasar pelatihan napas."Tiga... dua... satu..." bisiknya.Pukulan lurus dilontarkan ke batang kayu tua yang tergantung dengan tali rotan. BUK! Tubuh mungilnya terpental setengah langkah ke belakang. Telapak tangannya berdarah lagi.Dari kejauhan, Nenek Hua muncul dengan langkah tertatih, membawa kantung obat. Rambutnya yang abu tersapu angin pagi saat ia menghela napas."Setiap pagi seperti ini… selalu saja tanganmu berdarah," gumamnya sambil membuka gulungan kain kasa.Di sampingnya, Kakek Mozi bersandar pada tongkat bambu, matanya tetap tertuju pada Xu Ming."Anak itu keras kepala, ya?" komentar Hua sambil duduk di atas batu."Bukan hanya keras kepala," jawab Mozi, tersenyum kecil. "Tulangnya masih muda, tapi semangatnya… seperti baja tua yang telah ditempa ratusan kali.""Kau juga yang menanamkan itu pad

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 5 : LEDAKAN ENERGI DAO

    “Kau yakin anak-anak itu siap?”Suara Nenek Hua terdengar pelan, tapi tajam, saat ia menyusun gulungan daun pahit ke dalam mangkuk tembaga. Asap tipis mengepul, membawa aroma yang menusuk hingga ke paru-paru.Kakek Mozi, berdiri di bawah pohon plum tua, tak langsung menjawab. Ia hanya menatap bocah yang duduk bersila di ujung pelataran altar batu. Xu Ming, diam, mata terpejam, napas lambat tapi berat, seperti menahan sesuatu di dalam tubuhnya.“Tidak ada yang pernah benar-benar siap, Hua,” kata Mozi akhirnya. “Tapi jika bahkan tulang-tulang muda Desa Batu kita tak mampu menanggung kerikil pertama di kaki mereka ini, kita yang tua ini hanya bisa berdoa…”Nenek Hua mendengus pelan. “Kau bicara seperti dewa, Pak Tua. Aku hanya ingin semua anak-anak ini menerobos dengan lancar. Termasuk Xu Ming... Aku sudah menganggapnya seperti cucuku sendiri. Aku hanya ingin dia menggenggam erat keinginannya, apa pun yang terjadi nanti.”Keduanya mengangguk sepakat, lalu berjalan pelan menuju altar batu

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 6 : MENGUNGKAP SIAPA?

    Salah satu keistimewaan dalam jalan kultivasi adalah kemampuannya menembus batas tubuh, jiwa, dan waktu itu sendiri. Bagi manusia fana, hidup tak lebih dari serpihan musim. Seratus tahun dianggap panjang, namun bahkan usia itu pun kerap terputus di tengah jalan. Lain halnya dengan seorang kultivator. Meski tak berbakat, selama berhasil menembus Taraf Pertama: Penempaan Tubuh Dao, ia dapat memperpanjang hidup hingga dua atau bahkan tiga abad lamanya.Karena itu, langkah pertama dalam kultivasi bukan sekadar awal pelatihan, melainkan kelahiran kembali. Sebuah pemisahan dari kefanaan, menuju usia panjang yang hanya dimiliki oleh mereka yang terpilih. Malam itu, di Desa Batu, tampak sebuah perayaan sederhana. Anak-anak yang baru saja menyelesaikan upacara pendewasaan menari mengelilingi api unggun, tertawa dan saling bercanda. Namun bagi mereka yang memahami dunia Dao, ini bukan sekadar pesta. Ini adalah keajaiban. Simbol bahwa generasi baru telah lahir, anak-anak yang kini tak lagi terik

    Huling Na-update : 2025-04-25

Pinakabagong kabanata

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 35 : TEKNIK SEGEL KUTUKAN

    “Perhatikan matamu itu, bocah, sebelum kucongkel,” hardik wanita itu, suaranya tajam dan penuh amarah.Suara itu memecah hening malam, tajam dan bernada kesal. Wanita muda itu mencabut pedang panjangnya, dan seketika pilar api kehitaman membumbung dari tanah, membelah langit malam hingga setinggi seratus kaki. Aura panasnya membuat tanah berderak dan udara berdesis seperti kuali mendidih.Xu Ming masih berdiri di tempat. Tatapannya menelusuri wajah lawannya bukan karena nafsu, tetapi karena keterkejutan. Ia baru menyadari bahwa sosok yang beradu Dao dengannya... adalah seorang wanita muda. Wajahnya tampak terlalu lembut untuk perang. Terlalu tenang untuk seorang pembunuh. Dan itu membingungkan. Namun bagi wanita itu, tatapan Xu Ming terasa berbeda. Ia mengira itu adalah tatapan lain dari banyak pria yang hanya melihat tubuhnya, bukan dirinya.Belum sempat teknik Dao diluncurkan, suara keras membentak di dalam kesadaran Xu Ming. “Cepatlah bertindak, Nak! Jangan banyak bermain!”Itu Bin

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 34 : DIA WANITA CANTIK

    Udara malam masih bergema oleh sisa ledakan Dao sebelumnya. Debu-debu belum sempat turun ketika Xu Ming, masih memegang kotak akar roh seratus tahun, melangkah perlahan ke depan. Matanya tetap tertuju pada sosok berjubah hitam di seberang yang kini menegang, dikelilingi aura api hitam yang terus bergolak.Di sampingnya, Lin Hu terpaku. Matanya membesar, menatap Xu Ming seakan melihatnya untuk pertama kali. Pemuda yang sehari lalu hanya meminta diantar ke Padang Rumput Seribu Li… ternyata seorang kultivator. Gemetar dan kagum, Lin Hu memberanikan diri. Ia melangkah pelan, lalu menyentuh punggung Xu Ming, tepat di bahu kanannya.“Xu Ming… kau…”Xu Ming tak menoleh. Wajahnya tetap dingin, matanya tajam seperti ujung bilah yang belum pernah digunakan. Tangannya menggenggam kotak giok itu lebih erat. Suaranya pelan, namun tak terbantahkan.“Serahkan sisanya padaku.”Lin Hu menelan ludah. Tak ada kata yang keluar dari bibirnya. Ia hanya mengangguk kecil, lalu mundur beberapa langkah, menjau

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 33 : AKAR ROH 100 TAHUN

    "Malam ini... padang rumput ini akan dibasuh dengan darah para semut rendahan seperti kalian."Suara itu berat dan dingin, menggema bagai guruh di langit yang kosong. Di atas udara malam yang membeku, sosok berjubah hitam melayang tanpa suara, jubahnya berkibar seperti bayangan kematian. Angin berhenti. Nyala api unggun mendadak padam, seolah takut akan kehadiran kekuatan yang turun dari langit. Keheningan jatuh, menggantung seperti sabit di tenggorokan semua orang yang ada di sana.Dalam satu napas, aura Dao merah tua meledak dari tubuh sosok itu, menyapu area perkemahan seperti pusaran angin darah. Tanah bergetar hebat, rerumputan kering terbakar di tempat, dan kuda-kuda meringkik liar sebelum melarikan diri dalam panik. Aroma darah dan tanah hangus perlahan memenuhi udara.Para pengawal bayaran keluarga Hu tersentak. Beberapa mundur setengah langkah, wajah mereka memucat. Tubuh mereka menggigil, bukan karena dingin, melainkan tekanan spiritual yang begitu dalam, menusuk hingga ke s

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 32 : RAMALAN BERDARAH

    “Kau ingin sepotong daging kelinci ini? Makanlah, dan bergabunglah dengan yang lain.” Lin Hu menyodorkan tusukan daging panggang ke arah Xu Ming, senyumnya lebar meski napasnya masih tersengal usai memanggang di dekat api.Xu Ming hanya melirik sekilas, lalu menggeleng pelan. “Tidak perlu.”“Ah, kau ini…” Lin Hu mendecak, kemudian duduk di tanah sambil menggigit dagingnya sendiri. “Kau terlalu serius. Lihat itu, semua orang tertawa. Mereka bukan orang jahat, hanya pengawal bayaran. Tidak perlu selalu menatap gelap.”Xu Ming tetap diam, pandangannya menatap gelapnya padang yang tak berujung, seolah mencari sesuatu di balik malam. Api unggun membias redup di matanya.Tak jauh dari mereka, di lingkaran api, para pengawal bayaran duduk saling berdekatan. Suara tawa pelan terdengar, berseling dengan obrolan santai dan bunyi kendi arak beras yang berpindah tangan.“Oi, Lin Hu! Kau takkan kenyang kalau cuma makan itu! Kemarilah!” seru salah satu pengawal sambil menepuk lututnya.Lin Hu melir

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 31 : KARAVAN PENGAWAL BAYARAN

    Langit siang perlahan memudar menjadi jingga pucat ketika Xu Ming dan Lin Hu menapaki jalan tanah menuju Padang Rumput Seribu Li. Hembusan angin membawa aroma tanah kering dan rumput liar, membuat debu-debu kecil berputar mengikuti langkah mereka."Jalan ini akan membawa kita ke perbatasan padang," kata Lin Hu sambil menunjuk ke arah dataran yang mulai terbuka. "Dari sana, tinggal lurus… sampai tak ada lagi pohon yang menemani."Xu Ming hanya mengangguk, matanya menatap lurus ke depan, menembus horizon.Namun suara derap langkah kuda dari belakang memecah keheningan. Lin Hu menoleh cepat. “Ada karavan… besar… mendekat,” gumamnya.Dari balik debu jalan, muncullah deretan kereta kayu besar, ditarik oleh kuda-kuda kokoh. Di sekelilingnya, para pengawal bersenjata menunggangi kuda, wajah mereka keras dan penuh kewaspadaan. Suara gemerincing logam dan derap kaki kuda menggetarkan tanah.“Jangan terlihat mencurigakan…” bisik Lin Hu, menunduk pelan.Namun terlambat. Salah satu pengawal di de

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 30 : PENCURI BAKPAO

    Xu Ming menatap jalanan berdebu yang perlahan memanjang, sesekali menoleh ke belakang saat suara roda kayu kereta Paman Han semakin melemah. Kereta kayu itu menjauh, membawa suara-suara Desa Niu Ping yang semakin sayup, hingga akhirnya hanya hembusan angin yang tersisa."Kalau aku tak mulai langkah pertama, aku akan menyesal selamanya…"Namun saat kereta Paman Han akhirnya lenyap di balik tanjakan, Xu Ming berbalik. Dadanya terasa kosong. Ada haru, ada tekad, tapi juga sejumput kesepian yang sulit dijelaskan. Ia menatap jalan panjang ke barat laut yang membentang tak berujung.Ia tidak langsung bergerak. Hanya berdiri, menatap ke arah jalur yang membentang. Jemarinya refleks meremas selempang di dadanya. Helaan napasnya pendek. Sepatu kainnya sedikit menggali tanah saat ia menggeser kakinya ke depan, tapi kemudian berhenti lagi.“…jadi begini rasanya.”Tangannya meraba kantong penyimpanan baru di pinggang. Ia menarik tali pengikatnya, membuka pelan, lalu mulai memasukkan barang satu p

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 29 : LANGKAH PERTAMA

    Langit pagi menggeliat perlahan, menyapu perbukitan dengan warna pucat keperakan. Kabut tipis masih menempel di rerumputan saat kereta kayu tua menuruni jalanan berbatu dari Desa Batu. Roda-rodanya mencicit pelan, menyanyikan lagu kepergian yang tak tahu kapan akan kembali terdengar.Xu Ming duduk di sisi belakang, tubuhnya berguncang mengikuti irama roda. Ia memeluk lutut, diam sejak satu jam lalu. Tatapannya menerobos ke kejauhan, melampaui ladang kecil dan jalan desa, menembus cakrawala yang mulai membuka diri pada dunia yang asing dan tak terjamah.Di depan, Paman Han duduk tegak. Tangan-tangannya kokoh menggenggam kendali kuda. Angin pagi meniup janggut pendeknya ke samping, membuat sosok lelaki paruh baya itu tampak seperti pahatan batu yang hidup dari zaman lampau. Wajahnya keras, tapi ada sesuatu dalam keheningan itu seperti seseorang yang menyimpan banyak, namun memilih untuk menahan.Sesekali, matanya melirik ke arah Xu Ming dari balik bahunya. Tapi ia

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 28 : PERPISAHAN

    “Cepat, jangan sampai terlambat! Keretanya sudah siap di gerbang!”“Ada yang lihat di mana anak itu? Xu Ming?!”“Anak-anak, beri jalan! Jangan lari-lari dekat kuda!”Udara pagi di gerbang Desa Batu tak seperti biasanya. Riuh rendah suara warga menyesaki ruang antara rumah-rumah jerami dan jalanan tanah yang berdebu. Kabut tipis belum sepenuhnya mengangkat, namun sinar mentari mulai menyusup di sela-sela pohon bambu, menggambar bayang-bayang panjang di atas tanah. Seekor kuda cokelat besar berdiri tenang, tapi sesekali menghentakkan kaki, menarik kereta kayu sederhana yang sudah menunggu sejak sebelum fajar menyingsing.Di sisi kereta, Paman Han membungkuk, sibuk mengecek kekencangan tali dan roda. Tubuhnya besar, namun gerakannya cekatan. Tangannya sudah kotor oleh debu dan peluh sejak lama.“Hah, kalau saja anak itu telat lima menit lagi, aku pergi sendiri,” gumamnya sembari menyeka keringat dengan p

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 27 : RENCANA KEBERANGKATAN

    “Akhirnya, fluktuasi energi dao pada tulang belakangmu mulai stabil, bocah…” Suara Bing-Bing memecah kesunyian ruangan kecil itu, terdengar lebih pelan dan hati-hati dari biasanya. Di hadapannya, Xu Ming duduk bersila dengan tubuh yang tampak begitu tegang, wajahnya pucat dan basah oleh peluh. Setiap tarikan napas terdengar berat, seolah sedang menanggung beban yang amat besar.Di sekeliling Xu Ming, riak-riak energi biru keperakan masih berkecamuk, kadang meletup tak terduga hingga membuat batu-batu kecil di lantai bergetar. Bing-Bing memandanginya dengan waspada. Sudah lebih dari tiga bulan Xu Ming mengurung diri, berusaha menyerap Fussion Essence Pill dan membangunkan Bing Bing, dan beberapa hari ini harus terkendala karena fluktuasi energi Dao dari Tulang Suci Naga Abadi yang mengamuk hebat di dalam tubuhnya, energi itu begitu liar, seperti naga yang menolak dijinakkan.“Ayo… bertahan sedikit lagi…” bisik Bing-Bing, meli

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status