Beranda / Historical / Tabib Kesayangan Tuan Jenderal / Bab 5 Ramuan emas jantung

Share

Bab 5 Ramuan emas jantung

Penulis: Jackie Boyz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-12 03:49:23

Waning berjalan di jalan sekitar kediaman, ini pertama kalinya Dania pergi seorang diri setelah menempati tubuh Waning.

“Aku tidak bisa menyerah seperti ini, Waning sungguh konyol! Bagaimana wanita dari keluarga tabib kerajaan malah berniat menjebak putra mahkota? Dasar bodoh!” Dania terus menggerutu sepanjang jalan. Dania tidak kesulitan menemukan arah jalan karena ingatan Waning ikut menyatu ke dalam memori Dania.

Untuk menghibur diri Dania pergi ke pasar, dia berjalan-jalan untuk melihat-lihat. Banyak sekali orang berjualan di pasar, awalnya Dania berhenti di depan toko yang menjual aneka aksesoris rambut. Dania merasa sangat akrab dengan pemilik toko. Dania tahu semua itu bukan tentang dirinya melainkan sosok Waning yang sangat suka berdandan dan membeli banyak perhiasan.

“Nona, silahkan dilihat! Ini adalah model terbaru di toko kami! Sangat bagus, batu ini sangat berkilau dan corak warna juga sangat menarik! Banyak Nona muda bangsawan yang menginginkannya! Barang bagus ini sengaja aku simpan untuk ditunjukkan kepada Nona!” ujar pemilik toko sambil menyodorkan kotak beludru merah berisi satu set perhiasan rambut dengan hiasan batu-batu cantik.

Waning baru mengulurkan tangan untuk melihatnya tapi kotak tersebut direbut oleh orang lain yang baru saja datang ke toko.

“Aku rasa ini lebih cocok denganku!” seru seorang wanita muda di dekatnya.

Dania menatap sosok nona muda yang kini merebut kotak perhiasan yang tadi ditawarkan untuk Dania.

Nona muda ini kenapa wajahnya begitu akrab sekali? Siapa dia? Apakah dia putri pejabat?

Dania berusaha mengingatnya tapi kepalanya terasa nyeri dan sakit, ingatan tentang Guwenki yang berselingkuh kembali terbayang-bayang di dalam ingatannya. Sekarang Dania ingat wanita yang kini berjalan ke kasir untuk membeli aksesoris tadi adalah wanita yang pernah dilihat oleh Dania sedang melakukan hubungan badan bersama Guwenki di dalam vila waktu itu.

Dania melihat Yulia bersama pelayannya sedang berjalan menuju ke arah pintu keluar dengan senyum penuh ejekan.

“Yulia?” gumam Dania tanpa sadar.

Yulia mendengar suara Waning menyebutkan namanya. Yulia tanpa ragu mendekat dan berkata pada Waning.

“Ya! Rupanya aku cukup terkenal di kota ini, tentu saja karena aku sangat cantik! Bagaimana mungkin wanita bodoh sepertimu ingin bersaing denganku? Merebut putra mahkota dariku? Mimpi saja! Apa sipir kerajaan itu sungguh sudah tidur denganmu? Bagaimana rasanya? Hahahahaha!”

Dania berkata dalam hati, Yulia tahu Waning ingin memberikan minuman obat pada putra mahkota? Apa jangan-jangan Yulia yang sudah menukarnya? Tapi Yulia tidak tahu kalau aku sudah tidur dengan Sutangji, apa malam itu Sutangji sedang mengawal putra mahkota dan menyamar menjadi seorang sipir? Bisa jadi!

Dania mengepalkan tangannya, dia tidak bisa membalas perkataan Yulia hanya karena marah. Yulia juga heran karena Waning yang dia kenal lebih sering mempermalukan diri sendiri malah tetap berdiri dengan tenang tanpa membalas olokannya sedikit pun.

Ketika melihat Waning bersiap pergi Yulia langsung kembali berkomentar.

“Rupanya otakmu tidak hanya bodoh! Tapi kamu juga sudah tuli sekarang! Hahahaha! Kamu bahkan tidak bisa membalas satu patah kata pun! Dasar gadis bodoh! Hahahaha!”

Dania menoleh lalu membalas, “Hanya orang bodoh yang akan menjawab perkataan orang yang lebih bodoh!”

Yulia menjinjing roknya dan bersiap mengamuk Waning.

“Kau beraninya kau!”

“Nona Yulia tenanglah! Sudah jangan hiraukan Waning. Dia sangat bodoh dan tidak pernah lulus saat ujian, sebaiknya Nona Yulia tidak bertengkar lagi dengannya, lagi pula putra mahkota juga tidak akan pernah tertarik padanya.” Pelayan Yulia menahan Yulia dengan menggenggam lengan Yulia.

Waning terus berjalan dan langkah kakinya terhenti di sebuah klinik, pintu klinik ditutup, sepertinya klinik kesehatan yang pernah dibuka di pasar sudah tidak beroperasi lagi.

Dania menatap klinik tersebut dalam waktu cukup lama sambil memutar otaknya. “Apakah aku harus menghasilkan uang? Aku juga harus terus hidup meski sekarang berada di zaman kuno, aku tidak mungkin terus mengandalkan pendapatan dari Jiwenhu!” gumam Dania pada dirinya sendiri.

Dania bertanya pada penjual yang memiliki toko terdekat dengan klinik tersebut.

“Nyonya, aku izin bertanya! Kenapa klinik kesehatan tutup?”

“Itu karena tidak pernah ada orang yang mau periksa di sana semenjak dokter utamanya meninggal, warisan jatuh pada anaknya, tapi mereka sama sekali tidak bisa mengelolanya hingga bangkrut jadi kliniknya ditutup.”

“Apakah tidak laku sama sekali?” Dania kembali bertanya.

“Aku kurang tahu, sepertinya sudah lama tutup, itu yang aku dengar sejak mereka tidak pernah beroperasi lagi.”

Dania manggut-manggut, entah kenapa dia memiliki ide untuk membuka klinik kembali. Sebelum menjadi dokter bedah terkenal Dania pernah mempelajari beberapa teknik penyembuh dengan jarum. Dania juga mengerti titik-titik akupunktur yang pernah dia pelajari dari gurunya ketika ditugaskan di luar kota di awal karirnya.

“Aku bisa membuka klinik juga menjual obat, sepertinya ini ide bagus! Aku akan mulai menyibukkan diri dengan membuka klinik sambil mencari jalan keluar untuk kembali ke zaman modern!”

Dania mampir ke toko obat untuk membeli beberapa ramuan barulah dia kembali pulang ke kediaman Jiwenhu.

Ketika Dania tiba di rumah Jiwenhu tidak mau bicara padanya. Dania duduk di tepi ranjang Jiwenhu.

“Ayah aku minta maaf padamu, aku janji tidak akan menyinggung orang penting lagi.” Dania menatap Jiwenhu yang masih memalingkan wajah dan tidur memunggunginya.

“Aku akan belajar dan aku janji akan lulus ujian kerajaan!” imbuh Dania.

Jiwenhu sangat terkejut mendengar Waning meminta maaf padanya, dibandingkan belajar dulu putrinya Waning akan memilih kabur dan mencari cara untuk bisa memikat hati putra mahkota. Ini pertama kalinya Jiwenhu mendengar Waning bersemangat untuk ikut ujian.

“Untuk apa kamu pulang? Sejak dulu kamu juga tidak pernah mau mendengar kata-kataku! Nasehatku tidak pernah ada gunanya! Lagi pula otakmu juga terlalu kecil, apa kamu tidak terlalu percaya diri?” tanya Jiwenhu.

“Aku tidak bodoh lagi! Aku bukan Waning yang bodoh lagi! Aku lihat Ayah sudah lama sakit cobalah ramuan ini aku yakin Ayah akan segera sembuh asalkan diminum secara teratur.” Dania memberikan mangkuk obat untuk diminum Jiwenhu.

Dania tadi sudah merebus ramuan obat untuk Jiwenhu, ramuan yang dibeli oleh Dania di pasar memang akan diberikan untuk Jiwenhu. Sebelumnya, Dania tahu Jiwenhu sering sakit dan diketahuinya karena ada masalah dengan denyut jantung Jiwenhu. Dania tahu takaran obat yang pas dan meraciknya untuk meringankan rasa sakit Jiwenhu sekaligus menyembuhkannya dengan perlahan.

Jiwenhu mengernyitkan keningnya, ragu-ragu dia mengambil mangkuk obat dari tangan Waning. Diciumnya uap ramuan tersebut. Aroma obat yang dibuat Waning sangat harum dan segar. Jiwenhu meneguknya satu sendok, dan tidak lama setelah itu dia langsung membelalakkan matanya.

“Dari mana kamu belajar membuat ramuan? Aku sudah berulang kali mencoba meracik ramuan emas untuk jantung, tapi selalu gagal! Takaran dan jenis-jenisnya, bagaimana kamu bisa menemukan dan merebusnya dengan detail hingga menciptakan obat yang begitu mujarab?!” Jiwenhu terus bertanya dengan penuh takjub.

Dania sangat senang melihat reaksi Jiwenhu.

“Bukankah aku putrimu? Ayah seorang tabib, jadi aku adalah satu-satunya yang mewarisi bakatmu!” jawab Dania. “Minumlah obatnya, jangan sampai dingin, obatnya tidak akan manjur lagi kalau suhunya berubah menjadi dingin!” imbuh Dania.

Jiwenhu merasa aneh, dia yakin Waning yang dia ketahui sangat bodoh, meski otak di dalam kepala Waning diganti dengan otak yang baru beberapa kali tetap saja tidak mungkin bisa berubah drastis menjadi cerdas bahkan mampu meramu obat yang sudah Jiwenhu coba lebih dari seratus kali.

“Hahahaha! Benar-benar! Kamu adalah putriku!” Jiwenhu berkata dengan penuh rasa bangga, dia segera meminum obatnya sampai habis.

Tidak mungkin aku mewarisinya darimu, bahkan kamu tidak pernah berhasil meracik obat dengan benar! Batin Dania.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 8 Persiapan Ujian Kenaikan tingkat

    ***Di dalam kereta kuda, Juan dan Butai terus menatap Dania dengan tatapan mata curiga dan was-was. Dania merasa dua kakak Waning menyimpan banyak pertanyaan yang ditujukan pada Dania.“Kalian kenapa bersikap canggung begini? Tanyakan saja apa yang ingin kalian tanyakan padaku.”“Kamu sungguh tidak tahu di mana Waning yang asli?” tanya Butai lantaran tidak sabar menunggu.“Aku sungguh tidak tahu di mana dia, apa dia sungguh mati? Kalau kalian bertemu dengannya aku pasti sangat bersyukur, kalian tidak ingin mencarinya?” tanya Dania pada dua kakak Waning.Juan langsung menelan ludahnya sendiri. Juan dan Butai tetap bungkam, mereka masih tidak bisa mengerti dengan semua peristiwa yang terjadi baru-baru ini.“Aku terjaga di dalam penginapan bersama Jenderal bengis itu, apa mungkin dia yang sudah membunuhnya? Apakah ini masuk akal? Sebelumnya dia sangat membenci Waning lalu tiba-tiba datang untuk melamar pagi-pagi buta!” Dania dengan sengaja mengalihkan topik per

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 7 Dewi Bulan

    Melihat Dania dan kedua kakaknya terus mencermati lukisan miliknya, Pak Tua segera mengambil lukisan itu kembali dari mereka bertiga.“Jangan sampai kalian merusaknya!” omel Pak Tua.Dania tiba-tiba memiliki ide. “Pak Tua, Anda yakin aku Dewi bulan? Bagaimana jika Anda keliru? Bisa saja aku hanya mirip dengannya.” Pancing Dania.“Ada di sini!” Pak Tua menunjuk ke arah pungungnya sendiri lalu menunjuk ke arah Dania. “Minta kedua kakakmu untuk memeriksanya! Aku tidak mungkin salah!”Butai dan Juan saling bertukar pandang mereka serentak menganggukkan kepala lalu bergegas memegangi Dania sementara Butai memeriksanya. Butai menyingkap baju di punggung Dania untuk memeriksanya.Dania ingat dia memang memiliki tanda lahir tersebut tapi dia tidak tahu apakah Waning juga memiliki tanda yang sama seperti dirinya, tanda lahirnya mirip seperti bulan sabit merah gelap di sisi kanan punggung bawah bahu.“Benar-benar ada,” gumam Butai.Juan tidak percaya jadi ikut melihat. “Ya, ada! Tapi Waning sam

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 6 Tabib Misterius

    “Ayah? Kalau kali ini aku lulus ujian kerajaan bagaimana kalau Ayah memberikan hadiah padaku?” Dania mencoba untuk membuat kesepakatan dengan Jiwenhu.Jiwenhu segera beringsut mendekat dan menatap kedua mata putrinya dengan tatapan mata bingung.“Katakan apa yang kamu inginkan?”“Klinik obat di pasar, bagaimana kalau Ayah menyewanya untukku? Aku ingin membuka klinik di sana, aku juga akan menggabungkannya dengan toko obat! Di masa depan keluarga kita akan berjaya!”Jiwenhu memikirkannya begitu lama, dia memang tidak sepenuhnya mempercayai perkataan Waning karena Waning selama ini tidak pernah memikirkan masa depan selain cinta butanya terhadap putra mahkota. Jiwenhu ingin memancingnya dengan bertanya pada Waning.“Waning, apa kamu sudah tidak ingat lagi kalau kamu ingin mendapatkan hati putra mahkota? Selama ini ayah tahu kamu sangat mencintainya, sampai-sampai tidak peduli lagi dengan kami.”“Ayah, jangan membahas masalah lain, menurutku akan lebih baik kalau keluarga kita berkembang

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 5 Ramuan emas jantung

    Waning berjalan di jalan sekitar kediaman, ini pertama kalinya Dania pergi seorang diri setelah menempati tubuh Waning. “Aku tidak bisa menyerah seperti ini, Waning sungguh konyol! Bagaimana wanita dari keluarga tabib kerajaan malah berniat menjebak putra mahkota? Dasar bodoh!” Dania terus menggerutu sepanjang jalan. Dania tidak kesulitan menemukan arah jalan karena ingatan Waning ikut menyatu ke dalam memori Dania. Untuk menghibur diri Dania pergi ke pasar, dia berjalan-jalan untuk melihat-lihat. Banyak sekali orang berjualan di pasar, awalnya Dania berhenti di depan toko yang menjual aneka aksesoris rambut. Dania merasa sangat akrab dengan pemilik toko. Dania tahu semua itu bukan tentang dirinya melainkan sosok Waning yang sangat suka berdandan dan membeli banyak perhiasan.“Nona, silahkan dilihat! Ini adalah model terbaru di toko kami! Sangat bagus, batu ini sangat berkilau dan corak warna juga sangat menarik! Banyak Nona muda bangsawan yang menginginkannya! Barang bagus ini sen

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 4 Lamaran Jenderal Su

    Setelah keluar dari penginapan, Bibi Sumo pelayan kediaman yang biasa melayani Waning langsung menghampirinya dan menyelimuti tubuh Dania dengan mantel tebal.“Nona Waning ke mana saja? Sejak kemarin Tuan besar terus mengutus orang untuk mencari, untungnya saya menemukan Nona lebih dulu, jika tidak maka Nona akan dihukum!” tuturnya dengan wajah cemas.Dania mengerutkan keningnya. Wanita paruh baya ini kenapa juga ada di sini? Bibi Sumo juga melayaniku di zaman kuno? Baguslah! Setidaknya masih ada orang-orang baik yang berada di sekitarku.“Aku hanya minum terlalu banyak lalu pelayan restoran membiarkan aku menginap di penginapan!” Dania sengaja berbohong.***Semenjak kejadian di penginapan, Dania yang kini menempati tubuh Waning menjadi lebih pendiam dan tidak banyak bicara. Semua orang di kediaman Waning mengira Nona muda mereka sedang sakit. Padahal diamnya Waning karena Dania sibuk memikirkan cara untuk kembali ke zaman modern, Dania tidak mau tinggal di zaman kuno apalagi menika

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 3 Hidup kembali setelah mati

    Setelah mengurus Sutangji dan mengirimnya ke kamar pasien, tugas Dania sudah selesai. Dania sudah membuat janji dengan keluarga Guwenki terkait rencananya untuk membatalkan pertunangan. Mobil Dania Ansel meluncur keluar dari area rumah sakit. Ketika turun dari mobilnya, sampai di ruangan utama kediaman Guwenki semua anggota keluarga terlihat gelisah, Dania tidak berniat membuka aib Guwenki jika keputusannya kali ini tidak ditentang oleh anggota keluarga dari pihak Guwenki.“Nona Dania, sebenarnya apa yang terjadi? Bolehkah kami tahu alasan Nona memutuskan hubungan antar dua keluarga?” Wajah Guwenki terlihat pucat dan gelisah, jelas sekali pria itu takut kalau sampai Dania mengatakan pada keluarga Guwenki bahwa Guwenki lah yang sudah melakukan kesalahan fatal hingga Dania memutuskan untuk memutuskan ikatan pertunangan dengan keluarga Gu.Di saat semua orang sedang menunggu jawaban dari Dania, Guwenki tiba-tiba menyela. “Kakek, Nenek, Papa, Mama, jangan salahkan Dania. Semua ini ada

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status