Share

Tabib Cantik Milik Pangeran
Tabib Cantik Milik Pangeran
Penulis: Donat Mblondo

1. Pertemuan

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 20:41:45

Dor!

Suara dentuman keras disertai lesatan peluru menembus tubuh seorang gadis bernama Sua Luqi di tengah hiruk pikuk medan peperangan.

"Aaaaagh!" jerit gadis itu terjatuh.

Darah mengalir dari luka di dadanya, dengan kesakitan yang mendera. Hampir mengenai jantung. Ia berusaha untuk bangkit, menggerakkan tubuhnya yang lemas. Suasana semakin tegang dengan suara lolong dan teriakan prajurit yang terdengar berbaur dengan suara tembakan senjata api. Saat itu, pikiran Sua berkelana ke momen-momen tenang sebelum peperangan.

Sebelum semua ini, Sua adalah seorang mahasiswa jenius yang telah mendapat julukan Master Herbalis di negaranya. Sua dikenal karena kecintaannya pada tanaman obat dan pemahaman yang mendalam tentang berbagai ramuan dan pil. Dia juga memiliki ketangkasan yang luar biasa, mampu bergerak lincah di antara tanaman-tanaman liar di hutan, menjadikannya tidak hanya pandai tetapi juga terampil. Dalam beberapa waktu sebelum perang, ia juga sempat belajar tentang titik akupuntur dan membuka pengobatan gratis untuk rakyat jelata.

Ketika peperangan mulai pecah akibat konflik antara pemerintah dan pemberontak yang ingin menggulingkan kekuasaan, Sua merasa dipanggil untuk bertindak. Ia bergabung dengan kelompok medis militer, bertekad untuk membantu menyelamatkan nyawa di medan perang yang mengerikan. Bersama tim medisnya, Sua merawat prajurit yang terluka, menggunakan keterampilan herbalnya untuk meredakan sakit, dan dalam beberapa kesempatan, mempertaruhkan nyawanya untuk membantu orang lain.

Namun, takdir berkata lain. Di tengah pertempuran yang brutal melawan pemberontak, sebuah peluru menghantam dadanya, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan menggemparkan jiwa.

"Tidak, Aku tidak bisa mati di sini!"

Sepasang kaki bersepatu hitam mengkilap datang ke hadapan Sua yang sedang terkapar tengkurap di tanah. Sua yakin, bahwa orang itu yang telah menembaknya. Pandanganya perlahan memandang ke atas.

"Bian Yu!"

Suatu keterkejutan yang luar biasa bagi Sua. Bian Yu, kekasihnya, menggenggam sebuah pistol menatap dingin ke arahnya.

Suara pertempuran semakin menghilang, dan dengan satu usaha terakhir, Sua berusaha untuk bergerak, tetapi tubuhnya ambruk. Ia terjatuh, dunia di sekelilingnya pun menjadi gelap.

Tiba-tiba, Sua terbangun di suasana yang sangat berbeda. Tidak ada suara tembakan, tidak ada teriakan kesakitan. Ia membuka mata dan menemukan dirinya di tepi sungai yang tenang, dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun. Suara gemericik air dan kicauan burung menciptakan suasana damai yang kontras dengan pengalaman pahit yang baru saja dilaluinya.

Ketika membangkitkan tubuhnya yang lemah, ia terkejut melihat wajah seorang gadis muda buruk rupa yang terpancar dari air sungai. Gadis itu mengenakan gaun khas kuno yang sederhana, kotor, dan berantakan. Ia juga mendapati bintik-bintik merah yang sedikit mengeluarkan nanah di tubuhnya. Sua melihat lebih dekat, ia menyadari itu adalah dirinya sendiri.

"Apa yang terjadi?" ujar Sua lirih sembari memegang kedua pipi.

Sekali lagi, ingatan bertubrukan dalam pikirannya. Kepala Sua berdenyut hebat merasakan bayang-bayang ingatan sang pemilik tubuh yang malang.

Dua pengawal menyeret dan mendorongnya jatuh tersungkur ke tanah, membuat debu-debu beterbangan di sekeliling. Dalam kepanikan, ia berusaha bangkit dan mendongakkan kepala. Ia tertegun melihat seorang lelaki berdiri angkuh di hadapannya, menggandeng mesra seorang gadis, seolah-olah semua ini adalah hal yang biasa.

“Liu Chang Hai!” seru sang pemilik tubuh, suaranya bergetar antara kecewa dan putus asa.

Dia merasa terkejut dan hatinya hancur ketika melihat tunangannya ternyata terlibat dalam hubungan gelap dengan sang adik. Rasa tidak percaya dan sakit hati mengguncang batinnya. Sementara wajahnya memucat dan tatapan matanya dipenuhi kebingungan dengan luka yang mendalam. Seolah dunia di sekelilingnya runtuh seketika.

Lelaki bernama Liu Chang itu, berjongkok menarik kuat rambutnya. "Kau yang buruk rupa, tak lagi pantas bersanding denganku!" Semakin kuat cengkeraman lelaki itu, lalu menghantamkan wajah sang pemilik tubuh hingga kepalanya membentur batu sangat keras.

Sekali lagi, Liu Chang menjambak kuat rambut sang pemilik tubuh. Kepalanya terdongak dengan darah yang mengalir deras dari dahi. Pandangannya kabur disertai rasa sakit yang luar biasa di kepala.

"Kau harus mati hari ini, sehingga aku bisa menikahi adikmu dan menjadi menantu perdana menteri." Suara begitu menekan dan keras terus menggema dalam benak Sua, mengingatkan gadis itu pada sesosok pria yang telah menembaknya, Bian Yu.

Sakit dan terasa nyeri di dada. Sua bangkit terhuyung menyandarkan dirinya di bawah sebuah pohon besar yang rindang. Sekejap, ia memejamkan mata. Muncul kembali ingatan masa lalu sang pemilik tubuh.

Dia bernama Sua Linjin Feng, seorang gadis yang cantik jelita, pendiam, lugu, dan polos. Saat ini, usianya telah menginjak 18 tahun. Ia merupakan puteri sulung dari istri sah pertama perdana menteri, memiliki seorang adik laki-laki bernama Zihan Feng (13 tahun), dan adik tiri perempuan beda ibu bernama Cai Ji Feng (17 tahun).

Cai Ji adalah anak hasil hubungan gelap antara perdana mentri dan pelayannya. Hal ini membuat dirinya tidak terlalu diperhatikan, sehingga gadis itu merasa iri kepada sang kakak.

Bahkan, ada sebuah rumor yang mengatakan, bahwa sang putera mahkota jatuh cinta kepada Sua pada pandangan pertama karena kecantikannya. Sayangnya, dia harus mengasingkan diri mengatasi krisis di wilayah pelosok sebagai bentuk hukuman karena berani mengganggu selir kaisar.

Sua yang lugu dan polos jatuh cinta pada pujangga muda lulusan sarjana sastra. Ia terpikat oleh rayuan dan kata-kata indah dari seorang pemuda dari kalangan bangsawan bernama Liu Chang.

Rasa iri dalam diri Cai Ji menggerogoti hati. Dia mencampurkan racun bubuk gatal secara diam-diam pada setiap makanan yang akan dimakan oleh Sua. Hal ini menyebabkan seluruh permukaan kulit di tubuh Sua terasa mendidih dan meletup-letup. Bintik-bintik merah bernanah meletup membuat rasa gatal yang tak tertahankan. Racun itu juga menyebabkan Sua menjadi lemah dan rentan terhadap penyakit.

Awal penderitaan Sua pun di mulai. Dua hari sebelum pernikahannya, tak disangka, Liu Chang yang merupakan calon suaminya, secara terang terangan menyatakan hubungannya dengan sang adik. Kemudian, lelaki itu membunuh Sua dan membuang mayatnya ke sungai.

Arus deras membawa tubuh Sua selama tiga hari hingga ke hutan dekat perbatasan kerajaan. Kini, ia terbangun dengan jiwa yang berbeda bersandar menatap dedaunan kering yang berguguran.

Sua mengambil napas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Sekarang, dia benar-benar paham apa yang telah terjadi "Sungguh gadis yang malang, sama seperti nasibku yang tragis," gumamnya menatap punggung tangan yang di sana terdapat bintik-bintik merah menguasai permukaan kulitnya. Cacing-cacing dalam perutnya pun bergejolak menuntut hak mereka.

"Aku sangat lapar," rintih Sua bangkit tertatih, sambil memegang perutnya. Ia melangkah gontai menelusuri hutan mengumpulkan makanan dan tanaman-tanaman obat.

Ketika hari menjelang malam, Sua kembali beristirahat di bawah pohon besar. Tiba-tiba, dia mendengar suara derap langkah beberapa orang. Ia pun bersembunyi di balik pohon besar itu melihat beberapa orang berpakaian serba hitam tampak sedang mengejar seseorang.

“Pembunuh bayaran?” gumam Sua bertanya-tanya dalam benaknya.

Tak disangka, di sisi Sua ada sesosok lelaki yang juga sedang bersembunyi. Lelaki itu tiba-tiba memeluk Sua dari belakang dengan napas terengah-engah.

Keadaan ini membuat Sua terperanjat. Gadis itu membalikan badan dan mendapati wajah si lelaki memerah, matanya berkilau namun terlihat setengah linglung.

"Si-siapa kau?" tanya Sua.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Enuh Nurhaesih
balasdendam sangfiguran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   210. Penobatan

    Ruang Istirahat VIP – 20 Menit Sebelum PenobatanLampu ruangan temaram, dengan aroma kayu cendana yang samar dari diffuser di sudut. Tirai tebal menutup seluruh jendela, meredam suara bising dari luar. Sofa empuk warna krem menunggu di tengah ruangan, dan meja rendah di depannya hanya berisi dua gelas air mineral yang belum tersentuh.Sua duduk di ujung sofa, tubuhnya sedikit condong ke depan. Zhenyu—atau Rai di kehidupannya yang dulu—berdiri di dekat meja, melepas jasnya lalu meletakkannya di sandaran kursi. Gerakannya santai, tapi matanya tak pernah lepas darinya.Ia memecah keheningan dengan nada ringan, tapi matanya menyelidik.“Aku pikir, tadi kau akan sedikit melirik… mantanmu.”Sua menoleh perlahan, ekspresinya dingin namun suaranya mengandung bara yang tak bisa disembunyikan.“Mantan? Ck ck…” Ia menggeleng pelan, senyum miring di bibirnya. “Aku ingin membunuhnya, sebagaimana ia juga telah mencoba membunuhku. Tidak hanya itu…” napasnya terdengar berat, “…dia bahkan mengklaim se

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   209. Setelah pengumuman

    Sepersekian detik ruangan membeku. Lalu, suara kamera meletup seperti hujan deras.Shen Yiru yang duduk tiga baris di belakang menegang, memaksa senyum yang terasa seperti pecahan kaca di bibirnya. Bian Yu di sampingnya hanya memandang lurus ke depan, rahangnya mengeras, jemari mengepal begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih.Zhenyu belum selesai.“Kami belum menikah secara resmi… tapi itu akan segera terjadi. Dan kepada Ayah saya—” ia menoleh ke raja, senyumnya semakin mantap, “—saya janji, berapa pun cucu yang Ayah inginkan… akan saya berikan.”Riuh tawa, tepuk tangan, dan decak kagum meledak di ruangan. Media sosial langsung dibanjiri potongan video itu.Sua menutup wajahnya dengan tangan, tapi tak bisa menyembunyikan senyum di balik jemarinya. "Astagaa! Rai ...!" gumamnya tak bisa menahan rasa malu.Di belakangnya, Shen Yiru seperti kehilangan warna di wajahnya… sementara Bian Yu untuk pertama kalinya, merasa dirinya bukan lagi pusat perhatian — bahkan di ruangan yang penuh

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   208. Pengumuman penting

    Sua mencoba menarik tangannya, tapi Zhenyu menahan lebih erat. Ia menoleh, menatapnya dari jarak dekat.“Mengapa kau terlihat gugup?” tanyanya lembut, nada suaranya hanya untuk Sua.Sua memalingkan wajah. “Aku tidak gugup. Aku… hanya tidak menyangka kamu bicara seperti itu di depan Ayahmu.”Zhenyu tersenyum tipis. “Kalau aku tidak bicara, kapan lagi kita punya kesempatan? Kau lupa… di kehidupan sebelumnya, kita tak pernah sempat berdiri di sini bersama.”Kalimat itu membuat Sua terdiam. Matanya memandang lantai, tapi dalam hatinya gelombang emosi beradu — antara rasa hangat karena diakui, dan ketakutan akan badai yang pasti akan datang.Raja Yan Shiming memecah keheningan. “Zhenyu, kau sadar apa yang kau katakan barusan? Kalau kabar ini sampai keluar sebelum penobatan selesai, istana akan gaduh.”Zhenyu menatap ayahnya. “Biar saja. Aku tidak mau menunggu sepuluh tahun lagi hanya untuk mengakui siapa yang ada di sisiku.”Di luar pintu, Bian Yu mengepalkan tangan hingga buku jarinya mem

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   207. Penerus

    Ruang Tunggu VIP – Gedung Serbaguna Istana YanchengPintu kaca otomatis bergeser terbuka, membiarkan Sua masuk bersama sejuknya AC yang menusuk kulit. Di dalam, ruangan luas itu didesain seperti lounge eksekutif — karpet merah lembut, sofa kulit premium, meja kaca berisi botol air mineral impor, dan layar LED yang menghitung mundur ke penobatan.Sua baru sempat menapakkan kaki satu langkah, ketika sebuah tarikan tiba-tiba menyeretnya ke arah hangat yang sangat ia kenal. Tubuhnya terhuyung—terjebak di pelukan yang begitu erat dan… penuh rindu.“Akhirnya,” suara itu begitu rendah, nyaris bergetar di telinganya, “kau datang juga.”Dada Zhenyu naik-turun pelan, tapi napasnya berat — seperti menahan sesuatu yang lama terpendam.“Berpisah denganmu satu hari saja…” Ia menunduk, menatapnya lurus dengan mata yang gelap dan penuh rasa. “…rasanya seperti satu abad.”Sebelum Sua sempat mengucapkan sepatah kata, lengannya sudah terangkat, dan tubuhnya ikut terangkat dari lantai. Zhenyu membopongny

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   206. Ejekan

    Bian Yu menatap Sua seperti sedang mengamati barang antik yang kehilangan kilaunya. “Tidak kusangka kau masih punya keberanian datang ke acara sebesar ini,” ujarnya pelan, tapi dengan nada yang cukup menusuk. “Terakhir kali kita berbicara… kau masih di ranjang rumah sakit. Tubuhmu nyaris tak bernyawa, dan aku—” ia menahan jeda, menatapnya dari atas ke bawah, “—sudah berada di puncak panggung dunia medis. Panggung yang dulu kau perjuangkan untukku.”Shen Yiru terkekeh kecil, tangannya menyentuh lengan Bian Yu seperti sedang mendukung pasangannya. “Ironis, ya? Dulu dia yang memolesmu sampai bersinar… sekarang dia yang harus berjuang supaya tidak terlihat pudar.”Bian Yu mendekat setengah langkah, membuat jarak mereka terasa lebih sempit. “Kalau kau butuh tempat duduk, pelayan di belakang mungkin bisa menyiapkan kursi di sudut ruangan. Tidak nyaman rasanya berdiri lama… apalagi untuk sekadar menonton dari jauh.”Sua tetap diam, menatap mereka bergantian. Wajahnya datar, tapi matanya meny

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   205. Undangan

    Beishan, kediaman keluarga JinMalam, pukul 23.48Di luar, hujan tipis seperti benang-benang perak jatuh di atas genting. Angin malam membawa aroma tanah basah, membuat udara di ruang depan terasa lebih dingin dari biasanya. Sua duduk di meja kerja, mengaduk ramuan yang masih mengepulkan uap hangat.Ketukan tiga kali terdengar di pintu — tepat, cepat, dan tak sabar.Kakek Jin Lu menoleh dari kursi goyangnya. "Siapa yang datang hampir tengah malam begini?"Ia berjalan membuka pintu, dan seorang kurir berseragam hitam langsung menunduk, menyerahkan gulungan bersegel emas naga kerajaan.“Pengiriman kilat dari Yancheng. Untuk Nona Sua Luqi,” katanya singkat, lalu pergi tanpa menunggu balasan.Sua berdiri, melangkah mendekat. Begitu segel dibuka, matanya langsung membaca baris pertama."Pengumuman Penobatan Putra Mahkota, besok pukul 09.00 di Aula Emas Istana Yancheng."Sua mengerjap cepat, lalu menatap kakeknya. “Apa? Besok? Penobatan?!” suaranya meninggi. “Baru tadi pagi dia di sini, kan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status