Share

2. Rai Yuan

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 00:22:25

Gadis itu bisa merasakan ketegangan di udara antara mereka, dan saat dia membuka mulut untuk bertanya lebih lanjut, si lelaki tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke depan.

Sebelum Sua sempat menyadari apa yang terjadi, bibir lelaki itu menghantam bibirnya dengan lembut namun mendesak. Ciuman itu terjadi begitu cepat, membuat Sua tertegun. Rasa hangat dan terkejut bercampur aduk di dalam hatinya. Ia merasa seolah waktu berhenti sejenak, seolah dunia di sekelilingnya menghilang.

Sua terperangah saat ciuman itu menjadi lebih mendesak, dan dalam sekejap, lelaki itu menindihnya hingga terjatuh ke tanah, berubah menjadi liar dan tak terduga.

"Hei, tunggu!" teriak Sua, berusaha untuk memberontak dari cengkeramannya yang kuat.

Di kehidupan sebelumnya, Sua sangat sibuk dengan tanaman-tanaman herbal. Tidak pernah melakukan kontak fisik yang begitu intens dengan lawan jenis, meskipun ia telah memiliki seorang kekasih. Ia baru menjalin hubugan selama satu bulan dengan Bian Yu.

Saat itu, ia merasa kebingungan, seperti tidak mengetahui apa yang terjadi. Bibir lelaki itu begitu lihai menghujam penuh nafsu, membuat Sua kesulitan menjawab perasaannya sendiri.

Sua berusaha untuk bergerak, tapi tubuhnya terasa lemah, seperti dikepung oleh cinta dan kebingungan. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau bagaimana harus merespons ciuman liar itu. Hanya satu hal yang jelas, hatinya berdebar kencang, seperti dihantam oleh sebuah badai.

Namun, di tengah kekhawatirannya, Sua melihat ada sesuatu yang tidak beres. Ia memperhatikan dengan cermat, dan mendapati leher lelaki itu, mengalirkan darah segar dari sayatan yang menganga.

Sejenak, lelaki itu menghentikan aktivitasnya dan berkata, "maaf!" Satu kata dengan nada lirih dan lemah, tapi penuh arti yang mendalam. Dia menurunkan wajahnya menjilat dan menggigit leher Sua, tanpa merasa jijik karena adanya suatu penyakit di sana. Desahan Sua pun semakin membangkitkan nafsunya.

‘Astaga! Aku benar-benar harus cari kesempatan untuk menghentikan semua ini!’ batin Sua yang mendapati gerakan lelaki itu semakin liar menggerayapi tubuh.

Tiba-tiba, suara derap langkah kembali muncul.

“Dia telah mendapatkan luka di lehernya. Aku bisa menjamin, bahwa dia tidak akan bisa pergi jauh.”

“Benar. Meski dia adalah seorang Rai Yuan yang haus darah, dia tidak akan bisa berpikir normal dalam keadaan nafsu birahi yang menggerogotinya.”

“Mungkinkah ia bersembunyi?”

Mata mereka saling memandang. Kemudian pria berpakaian serba hitam itu, mengedarkan pandangan mereka mencari sosok bernama Rai Yuan.

Sementara keadaan Sua, masih terhimpit di bawah seorang lelaki yang sedang mereka bicarakan. “Hei, berhentilah! Atau kita akan ketahuan!” serunya dengan nada berbisik sembari mendorong lelaki itu.

Lelaki itu tampak tidak peduli atau mungkin tidak fokus dengan apa Sua bicarakan, sehingga ia berniat menerjang tubuh Sua kembali.

Akan tetapi, kali ini, Sua dengan sigap berguling menghindar ke samping, lalu menekan titik syaraf di bagian leher lelaki itu, menghentikan fungsi motoriknya sejenak. Terdengar langkah kaki para pembunuh bayaran itu mendekat ke arah mereka, membuat Sua harus bertindak cepat.

"Anda harus segera meninggalkan tempat ini sebelum mereka tiba!" Sua menarik napas, seakan mengumpulkan seluruh kekuatannya sembari memegang erat jubah lelaki itu. Kemudian, dengan gerakan cepat dan terukur, ia melemparkan lelaki tersebut hingga tersangkut di ranting pohon.

"Akhirnya, beban telah dipindahkan kepada pihak yang tepat." Sua membersihkan debu dari tangan dan lututnya dengan tenang.

Lelaki yang tergantung di pohon itu tercengang. "Aku, Rai Yuan, pangeran yang dikenal kejam! Diperlakukan seperti barang tak berguna, bahkan dianggap sebagai beban?"

Setelah terlempar dan tersangkut di cabang pohon, Rai Yuan kembali merasakan sensasi aneh di tubuhnya. Awalnya, semua otot terasa kaku dan tidak bisa bergerak, seolah-olah ada beban berat yang menghalangi gerakannya. Namun, seiring waktu, ia mulai berusaha memulihkan kendali motoriknya.

Rai Yuan menatap tajam ke arah Sua, mengamati bagaimana ia akan menghadapi para pembunuh bayaran yang akan datang.

Ketika para pembunuh bayaran itu tiba, mereka langsung menghunuskan pedang dan mengarahkannya kepada Sua.

"Di mana Rai Yuan?" bentak salah satu dari mereka dengan mata melotot.

Sua menatap pedang-pedang yang terhunus ke arahnya itu dengan tatapan tenang. Pandangan matanya tidak memancarkan rasa takut sedikitpun.

'Pedang-pedang ini adalah pedang yang melukai leher Rai Yuan. Itu berarti ...' Sua mengalihkan pandanganya menatap dingin para pembunuh bayaran itu. 'Aku, seorang Master Herbalis yang terampil. Telah terlatih menghadapi segala macam bahaya baik di hutan ataupun di medan pertempuran. Apakah kalian pikir bisa melukaiku dengan mudah?'

"Rai Yuan? Siapa itu? Aku bahkan baru pertama kali mendengar namanya," jawab Sua dengan tatapan waspada.

"Cih! Tidak ada seorangpun di sini, selain kau! Kita sudah mencari ke seluruh hutan ini. Kau pasti menyembunyikannya!" seru salah satu dari mereka kepada Sua.

"Ayo, tangkap dia!"

Total mereka ada empat orang, bergerak mengayunkan pedang ke arah Sua. Namun, gadis yang gesit itu segera menghindar ke bawah dan menyeleding kaki salah satu dari mereka, hingga terjatuh. Pedang dari orang yang terjatuh itu pun terlempar.

Mata Sua menyipit tajam, segera melompat menangkap pedang itu. Kini, sisa tiga orang dan Sua telah mendapatkan senjata. Dahinya berkerut serius bersiap menerima serangan lanjutan.

Tiga orang yang tersisa kembali menyerang dengan pedang mereka. Sua bergerak dengan lincah, memblokir serangan-serangan pedang yang mengarah padanya. Dia bergerak gesit, menghindari serangan dan mencari celah untuk menebas mereka.

Sementara itu, Rai Yua mengamati pertarungan mereka dengan cermat. Akan tetapi, reaksi racun kembali menggerogoti raganya. Dia merasakan tubuhnya kembali bergejolak.

"Ternyata, tekanan yang ia lakukan tadi, hanya menekan racun sejenak," gumam Rai. Efek racun yang perlahan-lahan ia rasakan semakin memuncak, membuatnya kesulitan untuk berpikir jernih.

Di sisi lain, Sua melompat bergantungan di ranting pohon tempat Rai berada dengan satu tangan. Hal ini membuat pembunuh bayaran itu teralihkan kepada Rai.

"Pangeran Rai Yuan!" seru salah satu pembunuh bayaran menunjuk ke arah Rai.

'Pangeran?' Kening Sua berkerut.

"Hei, apa yang kau lakukan?" ujar Rai tak mengerti jalan pikiran gadis itu.

"Hmm. Lihat saja!" timpal Sua kemudian mendarat di belakang para pembunuh bayaran. Ini adalah suatu kesempatan bagus untuknya.

Sua mengayunkan pedang dalam genggamannya dan menebas kepala para pembunuh bayaran itu. Darah terciprat berceceran. Satu pembunuh bayaran yang terluka, kabur tertatih meninggalkan Sua.

Kemudian, Rai pun turun menghampiri gadis itu. Dengan tatapan hangat, lelaki itu kembali bergerak maju. Nafsu birahi dalam dirinya kembali menguasai, mendorongnya untuk mengambil tindakan. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh racun, ditambah lagi dengan hati yang sudah terpikat oleh Sua.

Jantung Rai berdenyut kencang dengan sedikit nyeri dan perih di perut atas, di bawah tulang dada. Keadaan ini bertanda akan terjadi sesuatu jika ia tidak segera mengambil tindakan. "Aku sangat menyukai gadis yang tangguh," ujar Rai menatap wajah Sua begitu dekat sembari membelai helaian rambutnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   106. Masuk Istana Shewu

    Di depan gerbang besar yang masih dijaga ketat oleh penjaga, suara langkah kaki dan detak jantung terdengar seolah bersatu. Saat roda kereta berhenti, para penjaga langsung mengenali rombongan itu, dan dalam sekejap, pintu gerbang terbuka lebar. Pelayan-pelayan kediaman berlarian ke depan, menunduk memberi hormat, dan melapor ke dalam.Su Ying sudah menunggu di halaman utama, berdiri tegak dengan pakaian sederhana, tapi sorot matanya menyimpan gelora emosi yang tidak bisa ditutupi. Matanya langsung tertuju pada satu sosok kecil yang melompat turun dari kereta dibantu oleh Bae Ya.“Zihan!”Su Ying setengah berlari. Dan Zihan, yang selama ini terlihat kuat dan tenang, menghambur ke pelukan ibunya seperti anak kecil yang baru bangun dari mimpi buruk.“Ibu …” suaranya pecah. “Aku minta maaf ... Aku hampir ...”“Tidak perlu bicara apa-apa,” Su Ying memeluknya lebih erat. “Kau sudah pulang. Itu cukup.”Tangis Zihan pecah di pundak ibunya. Beberapa pelayan wanita menunduk haru di kejauhan, t

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   105. Hmm

    Rai terhuyung saat mereka melangkah keluar dari jalur hutan. Sua segera menahan tubuhnya sebelum lelaki itu jatuh.Chunying yang berjalan di depan segera berbalik dengan wajah cemas. “Kita harus cari tempat berteduh,” katanya cepat.Mereka menemukan sebuah kota kecil di tepian Hutan Wengi, dan menyewa kamar di sebuah penginapan tua yang terpencil. Zihan dibawa ke ruang sebelah oleh Chunying dan dua pengawal bayangan, sementara Sua membantu Rai berbaring di dipan bambu reyot yang tersedia di kamar utama.Ketika Sua membuka bagian atas jubah pria itu, napasnya tercekat.Luka lama, tepat di bawah tulang dada kiri, masih terjahit kasar. Kulit di sekitarnya tampak menghitam, dan darah mulai merembes keluar, membasahi pakaian dalam Rai.“Yang Mulia ...” Sua berbisik, nyaris tak percaya.Rai menahan napas, lalu tersenyum lemah.“Ini ... luka lama. Tusukan dari Shan Kerei, saat perang. Tak selalu terasa … tapi setelah kabut dan sihir kutukan tadi … kurasa terlalu banyak untuk kutahan.”Sua me

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   104. Perjalanan pulang

    Suara Wu Xian bergetar. Ia melangkah maju, aura sihir menguar liar dari jubahnya seperti ular yang bangkit karena amarah.“Gadis tidak tahu diri! Berani bicara seperti itu padaku?! Kau pikir dia tetap hidup kalau aku tak pernah—!”"Kau sudah kehilangan kesempatanmu, Wu Xian,” ucap Sua, pelan tapi menampar seperti cambuk. “Dan kau, sebenarnya marah bukan karena aku bersamanya. Kau marah … karena dia bahkan tidak pernah memilihmu sejak awal.”Wu Xian mengatupkan rahangnya.Lalu ia tertawa. Pelan, getir, tapi makin lama makin tinggi. Tawa yang bukan berasal dari humor, melainkan dari kepahitan dan kegilaan yang lama disimpan.“Kalau begitu … biar kutunjukkan caraku mengakhiri gadis yang tidak pernah kupilih untuk hidup.”Dan—BOOM!Wu Xian mengangkat kedua tangannya. Simbol mata hitam dari Klan Hei menyala di udara, sihir kutukan mulai membentuk pusaran energi di atas altar batu."Rasakan kutukan yang sama dengan yang menghancurkan ibumu.”Sua terkejut.“Kutukan Ibu?”Wu Xian tersenyum s

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   103. Lebih tajam

    Di ujung paling tenggara Hutan Hitam Wengi, tersembunyi sebuah tebing batu raksasa yang dijuluki penduduk sekitar sebagai Dinding Bisu, tempat burung tak berkicau, dan kabut tak pernah surut. Di balik rerimbun akar beringin tua dan lumut darah yang merayap di dindingnya, ada sebuah celah sempit, cukup hanya untuk dua orang berjalan beriringan.Celah itu bukan sekadar retakan alam. Ia adalah pintu gerbang ke Rongronghai, markas ritual terdalam Klan Hei, tempat segala ikatan jiwa dan pengorbanan darah dimulai. Tak terlihat dari luar, tak terjangkau sihir biasa, Rongronghai hanya bisa ditemukan oleh mereka yang pernah merasakannya … atau oleh darah yang pernah mengalir di atas batunya.Di dalamnya, gua melingkar seperti pusaran. Altar berdiri di tengah, dikelilingi ukiran mantera kuno, dan lilin-lilin hitam yang tidak pernah padam. Di atasnya, energi kabut, roh, dan gema dari jiwa-jiwa yang hilang… berputar seperti bayang tak kasat mata.Dan di sanalah, Zihan sempat berdiri.Di sanalah p

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   102. Ritual

    Di satu titik lorong yang membelah dua jalur, mereka berhenti.Sua memejamkan mata sejenak, lalu menoleh pada Rai.“Sesuatu menarik energiku ke arah kanan. Tapi jalan itu lebih sempit.”Rai mendekat. “Kalau terlalu sempit untuk dua orang—kau di depan. Aku tepat di belakangmu.”“Jangan terlalu dekat. Kalau aku jatuh—”“Kalau kau jatuh,” potong Rai cepat, “aku ikut jatuh.”Sua mendengus kecil, tak bisa menyembunyikan senyumnya meski lelah mulai menjalar.Mereka bergerak menyusuri celah batu sempit yang seakan dibuat hanya untuk dilalui satu tubuh. Suara air menetes dari dinding, dan jauh di bawah, terdengar gema … seperti napas besar dari makhluk purba.Langkah mereka membawa mereka pada satu balkon batu, semacam tepian altar, dan di bawahnya, terhampar aula besar berbentuk oval. Cahaya ungu dan merah menari dari puluhan lentera ritual.Rongronghai.Jantung Hitam.Sua menahan napas. Tangan Rai secara otomatis menyentuh pundaknya, menstabilkan posisinya.“Ada altar utama di sana,” bisik

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   101. Mata-mata Jantung Hitam

    Di suatu tempat, seorang wanita berselubung abu-abu berdiri di balik tirai ritual. Namanya Wu Xian, tangan kanan pemimpin cabang Klan Hei di wilayah Lembah Mun Chu.Ia memperhatikan anak lelaki di dalam ruang batu. Cahaya dari mangkuk api membentuk bayangan tinggi di dinding goa.'Anak itu ... terlalu tenang,' gumam Wu Xian dalam hati.Zihan berdiri di tengah lingkaran mantera. Tangan kanannya masih terikat rantai perak ringan, tapi tak ada tanda perlawanan di tubuhnya. Tatapannya tajam, diam, penuh hitungan.“Dia tidak memberontak sejak pertama dibawa. Tidak menangis, tidak mengutuk.”Wu Xian membuka catatan kecil yang tergantung di pinggangnya. Di sana, laporan-laporan tentang kemajuan Zihan ditulis dengan tinta merah:Respon awal terhadap mantra darah: stabil.Kemampuan membedakan sihir ilusi dan sihir pengikat: di atas rata-rata.Kesediaan ikut dalam latihan pengikatan energi: tanpa paksaan.Ia menatap ke arah altar tempat Zihan baru saja menyelesaikan latihan membaca segel. Simbo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status