Zeta berjalan di lorong rumah sakit bersama dengan Albi, mereka akan pergi menuju ke ruang rawat Hilda. Di tangan Zeta sudah ada parsel buah, ia tak sabar bertemu dengan Hilda. Karena sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Hilda. Sesampainya di depan pintu, mereka pun masuk ke dalam.
Namun anehnya pintu dikunci dari luar, di sini juga sepi karena bodyguard Albi sudah tak lagi berjaga di depan sini. Lantas Zeta pun menghubungi perawat yang biasanya menjaga Hilda di sini, ia pun menyuruh perawat itu datang ke sini. Tak butuh waktu lama perawat itu datang dan langsung menghampiri dirinya.
"Mengapa ruangan ini di kunci dari luar? Di mana keberadaan Hilda? Dia baik-baik saja bukan?" tanya Zeta beruntun.
"Apakah anda tidak tau kabar tentang pasien yang sebelumnya menempati ruangan ini?"
Dengan kompak Zeta dan Albi menggeleng. "Apa yang terjadi? Tidak ada sesuatu buruk 'kan?" tanya Zeta y
3 bulan berlalu, hari ini adalah hari di mana Zeta dan Albi menikah. Mereka berdiri di atas panggung menyaksikan para tamu undangan, Zeta cukup cantik dengan dress berwarna putih yang memperlihatkan lengan putihnya. Di tangan Zeta sudah ada bunga Lily, yang mana itu merupakan bunga kesukaannya. Bisa dibilang dekorasi di sini sangat indah dan mewah.Dipenuhi dengan bunga Lily yang harganya tak main-main, Zeta sudah resmi menjadi istri Albi. Sementara Albi sendiri terpesona melihat kecantikan Zeta. Istrinya itu menjadi pusat perhatian semua orang, teman-teman Zeta pun semuanya hadir di sini dan mereka telah menikmati hidangan yang telah disediakan."Twins di mana?" tanya Zeta sembari melihat ke arah Albi."Dia bersama dengan Cakra, di sini banyak sekali kue, coklat, dan es krim. Itu semua kesukaan twins, mana mungkin mereka tak pergi makan ke sana," sahut Albi malas. Zeta tertawa kecil, karena dirinya lah
"Mama mana sepatu kakak?""Mama? Mana koas kaki Syika? Syika mau berangkat sekolah mama, nanti telat.""Sayang kamu ke mana? Ke sini dong, jangan di kamar twins terus, bantuin aku pakai dasi dong."1 minggu berlalu setelah pernikahan Zeta dan Albi, beginilah kegiatan Zeta setiap paginya. Suara twins dan Albi yang saling bersahutan, kamarnya dengan twins bersebelahan. Jadi jika satu teriak semuanya terdengar, Zeta harus bolak-balik ke kamar Albi dan twins karena mereka terus saja memanggilnya.Saat ini Zeta berada di kamar twins, hari ini mereka kembali bersekolah setelah 1 minggu ambil cuti. Ia memakaikan mereka sepatu dan merapikan rambut mereka. Bahkan ia tak peduli dengan teriakan Albi yang terus memanggilnya, twins lebih penting dari apapun. Biarlah Albi marah-marah karena dirinya tak kunjung ke kamar."Kalian udah selesai, udah wangi, udah pakai sepatu. Ada lagi
Disalah satu ruangan rumah sakit terdapat seorang wanita yang tengah terbaring lemah di brankar dengan berbagai alat yang menempel ditubuhnya sebagai penopang hidup.Wanita itu adalah Zeta Arasya, nama panggilannya Zeta. Dirinya bisa seperti ini dikarenakan kejadian beberapa bulan lalu yang mengakibatian dirinya koma seperti ini. Dokter sendiri sudah tak bisa memprediksi akankah Zeta bangun atau menyerah dan dia akan meninggal.Saat ini ada 1 dokter dan 2 suster yang tengah mengecek keadaan Zeta, suster sibuk mencatat apa yang dikatakan oleh seorang dokter itu. Sedangkan sang dokter meneliti perkembangan Zeta dari waktu ke waktu."Pasien sepertinya tak mau bangun dari tidur panjangnya," ujar suster yang bernama Dea, ia sendiri sedih melihat sang pasien yang tak kunjung bangun dari tidur panjangnya."Kita akan berusaha buat dia bangun, kasian masih muda banget," jawab Dokter ya
Hari ini, Zeta memutuskan untuk beres-beres kamar mendiang orang tuanya. Dirinya tak mau jika kamar itu berdebu, dan sekarang ia sedang menyapu dan untungnya tangannya tak terlalu sakit. Zeta mengamati beberapa foto papa dan mamanya yang terpajang apik dimeja, tangannya terulur mengambil foto itu dan mengelusnya. Difoto terdapat gambar dirinya dan kedua orang tuanya sewaktu kecil bermain dipantai, disitu Zeta tengah tersenyum lebar."Rasanya Zeta belum percaya kalau kalian udah pergi," monolog perempuan itu.Karena tak mau bersedih terlalu lama ia pun kembali membersihkan kamar itu, saat sedang asik melipat pakaian mata Zeta tertuju kepada kotak yang ia tak pernah lihat sebelumnya berada di bawah meja. Kotaknya berwarna hitam, dan sepertinya kotaknya sudah lama terbukti dari ada beberapa sarang Laba-laba disana. Zeta pun menghampiri kotak itu dan mengambilnya, ia mengosokkan telapak tangannya guna membersihkan debu yang menempel.
Hari adalah hari keberangkatan Zeta kekota, sekarang ia tengah bersiap-siap. Perempuan itu melihat ulang barang bawaanya, dan untuk rumahnya nanti akan dihuni oleh beberapa orang yang memang tak punya rumah atau rumahnya tak layak huni, dengan begitu rumahnya tak akan kosong dan ia bisa berbuat baik.Ketimbang rumahnya dibiarkan kosong tak terawat nantinya ia sendiri yang rugi dan untuk kamar kedua orangtuanya tetap ia biarkan seperti itu dan tak ada yang boleh menempatinya, entahlah dia hanya ingin suasana didalamnya seperti dulu.Bahkan orang yang akan menempati rumahnya sampai sujud syukur di kakinya, Zeta pun tersenyum ia berfikir semua nikmat didunia ini hanya titipan Tuhan yang sewaktu-waktu bisa diambil oleh pemiliknya. Selagi kita bisa membantu, bantulah mereka yang kesusahan tenang saja harta mu tak akan habis."Apa yah yang belum." Zeta mengecek barang bawaannya, ia membawa barang cukup banyak dikar
Zeta sudah sampai di Jakarta, dirinya menyewa apartemen untuk tempat tingal nya selama beberapa bulan kedepan. Apartemen yang ia sewa tidak terlalu luas karena hanya ia sendirian yang akan menempatinya, didalamnya hanya ada 1 kamar tidur dan dapur ada juga ruangan yang tak terlalu Luas untuk menonton TV.Perempuan berlesung pipi itu juga membawa beberapa foto yang ia temukan dikamar orangtuanya tempo hari lalu. Sekarang Zeta tengah duduk ditengah kasurnya sembari mengamati beberapa foto yang berisikan alamat, ia mengetuk-ngetukkan jarinya didagu seolah sedang berfikir.Apakah ia akan datang ke alamat itu? atau datang ke alamat yang tertera dibawah foto sang mama?. Hanya petunjuk itu yang Zeta punya, apalagi ia disini baru beberapa Hari jadi jika ingin kemana-mana ia hanya mengandalkan maps dan naik angkutan umum ataupun taksi."Apa aku datang ke alamat Manda ini yah?" monolog Zeta.
3 hari berlalu, Zeta sama sekali tak pernah keluar dari apartemen. ia memenangkan pikirannya yang amat sangat kacau, HP nya pun sengaja ia matikan dan untung saja ia sudah belanja kebutuhan makanan tempo hari lalu jadinya ia masih bisa makan didalam apartment tanpa harus keluar.Setelah mengetahui fakta jika ia punya saudara kembar Zeta tak melakukan apapun, otaknya seakan tak bisa ia gunakan untuk berfikir jernih. Supaya Zeta tak salah langkah jadi lebih baik ia memenangkan diri dulu.Selama di apartemen kegiatan Zeta hanya makan tidur dan menangis, menangis? Ya Zeta menangis membayangkan nasib kembaran berada di antara keluarga yang tak mempunyai Hati.Pantas saja dulu ia sering melihat mamanya menangis sendiri di kamar dan ketika ditanya kenapa pasti beliau menjawab tidak apa-apa, dan sejak saat itu setiap mamanya menangis Zeta tak menanyakan apa-apa lagi.Dimana saudara ke
Zeta akan menemui kembarannya hari ini, entah bagaimana caranya yang penting ia harus menemui dia. Perempuan berlesung pipi itu sudah membawa alamat apartemennya yang ia taruh didalam tas, dan sekarang dirinya tengah menunggu bis di halte.Cuaca hari ini cukup panas, Zeta mengusap peluh di dahinya dan untung saja ia memakai baju lengan pendek, jadinya tak terlalu panas.Menurut notif HPnya 15 menit lagi bus nya datang, mata Zeta melihat sekelilingnya dan tatapanya terkunci pada salah satu pedagang minuman yang sudah tua sedang berjalan sembari mendorong gerobaknya. Karena dirinya haus Zeta pun menghampiri penjual itu kebetulan juga bus nya belum datang.TinCkitKarena tak melihat kanan kiri Zeta pun hampir ditabrak oleh salah satu mobil, perempuan berlesung pipi itu jongkok karena ketakutan dirinya menutup telinganya kala suara ban bergesekan dengan aspal terng