LOGINWaning berjalan di jalan sekitar kediaman, ini pertama kalinya Dania pergi seorang diri setelah menempati tubuh Waning.
“Aku tidak bisa menyerah seperti ini, Waning sungguh konyol! Bagaimana wanita dari keluarga tabib kerajaan malah berniat menjebak putra mahkota? Dasar bodoh!” Dania terus menggerutu sepanjang jalan. Dania tidak kesulitan menemukan arah jalan karena ingatan Waning ikut menyatu ke dalam memori Dania. Untuk menghibur diri Dania pergi ke pasar, dia berjalan-jalan untuk melihat-lihat. Banyak sekali orang berjualan di pasar, awalnya Dania berhenti di depan toko yang menjual aneka aksesoris rambut. Dania merasa sangat akrab dengan pemilik toko. Dania tahu semua itu bukan tentang dirinya melainkan sosok Waning yang sangat suka berdandan dan membeli banyak perhiasan. “Nona, silahkan dilihat! Ini adalah model terbaru di toko kami! Sangat bagus, batu ini sangat berkilau dan corak warna juga sangat menarik! Banyak Nona muda bangsawan yang menginginkannya! Barang bagus ini sengaja aku simpan untuk ditunjukkan kepada Nona!” ujar pemilik toko sambil menyodorkan kotak beludru merah berisi satu set perhiasan rambut dengan hiasan batu-batu cantik. Waning baru mengulurkan tangan untuk melihatnya tapi kotak tersebut direbut oleh orang lain yang baru saja datang ke toko. “Aku rasa ini lebih cocok denganku!” seru seorang wanita muda di dekatnya. Dania menatap sosok nona muda yang kini merebut kotak perhiasan yang tadi ditawarkan untuk Dania. Nona muda ini kenapa wajahnya begitu akrab sekali? Siapa dia? Apakah dia putri pejabat? Dania berusaha mengingatnya tapi kepalanya terasa nyeri dan sakit, ingatan tentang Guwenki yang berselingkuh kembali terbayang-bayang di dalam ingatannya. Sekarang Dania ingat wanita yang kini berjalan ke kasir untuk membeli aksesoris tadi adalah wanita yang pernah dilihat oleh Dania sedang melakukan hubungan badan bersama Guwenki di dalam vila waktu itu. Dania melihat Yulia bersama pelayannya sedang berjalan menuju ke arah pintu keluar dengan senyum penuh ejekan. “Yulia?” gumam Dania tanpa sadar. Yulia mendengar suara Waning menyebutkan namanya. Yulia tanpa ragu mendekat dan berkata pada Waning. “Ya! Rupanya aku cukup terkenal di kota ini, tentu saja karena aku sangat cantik! Bagaimana mungkin wanita bodoh sepertimu ingin bersaing denganku? Merebut putra mahkota dariku? Mimpi saja! Apa sipir kerajaan itu sungguh sudah tidur denganmu? Bagaimana rasanya? Hahahahaha!” Dania berkata dalam hati, Yulia tahu Waning ingin memberikan minuman obat pada putra mahkota? Apa jangan-jangan Yulia yang sudah menukarnya? Tapi Yulia tidak tahu kalau aku sudah tidur dengan Sutangji, apa malam itu Sutangji sedang mengawal putra mahkota dan menyamar menjadi seorang sipir? Bisa jadi! Dania mengepalkan tangannya, dia tidak bisa membalas perkataan Yulia hanya karena marah. Yulia juga heran karena Waning yang dia kenal lebih sering mempermalukan diri sendiri malah tetap berdiri dengan tenang tanpa membalas olokannya sedikit pun. Ketika melihat Waning bersiap pergi Yulia langsung kembali berkomentar. “Rupanya otakmu tidak hanya bodoh! Tapi kamu juga sudah tuli sekarang! Hahahaha! Kamu bahkan tidak bisa membalas satu patah kata pun! Dasar gadis bodoh! Hahahaha!” Dania menoleh lalu membalas, “Hanya orang bodoh yang akan menjawab perkataan orang yang lebih bodoh!” Yulia menjinjing roknya dan bersiap mengamuk Waning. “Kau beraninya kau!” “Nona Yulia tenanglah! Sudah jangan hiraukan Waning. Dia sangat bodoh dan tidak pernah lulus saat ujian, sebaiknya Nona Yulia tidak bertengkar lagi dengannya, lagi pula putra mahkota juga tidak akan pernah tertarik padanya.” Pelayan Yulia menahan Yulia dengan menggenggam lengan Yulia. Waning terus berjalan dan langkah kakinya terhenti di sebuah klinik, pintu klinik ditutup, sepertinya klinik kesehatan yang pernah dibuka di pasar sudah tidak beroperasi lagi. Dania menatap klinik tersebut dalam waktu cukup lama sambil memutar otaknya. “Apakah aku harus menghasilkan uang? Aku juga harus terus hidup meski sekarang berada di zaman kuno, aku tidak mungkin terus mengandalkan pendapatan dari Jiwenhu!” gumam Dania pada dirinya sendiri. Dania bertanya pada penjual yang memiliki toko terdekat dengan klinik tersebut. “Nyonya, aku izin bertanya! Kenapa klinik kesehatan tutup?” “Itu karena tidak pernah ada orang yang mau periksa di sana semenjak dokter utamanya meninggal, warisan jatuh pada anaknya, tapi mereka sama sekali tidak bisa mengelolanya hingga bangkrut jadi kliniknya ditutup.” “Apakah tidak laku sama sekali?” Dania kembali bertanya. “Aku kurang tahu, sepertinya sudah lama tutup, itu yang aku dengar sejak mereka tidak pernah beroperasi lagi.” Dania manggut-manggut, entah kenapa dia memiliki ide untuk membuka klinik kembali. Sebelum menjadi dokter bedah terkenal Dania pernah mempelajari beberapa teknik penyembuh dengan jarum. Dania juga mengerti titik-titik akupunktur yang pernah dia pelajari dari gurunya ketika ditugaskan di luar kota di awal karirnya. “Aku bisa membuka klinik juga menjual obat, sepertinya ini ide bagus! Aku akan mulai menyibukkan diri dengan membuka klinik sambil mencari jalan keluar untuk kembali ke zaman modern!” Dania mampir ke toko obat untuk membeli beberapa ramuan barulah dia kembali pulang ke kediaman Jiwenhu. Ketika Dania tiba di rumah Jiwenhu tidak mau bicara padanya. Dania duduk di tepi ranjang Jiwenhu. “Ayah aku minta maaf padamu, aku janji tidak akan menyinggung orang penting lagi.” Dania menatap Jiwenhu yang masih memalingkan wajah dan tidur memunggunginya. “Aku akan belajar dan aku janji akan lulus ujian kerajaan!” imbuh Dania. Jiwenhu sangat terkejut mendengar Waning meminta maaf padanya, dibandingkan belajar dulu putrinya Waning akan memilih kabur dan mencari cara untuk bisa memikat hati putra mahkota. Ini pertama kalinya Jiwenhu mendengar Waning bersemangat untuk ikut ujian. “Untuk apa kamu pulang? Sejak dulu kamu juga tidak pernah mau mendengar kata-kataku! Nasehatku tidak pernah ada gunanya! Lagi pula otakmu juga terlalu kecil, apa kamu tidak terlalu percaya diri?” tanya Jiwenhu. “Aku tidak bodoh lagi! Aku bukan Waning yang bodoh lagi! Aku lihat Ayah sudah lama sakit cobalah ramuan ini aku yakin Ayah akan segera sembuh asalkan diminum secara teratur.” Dania memberikan mangkuk obat untuk diminum Jiwenhu. Dania tadi sudah merebus ramuan obat untuk Jiwenhu, ramuan yang dibeli oleh Dania di pasar memang akan diberikan untuk Jiwenhu. Sebelumnya, Dania tahu Jiwenhu sering sakit dan diketahuinya karena ada masalah dengan denyut jantung Jiwenhu. Dania tahu takaran obat yang pas dan meraciknya untuk meringankan rasa sakit Jiwenhu sekaligus menyembuhkannya dengan perlahan. Jiwenhu mengernyitkan keningnya, ragu-ragu dia mengambil mangkuk obat dari tangan Waning. Diciumnya uap ramuan tersebut. Aroma obat yang dibuat Waning sangat harum dan segar. Jiwenhu meneguknya satu sendok, dan tidak lama setelah itu dia langsung membelalakkan matanya. “Dari mana kamu belajar membuat ramuan? Aku sudah berulang kali mencoba meracik ramuan emas untuk jantung, tapi selalu gagal! Takaran dan jenis-jenisnya, bagaimana kamu bisa menemukan dan merebusnya dengan detail hingga menciptakan obat yang begitu mujarab?!” Jiwenhu terus bertanya dengan penuh takjub. Dania sangat senang melihat reaksi Jiwenhu. “Bukankah aku putrimu? Ayah seorang tabib, jadi aku adalah satu-satunya yang mewarisi bakatmu!” jawab Dania. “Minumlah obatnya, jangan sampai dingin, obatnya tidak akan manjur lagi kalau suhunya berubah menjadi dingin!” imbuh Dania. Jiwenhu merasa aneh, dia yakin Waning yang dia ketahui sangat bodoh, meski otak di dalam kepala Waning diganti dengan otak yang baru beberapa kali tetap saja tidak mungkin bisa berubah drastis menjadi cerdas bahkan mampu meramu obat yang sudah Jiwenhu coba lebih dari seratus kali. “Hahahaha! Benar-benar! Kamu adalah putriku!” Jiwenhu berkata dengan penuh rasa bangga, dia segera meminum obatnya sampai habis. Tidak mungkin aku mewarisinya darimu, bahkan kamu tidak pernah berhasil meracik obat dengan benar! Batin Dania.Karena rencana Xingyi gagal, keamanan di Kota alam Dewa sudah diperkuat kembali. Tugas Dania di sana juga sudah selesai. Dia pergi menemui Chang an.“Chang an, aku harus kembali ke dalam rombongan, aku pikir Sutangji akan terus menunggu dan tidak melanjutkan perjalanan ke wilayah Perbatasan. Jika terus menunda, masalah tidak akan teratasi,”“Aku sudah mengirimkan pesan bahwa kamu akan pergi menyusul, jadi tidak perlu terburu-buru,” ujarnya.Chang an tahu tugas tersebut sangat penting, bukan hanya satu dua monster kuno yang dibebaskan dari dalam meteor tapi mungkin lebih dari seratus.“Dewi Tinggi, monster-monster itu lebih dari puluhan, aku sangat cemas, aku tidak bisa membiarkanmu pergi mengatasi semua ini sendiri,” lanjutnya.Dania mengukir senyum di bibirnya. Wajahnya tidak menunjukkan rasa khawatir sedikit pun.“Segel iblis di tubuhku sudah sirna, apa kamu meragukan kekuatan Dewi Kuno? Jika aku tidak pergi sekarang maka rombongan itu.... bagaimana pada akhirnya?”Chang an tetap me
“Jika hanya kamu yang bisa menghapus segel iblis di tubuh Dewi Bulan, artinya ....” Chang an tidak melanjutkan ucapannya. Sebelumnya Cermin Kuno sudah dihancurkan oleh Xingyi. “Klan lima bintang sudah sangat keterlaluan!”Tanpa membicarakannya pun semuanya sudah sangat jelas.Dania yang terbaring di atas dipan giok mulia membuka matanya perlahan, pertama kali yang dia lihat adalah Xiaoer. Gadis itu terlihat sangat senang ketika melihatnya sudah siuman. “Xiaoer,” gumamnya. Dania bangun dan melihat penampilannya sudah berubah, tubuhnya terasa lebih kuat dan menjadi penuh dengan energi. “Apakah kamu yang membawaku ke sini?” tanyanya. Xiaoer menggelengkan kepalanya lalu kembali masuk ke dalam cermin. Tidak lama kemudian, pelayan istana datang dan membawakan nampan berisi aneka perhiasan, kosmetik, juga peralatan lain. “Yang-mulia Dewi, Dewa Tinggi mengutus kami untuk mempersembahkannya pada Anda,”Dania tidak membutuhkan barang-barang itu, dia tahu seharusnya saat ini dia berada di po
Sutangji baru selesai dengan urusannya, dia membetulkan kembali kereta yang atapnya dilepas pagi tadi. Dia menatap prajuritnya sedang menyiapkan api unggun, dia mengedarkan pandangan matanya ke sekitar, pria itu tidak melihat Dania.“Waning, ke mana gadis itu?” gumamnya seraya berjalan menatap ke sekitar. Dia melihat urutan tenda dan mulai mencari satu-persatu. Dia tidak menemukan keberadaannya. Ketika tiba di tendanya, Sutangji meminta prajurit untuk melihat ke dalam. “Nona Hu, tidak ada Jenderal,” lapornya.Ning er masih sangat mengantuk, dia bahkan tidak tahu ke mana perginya Dania. Di sisi lain, Yulia melihat kehebohan yang dilakukan Sutangji, wanita itu merasa sangat senang karena Dania dianggap sebagai saingan terberatnya untuk merebut perhatian Guwenki dan Sutangji.Yulia maju beberapa langkah mendekati Sutangji, dia mencoba mencuri perhatiannya. “Jenderal Agung Su,” sapanya dengan suara lembut.Sutangji menoleh, dia sedang sibuk mencari Dania dan wanita itu muncul di depan
Chang an membawa benda kuno itu, dia pergi menuju ke arah meteor yang tadinya menyegel jiwa dari para monster yang mengacau di alam manusia. Chang an tidak menemukan jejak apa pun. Orang yang bertindak merupakan ahli, bahkan sisa energinya pun tidak bisa dilacak olehnya. “Sangat aneh! Dari semua meteor yang ada di sini, kenapa tidak satu pun yang menunjukkan jejak penyelinap? Melihat caranya bekerja di sini, orang itu pasti bisa memecah segel dengan mudah. Bahkan klan dari Kota alam Dewa pun tidak akan pernah bisa menyembunyikan jejak mereka.”Chang an merasa para monster itu keluar secara alami dan segel dipatahkan dari jarah jauh. Jika orang itu mendekati meteor pasti akan menyisakan jejak-jejak di sana.Chang an putus asa, dia terpaksa turun kembali ke dunia fana. Untuk menunjukkan cermin hancur itu pada Dania. Awalnya dia sengaja menyimpan benda kuno itu untuk dia tunjukkan setelah Dania memulai kembali kebangkitannya sebagai Dewi Kuno. Dia ingin memb
Bibir Yulia terus cemberut, dia tidak mengira Dania akan begitu mujur dan Sutangji bersedia menolongnya. Apalagi Dania di sepanjang jalan berada di atas kuda Sutangji. Hati Yulia terasa terbakar menyaksikan pemandangan tersebut. Sutangji sepertinya juga terlihat sangat senang, bahkan mereka terus mengobrol sepanjang jalan. Sutangji memeluknya dari belakang sambil memegangi kendali kuda.***Di sisi lain, Chang an masih tidak muncul. Pria itu mendapatkan panggilan penting dari Kota alam Dewa, ini ada kaitannya dengan binatang kuno yang kembali hidup di alam fana. Mereka melaporkan bahwa bintang-bintang yang dulu menyegel jiwa monster dan binatang buas di masa lalu telah bebas. Di dalam aula pertemuan, Chang an duduk di singgasananya. Dia mendengarkan laporan dari semua orang yang memiliki jabatan di kerajaannya. Mereka membawa buku laporan masing-masing untuk diberikan pada Chang an.“Yang-mulia, jiwa binatang kuno yang tersegel di dalam bintang dan meteor terlepas, kami sama sekali
Yulia terus menaburkannya sambil bergumam dan mengawasi sekitar. “Setelah aku menaburkan bubuk ini, Waning sialan itu akan merasakan gatal di sekujur tubuhnya. Bubuk ini akan menyebabkan kulitnya menjadi penuh dengan ruam merah! Dengan begitu Putra Mahkota atau pun Jenderal Agung tidak akan ada yang tertarik lagi dengannya! Hahahahaha!”Yulia terus menaburkannya, dari ujung belakang kereta sampai ke arah kusir. Dia berjalan mundur sambil terus menaburkan obat gatal.Di belakang punggung Yulia, Dania membuka tirai pintu kereta dengan santai. “Heh Yulia!” Dania berkacak pinggang sambil menatap apa yang Yulia lakukan di dalam kerta kudanya.Yulia terkejut dan langsung memutar badan, bokongnya hampir saja mengenai wajah Dania. “Kau-kau! Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya gugup.“Aku? Kenapa di sini? Kenapa pertanyaan yang seharusnya aku tanyakan padamu malah kamu tanyakan padaku? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Dania. Dia mengendus bubuk racun gatal. Dania mencubit ujung hid