Share

Bab 6 Tabib Misterius

Penulis: Jackie Boyz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 14:44:09

“Ayah? Kalau kali ini aku lulus ujian kerajaan bagaimana kalau Ayah memberikan hadiah padaku?” Dania mencoba untuk membuat kesepakatan dengan Jiwenhu.

Jiwenhu segera beringsut mendekat dan menatap kedua mata putrinya dengan tatapan mata bingung.

“Katakan apa yang kamu inginkan?”

“Klinik obat di pasar, bagaimana kalau Ayah menyewanya untukku? Aku ingin membuka klinik di sana, aku juga akan menggabungkannya dengan toko obat! Di masa depan keluarga kita akan berjaya!”

Jiwenhu memikirkannya begitu lama, dia memang tidak sepenuhnya mempercayai perkataan Waning karena Waning selama ini tidak pernah memikirkan masa depan selain cinta butanya terhadap putra mahkota. Jiwenhu ingin memancingnya dengan bertanya pada Waning.

“Waning, apa kamu sudah tidak ingat lagi kalau kamu ingin mendapatkan hati putra mahkota? Selama ini ayah tahu kamu sangat mencintainya, sampai-sampai tidak peduli lagi dengan kami.”

“Ayah, jangan membahas masalah lain, menurutku akan lebih baik kalau keluarga kita berkembang lebih maju! Kami tidak mungkin terus menggantungkan hidup dari gaji Ayah sebagai tabib kerajaan, karena Ayah begitu dipercaya Raja aku rasa tidak sulit untuk mendapatkan izinnya untuk membuka klinik!” bujuk Dania.

Jiwenhu menghela napas panjang, ini pertama kalinya juga dia mendengar Waning mengambil keputusan untuk masa depan bahkan memikirkan keluarga.

“Ya, tapi kamu harus lulus ujian! Aku janji akan menuruti permintaanmu!”

Dania tersenyum cerah dia sangat senang dan langsung memeluk Jiwenhu.

Di luar pintu kamar Jiwenhu, Juan dan Butai sedari tadi mendengar percakapan antara Waning dengan ayah mereka.

“Ujian kerajaan? Keputusan yang bagus sekali!” seru Juan dengan senyum senang.

“Ya, akhirnya Waning sadar. Daripada mendekati putra mahkota dengan susah payah tanpa hasil lebih baik dia meningkatkan prestasi dirinya sendiri agar menjadi lebih berkembang hingga pesonanya mampu membuat pria seluruh kota jatuh bertekuk lutut! Aku rasa idenya kali ini lebih cemerlang! Trik-nya sangat berbeda dari gaya Waning sebelumnya!” timpal Butai.

“Waning bahkan merebus obat ramuan emas untuk jantung! Kamu tahu di kota ini belum ada satu orang pun tabib yang mampu meraciknya, panasnya api serta takaran dan waktu untuk memasukkan satu persatu jenis ramuan harus tepat! Tidak ada yang bisa melakukannya! Dengan ramuan emas jantung ini aku rasa Waning bisa menjadi pusat perhatian seluruh kota! Termasuk raja! Menurutku dia bukan Waning, Waning tidak akan bisa belajar secepat ini! Mustahil.” Juan berkata pada dirinya sendiri.

Butai mendengarnya lalu mendekati Juan. “Aku dengar di gunung ada seorang tabib terkenal tapi dia sangat sulit untuk ditemui, apakah kita bawa ramuan rebusan itu ke sana? Kita tanyakan pada tabib gunung apakah Waning benar-benar membuatnya apa dia membelinya dari tabib gunung? Atau jangan-jangan Waning kita sudah mati dibunuhnya lalu wanita aneh itu datang bersama Bibi Sumo untuk menggantikan Waning di rumah ini? Kamu tahu Jenderal Agung juga datang ke sini pagi-pagi sekali tadi. Bukankah Jenderal Agung selalu berhubungan dengan banyak penjahat di luar kota? Bagaimana kalau wanita yang mengaku sebagai Waning adik kita itu salah satunya?”

Juan mengernyitkan keningnya. “Kita pergi sekarang!”

Butai langsung menganggukkan kepalanya. Sore itu Waning dibawa oleh kedua kakaknya dengan kereta kuda menuju ke gunung untuk bertemu tabib terkenal.

Dania duduk di dalam kereta, Butai dan Juan duduk di depannya. Kusir membawa mereka menuju ke gunung, jarak yang ditempuh juga cukup jauh.

Dania merasa aneh dengan jalan yang mereka lalui karena sudah begitu lama pergi sampai sekarang juga belum sampai di tempat tujuan. Banyak pertanyaan muncul di dalam benak Dania.

Apa mereka kakak beradik sudah tahu aku bukan Waning? Jadi mereka membawaku ke gunung untuk membunuhku? Apakah dengan begitu Waning yang asli bisa kembali ke tubuh ini? Lalu bagaimana dengan diriku? Apakah aku akan mati setelah itu?

Tidak-tidak! Tidak benar! Mereka sudah bilang tujuan kita pergi kali ini karena akan menunjukkan ramuan emas pada tabib terkenal di gunung untuk memeriksa ramuan yang aku buat apakah benar atau salah. Wajar saja mereka tidak percaya, gadis bodoh seperti Waning tidak mungkin bisa berubah menjadi cerdas dalam waktu semalam! Haruskah aku jujur saja dan mengatakan kalau aku adalah Dania Ansel seorang dokter terkenal yang masuk ke dalam tubuh Waning? Bagaimana mungkin mereka akan percaya? Mereka akan berpikir kalau aku sudah gila lalu memenjarakanku di ruang tahanan bawah tanah kerajaan. Tidak! Aku tidak mau itu terjadi!

Dania memukul sisi kepalanya sendiri lalu melipat kedua tangannya dan memilih memejamkan kedua matanya.

***

Ketika tiba di tempat tujuan, hari sudah larut malam, klinik tabib terkenal juga sudah tutup. Namun ketika Dania menginjakkan kakinya di beranda rumah sang tabib tiba-tiba kabut muncul dan pintu terbuka, kabut tersebut masuk ke dalam rumah lalu berubah wujud menjadi sosok pria tua dengan tongkat di genggaman tangan kanannya.

Apakah pria tua ini adalah siluman gunung? Jangan-jangan dia dewa iblis yang akan memakanku di gunung! Batin Dania.

Juan dan Butai juga terlihat pucat gemetaran.

“Masuklah ke dalam! Ramalan itu benar-benar terjadi, tepat malam ini saat bulan purnama, Dewi bulan akan turun di gunung ini. Aku sudah tidak sabar menunggu!”

Mendengar pria tua berkata demikian, Dania langsung menoleh ke arah Juan dan Butai yang sedari tadi berdiri di sisi kiri dan kanannya.

“Aku?” tanya Dania sambil menunjuk batang hidungnya sendiri pada kedua kakak laki-lakinya.

“Kita masuk saja dulu!” balas Juan dengan ekspresi wajah tidak menentu.

“Kalian masuklah!” perintah pria tua itu lagi.

Dania segera masuk ke dalam lalu duduk di ruangan utama. Dania bersama kedua kakaknya saling bertukar pandang satu sama lain.

“Katakan apa yang membawa kalian datang jauh-jauh ke sini?” tanya pria tua itu pada mereka bertiga.

Juan segera mengeluarkan guci kecil berisi rebusan ramuan emas dengan tutup yang dia bawa dari rumah.

“Saya datang untuk memeriksa ramuan ini, adik saya Waning bilang bahwa dia sudah membuatnya sendiri. Setahu saya hanya tabib terkenal yang mengetahui ramuan emas jantung, jadi kami ragu padanya,” ujar Juan.

Pria tua tersebut mengambilnya lalu melepas tutupnya dan menuang rebusan ke dalam cangkir teh di meja. Dari warna dan aromanya, ramuan itu memang benar adalah ramuan emas jantung yang terkenal. Akan tetapi ramuan tersebut masih sempurna dalam keadaan dingin seperti sekarang. Bahkan warnanya juga tidak berubah. Dicicipinya ramuan itu sedikit dan kedua bola matanya terlihat berbinar seperti menemukan barang berharga. Dugaannya tidak keliru, ramuan di tangannya sekarang lebih sempurna jika dibandingkan dengan buatannya sendiri.

“Waning?” Pak Tua mengernyitkan keningnya.

“Sa-saya, Waning!” Dania menyahut.

“Apakah ada yang salah? Ramuan itu salah, bukan?” tanya Juan pada Pak Tua.

“Kamu diamlah! Aku ingin dengar apa pendapat dari Pak Tua!” Tukas Dania dengan tidak sabar.

“Ramuanmu sempurna! Terlalu sempurna!” ujar Pak Tua. Pak Tua berdiri dari kursinya lalu masuk ke dalam dan keluar lagi dengan sebuah gulungan di tangan.

Dania menatap ke arah gulungan kertas dengan tatapan mata curiga, begitu juga Juan dan Butai, dua kakak Waning sangat penasaran dengan benda yang dibawa oleh Pak Tua.

“Ini adalah lukisan wajah Dewi bulan, ramalan mengatakan Dewi bulan adalah titisan dari Dewi penyembuh. Sudah diramalkan dia akan datang menjelang seratus tahun semenjak kedatangannya sebelumnya.”

Butai langsung menyahut. “Seratus tahun?”

“Ya, seratus tahun sekali! Masalah ini harus dirahasiakan!” ujar Pak Tua pada mereka bertiga.

“Jika seratus tahun yang lalu, apakah Pak Tua sudah hidup sejak waktu itu? Artinya Pak Tua di depan kita sekarang benar-benar bukan manusia? Tidak ada manusia yang hidup lebih dari seratus tahun!” Juan berbisik pada Dania dan Butai.

Butai, Juan, dan Dania menatap lukisan tersebut. Wajah di lukisan memang mirip dengan sosok Dania.

Dania menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Setelah memikirkannya beberapa kali dia masih tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Pak Tua tadi.

“Ramalan? Di zaman modern hanya ada ramalan cuaca, apa di sini mereka juga melakukan ramalan seperti itu? Seratus tahun yang lalu kedatanganku sudah diramalkan? Aku rasa bukan hanya aku yang gila di sini.” Dania berkata pada dirinya sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 97 Perdebatan dengan Raja Yu

    Pada keesokan harinya, Dania dan Sutangji bersiap-siap untuk kembali ke Wilayah Dataran Tengah. Tugas di wilayah Perbatasan juga baru mereka selesaikan, seharusnya pada saat ini mereka sudah kembali ke kampung halaman kemudian pergi ke Istana untuk menghadap pada Raja Yu tentang misi yang telah selesai.Setelah berpamitan pada Wuheng dan Bibi Ansu, Sutangji dan Dania diantarkan sampai ke gerbang wilayah perbatasan oleh utusan dan juga prajurit yang menjaga keamanan mereka berdua.Dania tinggal di dalam kereta sementara Sutangji berada di belakang menunggangi kudanya, berjalan perlahan mengikuti kereta kuda yang mengantarkan Dania.Dari wilayah Kerajaan Timur mereka langsung menuju ke Ibu Kota lantaran semua orang yang bertugas dalam misi di wilayah Perbatasan Selatan sudah berkemas dan kembali pada hari kemarin. Melihat tidak ada tanda-tanda pemberontakan atau hal-hal lain yang mengkhawatirkan, semua orang di Ibu Kota merasa lega. ***Ketika hari gelap, bar

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 96 Kerajaan Timur

    ***Di sisi lain, Zusu bergegas melapor pada Yulia tentang kejadian tersebut, begitu juga orang-orang yang masih ditahan. Dua orang yang tadinya ditugaskan untuk membawa Dania menghadap padanya juga ikut serta menghadap. “Yang-mulia Selir, tolong bebaskan keluarga kami!” ujar dua orang tersebut sambil berlutut dan memohon pada Yulia.“Kalian gagal melaksanakan tugas! Masih berani meminta imbalan dariku?” tanyanya sambil mengambil tongkat pemukul untuk memukul mereka.Fanye tiba-tiba datang dengan beberapa prajurit, penduduk Kerajaan Timur yang masih ditahan segera dibebaskan.Yulia sangat kaget sekali, dia segera memberikan hormat pada Pangeran Fanye yang merupakan adik dari Guwenki.“Salam hormat, Pangeran Fanye!”“Kakakku sudah menikahimu dan mengangkatmu sebagai selirnya, bukannya menunjukkan perilaku agung dan terpuji kamu malah menahan keluarga dari penduduk Kerajaan Timur! Raja Wuheng sudah mengirimkan surat perdamaian juga menarik semua penduduk k

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 95 Diculik

    Malam itu Dania tertidur di dalam dekapan Sutangji. Sutangji merasa sangat bahagia karena sudah mendapatkan pencerahan, awalnya dia pikir dirinya sudah bersalah karena merebut wanita Chang An, pada akhirnya dirinya adalah pemenang dari perjalanan panjang tersebut. Dania memang jodoh yang ditulis oleh langit dan terikat dalam takdir kehidupannya.Pada keesokan harinya, Dania terjaga dan tidak mendapati Sutangji berada di sisinya. Perlahan Dania turun dari atas ranjang untuk melihat. Beberapa rekan kerja Dania yang ikut bertugas sedang sibuk memasak air dan menyiapkan beberapa makanan untuk sarapan. Dania keluar dari tenda peristirahatan lalu membawa peralatan mandi. “Nyonya Su? Anda ingin pergi?” panggil salah satu rekan Dania dari belakang. Dania menoleh sebentar lalu mengukir senyum, rekan Dania segera bergegas menyusul dan berjalan di samping untuk menemaninya.“Sepanjang malam Jenderal Agung menemani Anda, Anda memang pasangan yang sangat serasi!” pujinya dengan sung

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 94 Takdir cinta abadi

    Dari balik pohon, Chang An keluar dari persembunyiannya, dia sudah menyaksikan semua yang terjadi. Xingyi juga baru saja pergi dijemput oleh utusan Klan Lima Bintang untuk memulihkan diri dan kembali ke Kota Sihir.“Dania sudah tahu? Apa ingatannya sungguh sudah kembali sejak sebelum dia ditahan di Kota alam Dewa?” Chang An tidak bisa menahan diri untuk tidak bertemu dengan Dania. Dia segera mengejar dan berhasil menyambar tangannya, Chang An memiliki banyak hal dan ingin dia diskusikan dengannya.“Dania!”“Chang An?” Dania mengerutkan keningnya dan melihat ke sekitar, pelayan Chang An segera memutar badan dan menjauh.“Ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ujarnya dengan ekspresi serius.“Tentang apa?”“Ingatan masa lalu, tentang istri Dewa Perang dari Kota alam Dewa sebelum aku diturunkan di Kota alam Dewa.”Dania hanya manggut-manggut seolah-olah dirinya sama sekali bukanlah siapa-siapa.“Ya, kenapa dengan mereka?”Chang An merasa kesal dan

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 93 Serangan Xingyi

    Ketika menerima panggilan dari Chang An, Xingyi sama sekali tidak terkejut. Wanita itu dengan ekspresi penuh percaya diri segera bersiap-siap untuk menunjukkan penampilan terbaiknya. Pikir Xingyi Chang An sudah berubah pikiran dan bersedia memulai kembali hubungan antar kedua klan. “Dewa Tinggi sudah memanggilku, akhirnya apa yang aku tunggu-tunggu akan tiba! Dewa Chang An yang sangat tampan itu pasti sudah berubah pikiran dan bersedia menerima perasaanku.” Xingyi memasang beberapa perhiasan di kepala untuk mempercantik dirinya.Ketika pelayan yang ditugaskan untuk menjemput Xingyi tiba di istana Kerajaan Kota alam Dewa, Chang An segera menoleh, Chang An sedang berdiri di serambi kanan kerajaan. Dilihatnya Xingyi berdandan dengan sangat cantik, Chang An mengernyitkan keningnya. “Apa yang kamu katakan padanya?” tanya Chang An dengan suara berbisik pada pelayan yang dia tugaskan untuk menjemput Xingyi.“Saya hanya berkata bahwa Tuan mengutus saya untuk memanggil Dew

  • Tabib Kesayangan Tuan Jenderal    Bab 92 Pasangan di zaman kuno

    Sutangji segera memerintahkan bawahannya untuk membereskan dan menyingkirkan mayat mahluk aneh tersebut dari dalam kamar Dania. “Untuk sementara pindah ke kediaman utama!” Sutangji menggenggam tangan Dania dan membawanya keluar dari dalam kediaman menuju ke ruangan lain. Dania yang sudah memutuskan untuk menangani masalah mimpi itu seorang diri langsung menarik lepas tangannya dari genggaman tangan Sutangji. “Masalah ini sudah selesai, kamu tidak perlu khawatir padaku lagi.” Sutangji terkejut dan langsung menoleh ke belakang. Dia melihat Dania sengaja menghindar dari tatapan kedua matanya, bahkan memutar badan berdiri memunggunginya. “Kita suami istri sekarang, kamu menolak pergi ke tempatku? Rumah ini juga rumahmu, kamar utama juga kamarmu.” Dania menelan ludahnya lalu memaksa senyum pada bibirnya. Dia menatap kedua mata Sutangji lalu berkata, “Aku merasa lebih tenang tinggal di kediaman yang biasa aku tempati. Lagi pul

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status