Share

Tahanan Berdarah Manis
Tahanan Berdarah Manis
Penulis: Seirios Aquilae

Bab 1

"Kau sudah dengar? Katanya ada seorang wanita ditemukan meninggal  di pinggir sungai dengan dua bekas gigitan di lehernya!”

“Mungkinkah itu vampir? Jika benar, aku ingin melihatnya secara langsung!”

Konyol! Wanita bernama lengkap Karina Olera Lavender mengeluarkan seringai tipis, kala mendengar percakapan dua orang pelajar yang berjalan melewatinya. Vampir? Vampir hanya dongeng dan mitos yang lahir dari tanah Eropa. Lagi pula, belum pernah ada bukti sahih tentang keberadaan makhluk penghisap arah itu!

Seandainya ada seseorang meninggal dengan luka gigitan di leher, mungkin saja itu ulah seekor hewan, bukan? Contohnya, ular kobra. Jika seseorang digigit oleh hewan berbisa itu dan racunnya masuk ke dalam tubuh, kemungkinan besar orang yang terkena gigitan akan meninggal.

Tampaknya anak zaman sekarang terlalu sering menonton film sehingga mereka percaya dengan dongeng konyol seperti itu. Benar-benar menggelikan!

Membelalakkan mata, Karina mempercepat langkahnya setelah melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya menunjukkan pukul 07.50 pagi, sepuluh menit sebelum masuk kerja. Karena terlalu sibuk menguping percakapan para pelajar dan orang-orang yang lewat, Karina nyaris saja terlambat masuk kerja.

“Tunggu!”

Sebelum pintu lift tertutup rapat, Karina menyelipkan kaki kanannya sehingga pintu lift kembali terbuka. Namun, seketika dia menggigit bibir bawahnya ketika mengetahui bahwa Isaac Sebastian Castor – CEO yang paling di hormati berada di lift itu dan menatap tajam ke arahnya.

Dengan kepala tertunduk, Karina memasuki lift dan berdiri di barisan paling belakang sambil merutuki kebodohan juga ketidaksopanannya yang baru saja terjadi. Dia berdoa dalam hati, semoga setelah ini dirinya dan pekerjaannya akan baik-baik saja, mengingat banyak sekali karyawan yang dipecat setelah membuat sang CEO marah.

Tidak sampai lima menit kemudian, pintu lift terbuka ketika sampai di lantai tiga. Karina keluar dari lift paling terakhir, lalu berlari kecil ke arah meja kerjanya. Selama jam kerja, sesekali dia melirik ke ruangan bertuliskan CEO yang berada tak jauh dari mejanya.

Meskipun namanya belum dipanggil, namun Karina masih belum tenang jika hari ini belum berakhir. Sebab, minggu lalu teman kerjanya dipecat karena tidak sengaja tertawa saat berpapasan dengan Isaac, apalagi Karina yang secara terang-terangan berlaku tidak sopan!

Karina melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, dua menit lagi menjelang pulang, lalu dia mulai menghitung setiap detik yang berjalan hingga jarum jam pendek mengarah ke angka lima, sedangkan jarum jam panjang tepat di angka dua belas.

Delapan jam kerja memang melelahkan, namun menjadi seorang pengangguran bahkan lebih melelahkan lagi. Meskipun usia Karina sudah 25 tahun, namun dia masih belum memikirkan pernikahan seperti teman-temannya. Dia lebih suka bekerja dan menghasilkan uang yang banyak daripada terlibat dalam kisah percintaan yang bahkan belum pernah dia alami.

Bersenandung riang, Karina melempar asal tas juga sepatu, lalu menjatuhkan dirinya di atas ranjang empuk berukuran besar. Rasa kantuk mulai menghampirinya, namun karena seluruh tubuhnya terasa lengket, Karina bangkit dari ranjang dan berjalan gontai menuju kamar mandi.

Selang beberapa menit, setelah mandi air dingin, Karina meninggalkan kamar mandi, memperlihatkan kulit putihnya yang halus dan rambut panjangnya yang basah setelah keramas.

Berjalan menghampiri lemari putih di sebelah ranjangnya, Karina mengeringkan rambut basahnya dengan hair dryer, lalu memakai setelan training hitam yang selalu dia kenakan ketika di rumah.

Karina pergi menuju supermarket terdekat untuk membeli beberapa kaleng bir yang selalu menemaninya ketika menonton acara TV. Sebab, dia lupa membelinya ketika pulang kerja tadi. 

Karena besok adalah hari minggu, yang artinya libur kerja, Karina membeli banyak bir dan camilan untuk bergadang semalaman. Sudah lama dia tidak menikmati waktu liburnya yang sangat berharga. Sebab, selama dua bulan penuh ini, dia diharuskan bekerja lembur hingga larut malam, bahkan di waktu liburnya.

Meskipun Karina enggan bekerja lembur, namun dia tidak bisa menolak perintah atasan yang notabenenya memiliki jabatan yang lebih tinggi. Lagi pula, Karina hanya karyawan biasa yang bisa dengan mudahnya dipecat kapan saja.

Karina menyipitkan mata, kala melihat sosok pria yang dia kenal keluar dari bar dengan seorang wanita di sampingnya. Pria itu adalah Isaac, lengkap dengan setelan kerja yang sama persis seperti yang dia pakai saat di kantor.

"Wah! Berita besar!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status