Share

Bab 2

last update Last Updated: 2022-02-04 12:09:07

Rasa penasaran Karina meronta-ronta. Bagaimana tidak? Seorang CEO yang terkenal dingin dan kejam ternyata suka bermain dengan wanita nakal! Tentu saja Karina tidak boleh melepaskan kesempatan ini! 

Seperti seorang mata-mata, Karina berjalan pelan mengikuti Isaac yang membawa seorang wanita ke dalam gang sempit yang gelap. Dia bersembunyi di balik dinding, mengintip kegiatan Isaac dan wanitanya. Meskipun gelap, namun Karina masih bisa melihat dengan jelas keberadaan mereka berdua. Dia merogoh saku, mengambil ponselnya yang akan digunakan untuk memotret Isaac.

Jepret!

Setelah ponselnya berhasil memotret, Karina sontak menelan ludah karena ternyata dia lupa mematikan blizt kamera ponselnya. Tangannya refleks memasukkan ponsel ke dalam saku, lalu dia berjalan mundur beberapa langkah dan hendak berlari.

Namun, sebelum Karina berhasil kabur, Isaac sudah terlebih dahulu mencengkeram erat pergelangan tangan Karina dan menariknya hingga mereka saling berhadapan satu sama lain.

Lagi-lagi Karina menelan ludah, kala melihat dua gigi taring Isaac beserta noda darah di sudut bibirnya, bahkan mata pria itu merah! Bukan mata obsidian seperti yang biasanya Karina lihat! 

Entah mengapa pikirannya menjadi kosong, Karina tak habis pikir dengan apa yang dilihatnya.

Dengan tubuh sedikit gemetar, Karina sontak mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang dibawa Isaac. Entah pingsan atau mati, namun wanita itu tergeletak di atas tanah dalam gang sempit yang gelap.

“Apa kau melihatnya?”

Suara bariton Isaac membuyarkan lamunan Karina. Namun, Karina bergeming, tidak bisa menjawab pertanyaan yang sederhana itu.

Di kepalanya sekarang sedang dipenuhi oleh kata “vampir”, makhluk penghisap darah yang hanya ada di dalam dongeng. Jika tadi pagi Karina tidak percaya dengan dongeng konyol itu maka sekarang dia akan menarik ucapannya kembali.

Di hadapan Karina, Isaac Sebastian Castor, CEO muda dan tampan ternyata adalah seorang vampir yang suka menghisap darah manusia!

“Vampir ....”

Tanpa sadar, Karina bergumam dengan tatapan kosong. Namun, dia segera sadar ketika sebuah tangan besar menyentuh wajahnya. Sungguh! Karina sangat ketakutan, namun dia berusaha agar tetap tenang menghadapi situasi menegangkan itu.

Isaac mendekatkan wajahnya, berbisik pelan di telinga Karina, sementara tangan kirinya mengusap lembut leher jenjang wanita itu.

“Kau tahu? Aku tidak suka jika sosok asliku diketahui oleh orang lain.”

Pernyataan itu membuat Karina takut hingga memejamkan mata. Seharusnya dia langsung pulang, bukannya membuntuti Isaac, lalu terjebak di situasi yang menentukan antara hidup dan mati!

Sementara Karina masih bergelut dengan pikirannya, Isaac kembali berbisik hingga membuat bulu kuduk Karina berdiri.

“Apa kau ingin menjadi seperti wanita itu?”

Deg! 

Seperti wanita itu? Secara tidak langsung Isaac mengatakan bahwa dia akan menghisap darah dan membunuh Karina dengan cara yang tidak biasa!

Membuka mata, Karina mendorong dada Isaac agar menjauh dan memberanikan diri untuk berbicara. 

"A-apa Anda sedang syuting film tentang vampir? Karena sepertinya saya mengganggu, jadi saya akan pergi dari sini."

Meskipun Karina tahu itu bukan syuting dan semacamnya, apalagi setelah banyak kasus orang tewas kehilangan darah dengan bekas gigitan, Karina tetap akan menutup mata dengan kejadian yang baru saja dilihatnya. Dia ingin tetap hidup, jadi dia harus berpura-pura bodoh demi keselamatan nyawanya. 

"Jangan berpura-pura bodoh! Aku tahu kau melihat semuanya."

Kini, taring dan mata Isaac kembali normal seperti biasa. Tidak ada taring panjang dan mata merah seperti yang Karina lihat beberapa menit yang lalu.

"Melihat? Melihat apa? Saya sama sekali tidak mengerti maksud dari perkataan Anda."

Ketika berbicara, Karina sama sekali tidak melakukan kontak mata dengan Isaac. Pandangan matanya selalu diarahkan ke tempat lain. Menatap apa saja selain pria di hadapannya. 

"Tatap mataku kalau kau masih ingin hidup!"

Dalam hitungan detik, mata hijau seperti batu emerald milik Karina bertemu dengan mata obsidian milik Isaac. Namun, tidak lebih dari lima detik mereka bertatapan, Karina sontak menutup matanya rapat-rapat. 

"Maaf, tapi mata saya sepertinya kelilipan."

Suatu kebohongan! Sepertinya Karina jadi lebih pandai dalam berbohong setelah bertemu dengan Isaac.

"Buka matamu!"

Sungguh suara yang mengintimidasi, Karina bahkan tidak mampu menolak perintah Isaac. Namun ... 

Bruk! 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tahanan Berdarah Manis   Bab 31

    "Jawabanku tetap tidak," balas Isaac dingin. Entah pemburu vampir atau apa pun itu, dia tidak akan peduli dan tidak akan pernah bekerja sama apalagi membantu melawan pemburu itu.Namun, jika pemburu vampir itu menghampirinya sendiri atau menyakiti orang terdekatnya, mungkin dia akan bertindak.Lama terdiam karena tidak mengerti pembicaraan Isaac dan Mike, akhirnya Karina memutuskan untuk bertanya, "Apa yang kalian bicarakan? Pemburu vampir?"Dari namanya saja Karina sudah tahu bahwa itu akan mengancam kaum vampir, namun dia penasaran, seperti apa rupa pemburu vampir yang mereka bicarakan tersebut dan seberapa hebat kemampuannya hingga bisa melawan para vampir. Bukankah pemburu vampir biasanya adalah manusia? "Kau tidak perlu tahu. Gordon, bawa Karina ke mansion."Manusia seperti Karina tidak ada hubungannya dengan pemburu vampir yang mereka bicarakan. Dan jangan sampai gadis itu terlibat, mengingat gadis itu adalah tawanannya dan memiliki jejak vampir di tubuhnya.Seketika, Gordon

  • Tahanan Berdarah Manis   Bab 30

    Tanpa menunggu waktu lama, orang yang diteriakkan namanya itu keluar dari tempatnya. Mike tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya kepada Isaac. Namun, yang dia dapat dari Isaac justru adalah tatapan tajam yang ingin membunuh. "Di mana Karina? Kenapa kau membawanya? Kau ingin mati, hah?" Rentetan pertanyaan pun keluar dari mulut Isaac. Dia tidak suka bermain-main atau dipermainkan oleh sepupunya itu."Ah, kau memang tidak sabaran. Kita bahkan sudah lama tidak bertemu, kenapa tidak duduk dan berbicara masa lalu denganku?"Duduk? Berbicara? Tampaknya Mike benar-benar mengajaknya ribut. Sudah lama tidak menampakkan batang hidungnya, lalu muncul dengan menyandera Karina. Setelah menyuruhnya datang, Mike justru mengajaknya duduk dan berbicara?"Aku tidak ingin berbicara denganmu. Berikan Karina padaku dan kau akan kubiarkan pergi."Mike menghela napas, sepupunya Isaac memang tidak bisa diajak bernegosiasi. Padahal, Mike memanfaatkan Karina hanya untuk bertemu dengan Isaac yang sulit dit

  • Tahanan Berdarah Manis   Bab 29

    Setelah pergi ke atap untuk menyendiri, Isaac kembali ke ruangannya dan sudah rapi dengan dokumen-dokumen yang sudah ditangani. Namun, dia tidak melihat keberadaan Karina di sana. Tas wanita itu pun tidak ada di mejanya. "Memo?" ucap Isaac saat melihat sebuah memo yang ada di meja kerjanya. Di sana tertulis bahwa Karina pergi untuk memperingati kematian kedua orang tuanya dan Isaac tidak perlu mencari keberadaan wanita itu. "Gordon!" panggil Isaac. Gordon muncul dalam seketika. Meskipun jarak mereka jauh, Isaac bisa menggunakan telepati untuk memanggil pelayannya tersebut dan Gordon pun akan muncul dalam satu kedipan mata. "Anda memanggil saya, Tuan?" jawab Gordon sambil tetap menunduk. "Karina pergi untuk memperingati kematian orang tuanya. Kira-kira kapan dia akan kembali?"Karina adalah tawanan Isaac. Wanita itu sudah memiliki tanda gigitan di lehernya dan akan bahaya jika berkeliaran seorang diri. Manusia biasa mungkin tidak akan menyadarinya, namun kaum vampir bisa merasakan

  • Tahanan Berdarah Manis   Bab 28

    “Tangkap dia!”“Baik, saya akan segera menangkapnya, Tuan!”Pria berkulit pucat, Segrei, melakukan teleportasi dan muncul di depan Karina. Karina terkejut, padahal dia sudah berlari cukup jauh, namun salah satu pria asing yang dilihatnya berhasil menyusulnya dengan muncul secara tiba-tiba.“Hah? Kenapa –““Menyerah lah. Kau tidak akan bisa kabur dari kami,” potong Segrei cepat. Dia menjentikkan jarinya dan membuat Karina hilang kesadaran.Segrei membawa Karina di punggungnya dan berteleportasi ke hadapan tuannya, Mike.“Tuan, saya sudah menangkapnya,” ucap Segrei.Mike menyeringai. “Bagus. Kita kembali ke markas.”***Karina mengerjap-ngerjapkan matanya yang sedikit buram beberapa kali. Dia menolehkan kepalanya ke seluruh penjuru ruangan, mencari tahu di mana tepatnya dia berada.“Kau sudah bangun?” tanya Mike yang tiba-tiba muncul entah dari mana.“Apa yang kau inginkan dariku?!” sentak Karina sambil menatap tajam ke arah Mike. Seingatnya, tadi pria itu menanyakan perihal Isaac kepad

  • Tahanan Berdarah Manis   Bab 27

    Karina mengambil kertas memo di atas meja, lalu menulis catatan di sana. Karina menulis bahwa dirinya pergi ke pemakanan orang tuanya untuk memperingati hari kematian mereka. Oleh sebab itu, Isaac tidak perlu khawatir atau mencari keberadaannya jika Karina tidak ada di kantor. Sebelum benar-benar pergi, Karina merapikan meja Isaac dan memisahkan dokumen yang sudah ditanda tangani dengan yang belum. "Nice! Semuanya sudah rapi!" gumam Karina ketika melihat meja Isaac yang sudah dirapikan olehnya. Tak ingin lebih membuang waktu, Karina bergegas pergi dari kantor menggunakan taksi yang dia cegat di jalan. Ketika melihat sebuah toko bunga, dia meminta sang sopir taksi untuk berhenti sejenak karena ingin membeli bunga untuk dibawa ke makam. Ya, itu memang selalu Karina lakukan. Jangan sampai Karina datang ke makan orang tuanya dengan tangan kosong. Dua buket bunga telah Karina dapatkan di tangannya. Sekarang dia sudah siap mengunjungi makan orang tuanya dan menaruh dua buket bunga terse

  • Tahanan Berdarah Manis   Bab 26

    "Hey? Isaac?" Sekali lagi Karina mempertanyakan keadaan Isaac. "Aku tidak apa-apa. Lebih baik kau mengkhawatirkan dirimu sendiri! Kau pasti tahu kalau aku bisa saja menyerangmu saat ini juga!"Tepat. Isaac bisa saja menyerang Karina di saat rasa hausnya bangkit karena mencium bau darah, namun anehnya Karina tidak mengkhawatirkan itu! Dia justru lebih mengkhawatirkan Isaac yang hampir membongkar jati dirinya di hadapan Oscar. Lagi pula, Karina sudah terbiasa dengan Isaac yang tiba-tiba menghisap darahnya. Jadi, Karina tidak merasa harus mengkhawatirkan keadaannya sendiri. Karina mengambil dokumen yang ada di atas meja. Dia membaca seluruh isi dokumen tersebut dengan teliti. "Jadi ... kau benar-benar memutuskan kontrak dengan mereka secara sepihak?" Karina menatap Isaac dengan serius. Perusahaan mereka baru saja menjalin kerja sama, namun Isaac tiba-tiba memutuskan kontrak kerja sama tersebut. "Hn. Perusahaan mereka tidak cukup bagus untuk bekerja sama dengan perusahaanku," dustanya

  • Tahanan Berdarah Manis   Bab 25

    "Kenapa kau pergi lebih dulu?" tanya Isaac tiba-tiba. Seperti dugaannya, Isaac bahkan terlihat baik-baik saja meskipun malam tadi mereka bercumbu cukup lama. Oh ayolah! Mengapa sekarang Karina justru membayangkan kejadian malam tadi? Sepertinya otaknya sedang bermasalah. "Tidak apa-apa, hanya ingin berangkat lebih pagi dengan berjalan kaki. Sudah lama aku tidak berjalan kaki ke tempat kerja." Betapa lancarnya Karina berbicara santai dengan Isaac. Biasanya dia selalu berbicara formal, namun anehnya dia sama sekali tidak canggung saat berbicara santai dengan pria yang merupakan atasannya itu. Meskipun begitu, Karina harus tetap berbicara formal saat sedang di kantor. Ya, dia harus bisa bersikap profesional. "Selamat pagi!" Setelah turun dari mobil, para karyawan yang melihat Isaac refleks menunduk dan menyapanya sambil tersenyum. Meskipun Isaac adalah CEO yang tegas, namun dia tetap dihormati oleh para karyawannya. "Ssshh!" ringis Karina. Sepertinya tumitnya lecet hingga memb

  • Tahanan Berdarah Manis   Bab 24

    Setelah melihat pria paruh baya itu pergi, Karina melanjutkan berjalan kaki. Sejujurnya, kakinya sedikit kram karena sudah berjalan cukup jauh. Dia juga lapar karena melewatkan sarapan. Karina memegang perutnya yang bergoyang meminta diisi. "Sepertinya aku harus mampir sebentar ke toko roti." Kebetulan, tak jauh dari berdirinya Karina, ada sebuah toko roti yang sudah buka pagi-pagi sekali. Dia belum pernah ke sana sebelumnya karena toko itu selalu ramai pengunjung. Namun, karena ini masih pagi di mana anak sekolah dan pekerja kantoran masih santai di rumahnya masing-masing, toko itu belum banyak pengunjung. "Permisi ...," lirihnya pelan. Karina sontak menghampiri etalase yang sudah penuh dengan berbagai jenis roti. "Ada yang bisa aku bantu?" Seorang wanita dengan celemek yang terpasang di tubuhnya ke luar dari pintu berwarna putih. Karina tersenyum, lalu menunjuk roti isi daging yang terlihat menggiurkan. "Beri aku yang ini satu." "Baiklah!" ucap wanita itu, "Aku baru pertama ka

  • Tahanan Berdarah Manis   Bab 23

    Tanpa banyak bicara, Isaac kembali menarik Karina ke dalam ciumannya. Dia menyeringai kecil, bangga karena membuat Karina menginginkannya lagi. Masih memagut bibir Karina, Isaac menuntun Karina berjalan menuju ranjang berukuran king sizenya. Kedua tangannya dia taruh di pinggang ramping Karina, menjaganya agar tidak jatuh. Bruk! Isaac menjatuhkan tubuh Karina di atas ranjang, sedangkan dia berada di atas wanita itu. Tubuhnya menjauh, melepaskan pagutan bibirnya pada bibir Karina. "Akh!" pekik Karina. Lagi-lagi lehernya menjadi sasaran empuk untuk digigit Isaac. Kedua taring pria itu menusuk leher Karina hingga mengeluarkan darah. Darah yang merupakan santapan utama bagi Isaac yang notabene seorang vampir. Karina menaruh kedua tangannya di punggung Isaac. Kukunya mencakar punggung pria itu ketika merasakan sakit yang luar biasa menusuk lehernya. "Isaac!" Kali ini Karina menjeritkan nama Isaac dengan lantang. Dia tidak peduli meskipun sikapnya tidak sopan terhadap pria itu.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status