WHUUUUMMMMM!!! Aura biru perak yang membungkus tubuh Xu Ming melonjak tajam, tapi Bing’er tahu betul tubuh manusia biasa tak akan mampu menanggung derasnya aliran qi dari Dao miliknya.“Jangan terlalu keras, Ming’er… kalau tubuhmu meledak, kita akan berakhir bersamanya.”Suara Bing’er bergema dalam kesadaran Xu Ming, dingin tapi jelas penuh kendali.Tubuh Xu Ming mulai bergetar. Retakan-retakan halus muncul di permukaan kulitnya, seperti bejana yang terlalu penuh. Tapi di saat itulah… Cahaya keemasan muncul dari dalam punggung Xu Ming. Seketika, sesuatu dalam tubuhnya aktif. Dari ruas tulang belakang yang berisi Tulang Suci Naga Abadi, semburat pola naga memancar. Garis-garis qi berpendar mengalir dari dasar tulang ekor hingga pangkal tengkorak. Seolah ada sungai suci dalam tubuhnya yang akhirnya dibuka bendungannya.“Aku akan menyalurkan aliran Dao Qi-ku... ke dalam tulang suci itu!” seru Bing’er dalam kesadaran.CRAAAAAKKK!!! Ledakan suara dalam tubuh Xu Ming tak terdengar di luar,
Pria raksasa itu duduk kembali ke singgasananya yang kasar, tangan besar menggenggam dagu penuh jenggot lebat, matanya menyipit memperhatikan Xu Ming dan Liu Mei dengan seksama.Lalu ia bicara, suaranya dalam, seperti batu yang digesek, "Jika aku memberimu peta ini… apa yang bisa kau berikan padaku sebagai alat tukar?"Xu Ming berdiri mantap, menatap pria raksasa itu tanpa gentar. “Aku tahu... bahwa dirimu yang sekarang sedang menghadapi kebuntuan,” ulangnya, nada suaranya tetap tenang.Namun bukannya merespons dengan rasa hormat atau keterbukaan, wajah pria besar itu justru mengeras. Seketika senyum sinisnya hilang. Sorot matanya berubah tajam seperti tombak, dan udara sekitarnya... mulai bergetar.BUUUMMM! Ledakan aura Dao Qi meletus dari tubuh raksasa itu. Tanah di bawah telapak kakinya retak seketika, dan dari celah-celahnya... pasir merembes deras seperti air bah dari perut bumi.“Apa kau mencoba... menghakimiku, bocah?” geramnya, suaranya berat dan bergemuruh, seolah keluar dari
“Xu Ming… ayo, kita harus mulai bergerak. Semakin cepat kita menyisir hutan ini, semakin cepat kita bisa menemukan desa atau pemukiman mana pun.”Suara Liu Mei terdengar lembut namun tegas, disertai nafas panjang yang masih belum sepenuhnya stabil setelah pertempuran sebelumnya. Ia menatap lurus ke arah timur, di mana pepohonan mulai jarang dan sinar matahari menyorot lebih terang di antara celah ranting.Xu Ming mengangguk pelan. “Kita perlu tempat untuk singgah… mencari informasi, peta, atau apa pun yang bisa bantu kita memahami wilayah ini.”Keduanya melangkah meninggalkan tanah lembah yang masih hangus, berjalan berdampingan menyusuri sisa-sisa jalur binatang. Langkah kaki mereka nyaris tak bersuara, menyelinap di antara akar besar dan semak belukar. Hening hutan perlahan tergantikan oleh desir angin yang mulai panas dan gersang.Beberapa jam kemudian, matahari naik ke tengah langit. Pandangan mereka terbuka lebar, dan hutan yang semula padat berakhir tiba-tiba pada dinding pasir
Kabut perak lembah mulai mereda. Asap sisa pertempuran menguap bersama udara dingin yang merayap turun dari celah bebatuan. Tubuh-tubuh monster tergeletak tak bernyawa, menyisakan aroma logam, darah, dan tanah basah yang menguap dari medan hening itu.Liu Mei berlutut perlahan di atas tanah yang hangus, tangannya yang gemetar menancapkan pedang Maple Musim Gugur ke tanah. Nafasnya tersengal-sengal, seolah paru-parunya masih terkejut oleh teknik dao tingkat tinggi yang baru saja ia lepaskan. Ujung gaun ungunya robek dan kotor, rambut peraknya terurai di bahu, basah oleh keringat dan darah.Ia mendongak sedikit, menatap Xu Ming yang berdiri beberapa langkah di depannya. Pemuda itu juga tampak kelelahan. Nafasnya tak teratur, tapi matanya tetap waspada. Pedang usangnya masih tergenggam di tangan kanan, sementara tangan kirinya menahan perut yang sedikit berdarah akibat benturan sebelumnya.Hening.Sesaat... dunia seperti berhenti berputar. Tidak ada raungan, tidak ada gemuruh. Hanya ada
Di lembah yang berasap dan berlubang, Liu Mei bergerak seperti hantu di tengah pertempuran. Gaun ungunya berayun anggun, namun setiap gerakannya memancarkan aura maut yang dingin. Pedang panjang di tangannya, Maple Musim Gugur, menari dalam lingkaran cahaya mematikan, membelah udara dengan suara siutan halus.Monster-monster di sekelilingnya mengerikan. Tubuh mereka besar dan berotot, dengan sisik keras seperti buaya dan ekor panjang berduri yang mengayun seperti cambuk. Mata mereka menyala merah, dan raungan mereka mengguncang udara lembab lembah.Namun Liu Mei tidak gentar. Ia melompat dan berputar, menghindari serangan monster-monster itu dengan gerakan gesit. Setiap tebasannya tepat dan mematikan, menyisakan luka menganga di tubuh bersisik itu. Saat monster-monster itu mencoba memojokkannya, Liu Mei melompat tinggi ke udara, pedangnya berputar 180 derajat."Teknik Dao Taraf Kedua : Pembunuhan Musim Gugur!" serunya dingin.Ratusan bilah energi oranye melesat dari pedangnya, berputa
Tubuh Xu Ming terhempas ke tanah yang lembab dan berlumut. Rasa sakit tajam menusuk dari setiap tulang yang bergeser, bercampur dengan pusing yang mengaburkan pandangannya. Ia terbatuk, darah segar menyembur dari mulutnya, menodai tanah dengan warna merah pekat. Aroma tanah basah dan daun membusuk yang memenuhi udara hutan terasa semakin kuat, memuakkan."Sial..." desisnya tertahan, bibirnya bergetar menahan nyeri.Di atasnya, langit yang tadinya biru cerah kini berputar dalam pusaran kelabu, debu dan reruntuhan dari sekte yang hancur menari-nari dalam cahaya merah yang meredup. Suara teriakan, benturan logam, dan raungan terakhir monster-monster iblis yang menyerbu sekte masih menggema di telinganya, namun terasa semakin jauh, semakin pudar, seperti mimpi buruk yang enggan pergi.Xu Ming memejamkan mata sejenak, mencoba mengumpulkan kesadarannya yang berantakan. Ia ingat jelas setiap detik kehancuran itu. Formasi teleportasi yang rusak, teriakan putus asa para murid, dan pengorbanan