"Apa yang sebenarnya terjadi Rey?" Tanya Zeta khawatir apalagi melihat keadaan Rey yang kacau. Reyasa masih menggunakan jas dokter nya dan matanya sembab kemungkinan besar Rey sehabis menangis.
Beberapa jam yang lalu....
Reyasa tengah berada dirumah sakit, namun tiba-tiba sang mama menyuruh dirinya untuk cepat-cepat pulang. Untungnya pasien sedikit jadinya tak apa jika dirinya pulang lebih dahulu. Reyasa pulang nenggendarai mobil, dia bergerak gelisah ditempat duduk nya. Tadi ia sempat mendengar nada bicara sang mama yang nampak khawatir.
Sampailah Rey dirumahnya, dirinya melihat semua barang-barang diruang tamu berantakan, banyak pecahan gucci dimana-mana. Rey melihat sang ibu yang tengah duduk dimeja makan, dengan tangan yang dilipat dimeja dan menatap kedepan dengan pandangan kosong.
Rey menghampirinya dan mengelus pundak Manda pelan, ia takut terjadi sesuatu kepada mama ya
Pagi tlah datang, Zeta mengerjapkan matanya karena sinar matahari mengenai retina matanya. Perempuan itu mengeliat pelan, ia melihat kesamping dan ternyata Nathan dan Syika masih tertidur. Zeta hampir lupa jika dirinya membawa mereka pulang. Kemarin Zeta sempat membelikan mereka baju."Nathan, Syika." Zeta menepuk-nepuk pelan pipi mereka. Tak lama Syika mengeliat karena merasa tidurnya terusik."Kakak?" Syika duduk ditepi ranjang sembari mengucek matanya."Jangan diucek, Syi." Zeta mencegah tangan Syika yang ingin mengucek matanya lagi."Bangunin Natha gih," suruh Zeta dan Syika pun mengangguk. Zeta memanggil mereka dengan sebutan Syi dan Nath supaya manggilnya lebih simpel.Anak perempuan berusia 4 tahun mulai membangunkan sang kembaran dengan menarik-narik tangannya pelan. Tak ada 5 menit mereka sudah terbangun membuat Zeta tersenyum kecil.
Seperti yang dikatakan tadi, Zeta dan Rey sudah berada didalam supermarket. Mereka berada tempat daging dengan Rey yang mendorong troli. Zeta, perempuan itu tengah memilih-milih beberapa jenis daging. "Rey, kamu ambil sayuran sama buah kesukaan tante Manda yah," ucap Zeta, Rey mengangguk dan pergi menuju rak sayuran dan buah. Setelah melihat-lihat jenis daging, akhirnya Zeta menemukan daging yang pas untuk sotonya nanti. Perempuan itu segera menyusul Rey, trolinya lumayan penuh karena Rey sekalian belanja mingguan supaya mamanya tak perlu repot-repot untuk datang ke sini lagi. "Udah semua kan?" tanya Rey, Zeta mengangguk mereka menuju kasir untuk membayar belanjaannya. Zeta dan Rey keluar dari supermarket dengan masing-masing menenteng 2 kresek berukuran sedang. Mereka memasukan belanjaannya ke dalam mobil. Rey pamit untuk membuang sampah di tempat sampah yang letaknya
Zeta tengah berada di area taman bersama dengan twins. Setelah dari rumah Rey, Zeta langsung mengajak twins untuk jalan-jalan, dirinya juga bingung di apartmen ingin ngapain. Saat ini mereka sedang duduk disalah satu bangku sembari menikmati masing-masing 1 cup eskrim. "Apakah es krimnya enak?" tanya Zeta. Nathan dan Syika mengangguk semangat. "Yaa, ini sangat enak," ucap mereka dengan mulut penuh dengan noda Es krim. Zeta mengelap bibir mereka menggunakan tisu, Nathan izin kepadanya untuk pergi kelapangah. Di sana banyak sekali anak-anak seumuran dengan Nathan. Kini yang duduk di bangku hanya Zeta dan Syika. Zeta memantau Nathan dari sini saja karena letak lapangannya hanya beberapa langkah dari tempat duduknya. "Syika, suka main di sini?" tanya Zeta melihat ke arah Syika yang sedari tadi hanya fokus melihat Nathan yang sedang bermain bola. "Ya.
Pagi harinya Zeta mendengarkan twins yang sedang bercerita dari pintu depan kamar. Sehabis mandi ia ingin masuk kekamar namun ia mengurungkan niatnya karena mendengar twins yang mengobrol. Suara twins terdengar jelas dari tempatnya berdiri. "Kakak, tadi malam Syi ngelasa dipeluk mama." "Mama udah ngak ada, dek!" "Mama peluk Syi kak. Mama bilang kalau mama ngak akan ninggalin kita." "Kita ngak punya mama, mama udah mati. Adek ngak inget kalau kakak benci mama?" "Syi pengen dipeluk mama kakak. Hiks hiks mama tadi datang, dia gendong Syi." Begitulah kira-kira percakapan twins yang Zeta dengar. Perempuan itu langsung masuk dan menghampiri Syika yang menangis, sedangkan Nathan membuang muka dengan wajah dinginnya. Zeta sama sekali tak pernah melihat wajah Nathan sedingin ini. "Nath, kok adiknya nangis?" ta
Diruangan yang nampak gelap terdapat seorang lelaki berumur sekitar 25 tahun tengah melihat layar iPad yang berada diatas tangannya. Lelaki itu bernama Albiru, lebih tepatnya Albiru Evander.Albi seorang CEO diperusahaan terkenal, ia memiliki banyak sekali perusahaan. Albi menikah diusia 21 tahun karena perjodohan, namun setelah istrinya melahirkan buah hati mereka dia pergi begitu saja. Selama ini Albi lah yang merawat anaknya seorang diri.Nathan dan Syika, mereka adalah anak dari Albi. Lelaki itu sibuk dengan dunia kerjanya sampai-sampai meluapakan sang anak yang butuh perhatin darinya. Albi mendengar segala keluh kesah anaknya kepada wanita yang saat ini tengah bersama sang anak. Albi gagal menjadi papa yang baik buat mereka.Lama merenung pintu terbuka menampilkan seorang lelaki yang umurnya sama dengan dirinya. Lelaki itu duduk disebelah Albi, sebelumnya ia menyalakan lampu. Kini ruangan itu teran
Zeta berada dirumah Manda, tentu saja twins ikut bersamanya. Rey tak ada dirumah, lelaki itu sedang bekerja dirumah sakit. Tadi, Rey meminta untuk dia menemani mamanya dirumah. Dengan senang hati Zeta menerima permintan lelaki itu. Kini Zeta tengah mengobrol dengan Manda diruang keluarga.Twins main dilantai yang beralaskan karpet berbulu. Manda sengaja membeli mainan untuk twins supaya mereka betah berada dirumahnya. Mereka melihat tv ditemani beberapa camilan dan juga teh hangat sebagai pelengkapnya."Dimana soal, Zio?" Tanya Manda."Masih sama." Jawab Zeta lesu, terakhir ia bertemu dengan kembarannya dikantor Zio dan sejak saat itu Zeta tak bertemu lagi dengan sang kembaran.Manda mengengam tangan Zeta, "Dulu mama kamu pengen banget bisa peluk, Zio. Bahkan sewaktu dia lahir mama kamu hanya memeluknya selama beberapa menit saja." Ungkapnya."Aku ak
Kini Zeta sudah sampai didepan apartmentnya, ia turun dari mobil dengan menggandeng tangan Nathan sedangkan Syika berada digendongannya. Zeta berterima kasih kepada orang yang sudah membukakan pintu mobil."Jika nona butuh sesuatu hubungi saya." Ucap orang yang menyupir mobil tadi.Zeta mengangguk dan menerima kartu nama itu. Ia masuk kedalam, hari ini cukup melelahkan baginya. Nathan sendiri membawa iPad yang ia bawa dari mobil tadi. Kini Zeta sudah berada didalam apartmentnya, Syika sudah ia tidurkan dikamar. Perempuan itu menghampiri Nathan yang tengah menonton tv."Laper?" Tanyanya."Heum." Nathan mengangguk, matanya tak lepas dari tv yang menampilkan kartun Spongebob. Zeta beranjak dari duduknya menuju dapur.10 menit kemudianZeta datang dengan membawa nampan berisi 2 mangkuk makanan dan air putih yang berada didalam gelas.
Tampak motor dan mobil berlalu lalang, suara klakson saling bersahutan menyapu indra pendengaran seorang perempuan dan 2 anak kecil. Disamping mereka berada ada beberapa orang yang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Perempuan itu, Zeta ia dan twins tengah menunggu bis dihalte.Mereka sibuk bercerita tak peduli raut wajah aneh dari orang-orang yang lewat didepannya. Banyak dari mereka yang secara langsung bilang jika Zeta gila karena tersenyum terus. Zeta hanya menganggapnya angin lalu, baginya senyum itu ibadah."Mama, mana bisnya?" Tanya Syika kesal, hampir 15 menit mereka menunggu bus namun tak kunjung datang.Zeta menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Sebentar lagi." Jawabnya, ia sendiri bingung mengapa bisnya datang nya lama sekali."Nathan ingin naik, mama." Ucap Nathan."Emang kalian tak pernah naik bus?" Tanya Zeta, mereka menggeleng polos.