Share

Bab 2

Rasa penasaran Karina meronta-ronta. Bagaimana tidak? Seorang CEO yang terkenal dingin dan kejam ternyata suka bermain dengan wanita nakal! Tentu saja Karina tidak boleh melepaskan kesempatan ini! 

Seperti seorang mata-mata, Karina berjalan pelan mengikuti Isaac yang membawa seorang wanita ke dalam gang sempit yang gelap. Dia bersembunyi di balik dinding, mengintip kegiatan Isaac dan wanitanya. Meskipun gelap, namun Karina masih bisa melihat dengan jelas keberadaan mereka berdua. Dia merogoh saku, mengambil ponselnya yang akan digunakan untuk memotret Isaac.

Jepret!

Setelah ponselnya berhasil memotret, Karina sontak menelan ludah karena ternyata dia lupa mematikan blizt kamera ponselnya. Tangannya refleks memasukkan ponsel ke dalam saku, lalu dia berjalan mundur beberapa langkah dan hendak berlari.

Namun, sebelum Karina berhasil kabur, Isaac sudah terlebih dahulu mencengkeram erat pergelangan tangan Karina dan menariknya hingga mereka saling berhadapan satu sama lain.

Lagi-lagi Karina menelan ludah, kala melihat dua gigi taring Isaac beserta noda darah di sudut bibirnya, bahkan mata pria itu merah! Bukan mata obsidian seperti yang biasanya Karina lihat! 

Entah mengapa pikirannya menjadi kosong, Karina tak habis pikir dengan apa yang dilihatnya.

Dengan tubuh sedikit gemetar, Karina sontak mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang dibawa Isaac. Entah pingsan atau mati, namun wanita itu tergeletak di atas tanah dalam gang sempit yang gelap.

“Apa kau melihatnya?”

Suara bariton Isaac membuyarkan lamunan Karina. Namun, Karina bergeming, tidak bisa menjawab pertanyaan yang sederhana itu.

Di kepalanya sekarang sedang dipenuhi oleh kata “vampir”, makhluk penghisap darah yang hanya ada di dalam dongeng. Jika tadi pagi Karina tidak percaya dengan dongeng konyol itu maka sekarang dia akan menarik ucapannya kembali.

Di hadapan Karina, Isaac Sebastian Castor, CEO muda dan tampan ternyata adalah seorang vampir yang suka menghisap darah manusia!

“Vampir ....”

Tanpa sadar, Karina bergumam dengan tatapan kosong. Namun, dia segera sadar ketika sebuah tangan besar menyentuh wajahnya. Sungguh! Karina sangat ketakutan, namun dia berusaha agar tetap tenang menghadapi situasi menegangkan itu.

Isaac mendekatkan wajahnya, berbisik pelan di telinga Karina, sementara tangan kirinya mengusap lembut leher jenjang wanita itu.

“Kau tahu? Aku tidak suka jika sosok asliku diketahui oleh orang lain.”

Pernyataan itu membuat Karina takut hingga memejamkan mata. Seharusnya dia langsung pulang, bukannya membuntuti Isaac, lalu terjebak di situasi yang menentukan antara hidup dan mati!

Sementara Karina masih bergelut dengan pikirannya, Isaac kembali berbisik hingga membuat bulu kuduk Karina berdiri.

“Apa kau ingin menjadi seperti wanita itu?”

Deg! 

Seperti wanita itu? Secara tidak langsung Isaac mengatakan bahwa dia akan menghisap darah dan membunuh Karina dengan cara yang tidak biasa!

Membuka mata, Karina mendorong dada Isaac agar menjauh dan memberanikan diri untuk berbicara. 

"A-apa Anda sedang syuting film tentang vampir? Karena sepertinya saya mengganggu, jadi saya akan pergi dari sini."

Meskipun Karina tahu itu bukan syuting dan semacamnya, apalagi setelah banyak kasus orang tewas kehilangan darah dengan bekas gigitan, Karina tetap akan menutup mata dengan kejadian yang baru saja dilihatnya. Dia ingin tetap hidup, jadi dia harus berpura-pura bodoh demi keselamatan nyawanya. 

"Jangan berpura-pura bodoh! Aku tahu kau melihat semuanya."

Kini, taring dan mata Isaac kembali normal seperti biasa. Tidak ada taring panjang dan mata merah seperti yang Karina lihat beberapa menit yang lalu.

"Melihat? Melihat apa? Saya sama sekali tidak mengerti maksud dari perkataan Anda."

Ketika berbicara, Karina sama sekali tidak melakukan kontak mata dengan Isaac. Pandangan matanya selalu diarahkan ke tempat lain. Menatap apa saja selain pria di hadapannya. 

"Tatap mataku kalau kau masih ingin hidup!"

Dalam hitungan detik, mata hijau seperti batu emerald milik Karina bertemu dengan mata obsidian milik Isaac. Namun, tidak lebih dari lima detik mereka bertatapan, Karina sontak menutup matanya rapat-rapat. 

"Maaf, tapi mata saya sepertinya kelilipan."

Suatu kebohongan! Sepertinya Karina jadi lebih pandai dalam berbohong setelah bertemu dengan Isaac.

"Buka matamu!"

Sungguh suara yang mengintimidasi, Karina bahkan tidak mampu menolak perintah Isaac. Namun ... 

Bruk! 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status