Ketika sinar matahari pagi masuk melalui celah jendela, Karina mengerjapkan mata, lalu meregangkan tangannya ke atas sambil melenguh pelan. Sudah lama sekali dia tidak tidur lelap, tubuhnya terasa lebih ringan dibanding hari biasanya.
Duduk di sisi ranjang, Karina mendengus kecil ketika dia mengingat mimpi aneh selama dia tertidur. Karena kemarin banyak sekali pembicaraan mengenai vampir, Karina sampai memimpikan hal itu.
“Ah, sungguh mimpi yang aneh. Setelah pulang kerja, aku pergi ke supermarket dan melihat Isaac Sebastian Castor bersama seorang wanita, lalu aku mengintip mereka dan melihat hal mengerikan yang ternyata Isaac Sebastian Castor sang CEO tampan adalah seorang vampir! Hahahaha benar-benar mimpi yang konyol!”
Sungguh mimpi yang sangat aneh dan menggelikan! Bahkan Karina bisa mengingat mimpi itu dengan jelas seolah-olah dia mengalaminya sendiri.
“Rupanya kau sudah bangun?”
Mendengar seseorang berbicara, Karina sontak mendongakkan kepala dan melihat sosok pria tampan berdiri di ambang pintu kamarnya. Tunggu! Itu bukan kamarnya, lalu apakah dia sekarang sedang berada di kamar Isaac?
'Pantas saja ranjangnya sangat nyaman, tidak seperti ranjangku di rumah!' batin Karina.
Isaac menyunggingkan bibirnya membentuk seringai dan berjalan menghampiri Karina yang masih duduk di sisi ranjang. Dia bisa melihat wajah pucat wanita itu dengan sangat jelas.
“To-tolong jangan bunuh saya ...,” lirih Karina begitu Isaac semakin mendekatinya. Pikirannya kembali pada kejadian tadi malam yang ternyata bukan sekadar mimpi aneh, namun benar-benar kenyataan!
Kalau tidak salah, Karina mengingat saat dia tiba-tiba pingsan tepat setelah dia membuka mata atas perintah Isaac. Dia bahkan masih mengingat jelas suara memerintah yang keluar dari mulut Isaac. Suara yang begitu mengintimidasi!
Jantung Karina berdebar kencang dan refleks menutup mata ketika Isaac berdiri tepat di hadapannya. Tangan besar pria itu meraih wajah kecil Karina dan mengelusnya lembut hingga membuat bulu kuduk Karina berdiri.
“Buka matamu dan tatap aku!”
Seperti mengandung sihir, semua kata yang keluar dari mulut Isaac refleks membuat Karina menurutinya. Tatapan mereka bertemu dan wajah Isaac begitu dekat dengan Karina sehingga hidung mereka bersentuhan.
Meskipun pria di hadapannya adalah seorang vampir, namun Karina tidak mampu menolak pesona pria itu. Wajahnya memerah bak kepiting rebus. Karina yang tadinya ketakutan, kini merasa malu karena ditatap dalam jarak sedekat itu.
Menelan ludah, Karina memberanikan diri untuk berbicara pada Isaac. Sekarang hidupnya sedang dalam bahaya, Karina tidak boleh menyinggung pria itu dengan perkataannya.
“Ke-kenapa Anda membunuh para wanita itu?”
Bodoh! Mengapa Karina malah melontarkan pertanyaan seperti itu?! Sudah jelas kalau Isaac akan tersinggung, bukan? Namun, Karina tidak bisa menahan rasa penasarannya. Lagi pula, dia sudah berada dalam bahaya, jika menambah bahaya sedikit lagi mungkin tidak akan ada masalah.
“Kau penasaran dengan itu?” Isaac membuang napas kasar dan mendekatkan mulutnya pada telinga Karina. “Karena aku sangat haus. Jadi, aku menghisap darah mereka hingga habis. Lagi pula, orang yang telah melihat sosok asliku tidak boleh hidup!”
Lagi-lagi pernyataan Isaac membuat Karina bergeming. Dari ucapan pria itu, manusia diperlakukan seperti sebuah barang oleh kaum vampir. Bagaimana bisa makhluk penghisap darah itu begitu kejam? Padahal mereka hidup bergantung pada darah manusia!
“Saya mohon ... jangan membunuh manusia lagi. Bukankah Anda terlalu kejam terhadap mereka? Manusia adalah makhluk hidup, sama seperti Anda.”
Pada akhirnya Karina menyerukan semua pikirannya meskipun dengan bibir sedikit bergetar. Bagaimana tidak? Karina berhadapan langsung dengan seorang CEO merangkap seorang vampir.
Jika Isaac hanya manusia biasa, mungkin Karina hanya akan kehilangan pekerjaannya. Namun, karena Isaac adalah vampir seperti dalam mitos dan dongeng, mungkin bukan hanya pekerjaannya yang hilang, namun juga nyawanya.
“Cih. Beraninya manusia sepertimu-“
“Sebagai gantinya, Anda boleh menghisap darah saya kapan pun Anda merasa haus. Saya juga berjanji akan menyimpan rahasia Anda. Tentu saja Anda juga harus membiarkan saya hidup.”
Karena Karina tahu Isaac tidak akan membiarkannya hidup, jadi dia harus lebih dulu memberi penawaran yang tidak akan bisa ditolak oleh pria itu.
"Kau!"
Karina menatap Isaac dengan sedikit berharap. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi agar Isaac membiarkannya hidup. Hanya itu cara yang terpikirkan oleh Karina. “Apa kau sedang menawarkan kesepakatan padaku?” Karina menggigit bibir bawahnya. Entah sejak kapan dirinya sudah berada di atas ranjang dengan Isaac yang berada di atasnya, mengurung Karina dengan kedua tangan pria itu. “Bu-bukankah i-itu tidak terlalu buruk? Anda tidak perlu lagi mencari mangsa untuk meredakan rasa haus.” Meskipun Karina telah menawarkan kesepakatan kepada Isaac, namun dia belum menerima jawaban dari mulut pria itu. Terlebih lagi, semua keputusan berada di tangan Isaac. Apakah pria itu menerima atau menolak tawaran Karina! Jika Isaac menerima kesepakatan itu maka hidup Karina akan selamat dan dia harus siap sedia jika Isaac merasa haus. Sebaliknya, jika Isaac menolak maka tamatlah riwayatnya. “Aku tidak memercayai manusia. M
Kata-kata Isaac membuat Karina tersentak. Tampaknya pria itu tidak suka membuang-buang waktu dan tidak berniat melepaskan Karina barang sedetik pun. “Sekarang?” Pertanyaan konyol, padahal Karina sudah tahu jawabannya. Itu karena dia terlalu terkejut dengan sikap terburu-buru Isaac yang menyuruhnya pindah hari itu juga. Mereka pergi menuju rumah Karina menggunakan mobil lamborghini putih yang harganya miliaran dolar. Ya, bisa dibilang mobil itu adalah salah satu dari sekian banyak mobil yang dikoleksi Isaac. Saking banyaknya mobil Isaac, Karina sampai sakit mata ketika melihatnya. Jika dipikir kembali, Karina sangat beruntung karena bisa duduk di kursi mobil mewah yang bahkan tidak akan bisa dia beli meskipun bekerja seumur hidup. Bagi Karina, jangankan sebuah mobil, untuk kehidupan sehari-hari saja gajinya masih kurang. Setelah tiba di rumahnya, Karina memasukkan semua pakaian kerja dan pakaian santainya ke dalam koper. Banyak sekali barang yang ingin Karina bawa, namun karen
Seketika senyum di wajah Karina sirna setelah mendengar kata-kata Isaac yang begitu menohok hati. Namun, setiap kata yang diucapkan Isaac tidak ada yang salah. Lagi pula, Karina tinggal di rumah Isaac karena dia sendiri yang merelakan darahnya dihisap oleh pria itu sebagai ganti keselamatan nyawanya juga nyawa manusia lainnya. Memberi kamar mewah, makanan yang enak, dan diperlakukan sopan oleh para pelayan Isaac. Karina bersyukur karena semua hal itu. Meskipun Karina hanya dianggap bank darah oleh Isaac, namun pria itu memperlakukan Karina dengan cukup baik. “Apa ... Anda akan menghisap darah saya sekarang?” Bukannya menjawab, Isaac malah mempersempit jaraknya dengan Karina, membuat jantung Karina berdebar kencang. ‘Apakah dia akan benar-benar menghisap darahku?’ pikir Karina. Karina menahan napas dan memejamkan mata ketika Isaac menyisipkan rambut panjang yang sengaja digerainya ke belakang telinga, lalu memegang leher Karina dengan tangan kirinya. Hembusan napas Isaac bis
Karina tertegun ketika Isaac memberi perintah kepadanya. Padahal Karina sudah tahu sikap tegas dan suka memerintah Isaac saat di kantor, namun dia belum terbiasa. Sebab, wajah tegas Isaac sangat menakutkan! “Apa kau akan terus berdiri di sana dan melihatku?! Kemari dan duduklah!” Kali ini Isaac berbicara dengan sedikit meninggikan suaranya dibanding beberapa saat yang lalu. Karena tidak ingin membuat Isaac lebih marah lagi, Karina segera duduk di sofa panjang tepat di samping Isaac yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Sementara mulut Karina masih tertutup rapat, Isaac kembali berbicara sambil menyerahkan setumpuk kertas dengan banyak huruf di dalamnya kepada Karina. “Kerjakan semua itu karena mulai sekarang kau adalah sekretarisku!” “Sekretaris? Bukankah Anda sudah memilikinya? Mengapa saya harus menjadi sekretaris Anda?” Kata-kata protes keluar dari mulut Karina. Tentu saja karena Karina berpikir perkataan Isaac tidak masuk akal!
"Tidak! Luka saya tidak apa-apa. Lagi pula, pekerjaan yang Anda berikan belum selesai sepenuhnya.” Bohong! Tentu saja luka di lehernya terasa sakit, namun sengaja Karina tahan karena tidak ingin dianggap lemah, juga pekerjaannya memang belum selesai seperti yang dia katakan. “Aku paling tidak suka jika harus mengulangi perkataanku!” Jangan membantah! Itulah maksud dari ucapan Isaac. Setiap kata yang dia ucapkan adalah mutlak, tidak ada yang boleh membantah, menolak, atau melawannya. Jika ada yang membantahnya maka bisa dipastikan orang itu tidak akan hidup keesokkan harinya. “Kalau begitu saya permisi ....” Sambil menutup luka bekas gigitan Isaac dengan telapak tangannya, Karina pergi dari ruangan kerja Isaac, meninggalkan pria itu seorang diri. Tenaganya seperti terkuras habis setelah Isaac menghisap darahnya, tubuhnya lemas dan kepalanya sedikit pusing. Bisa dikatakan kalau Karina sedang mengalami anemia atau disebut juga kekurangan
Pagi menyapa, Karina terbangun dari tidurnya begitu seseorang membuka tirai sehingga membuat sinar mentari pagi menyusup melalui sela-sela jendela dan membuat Karina merasa silau.Melenguh pelan, Karina mengangkat kedua tangannya ke atas, meregangkan otot-ototnya yang kaku seperti halnya seseorang yang baru bangun tidur."Selamat pagi, Nona."Tersentak karena mendengar seseorang menyapanya di pagi hari, sontak membuat Karina melebarkan matanya dalam hitungan detik. Saat matanya melihat seorang wanita cantik yang dia kenali, dia kemudian tersenyum lembut pada wanita yang tengah berdiri tegak di depan ranjangnya."Selamat pagi, Gardenia."Karina membalas sapaan dari Gardenia. Namun, dalam hatinya dia merasa kurang nyaman dengan perlakuan spesial yang dia dapatkan.'Aku belum terbiasa dengan semua hal ini. Haaah~'Tidak seperti biasanya yang selalu melakukan apa pun sendiri, kali ini Karina dibantu oleh Gardenia yang sengaja
"Cih, untuk apa kau memanggilku ...." Karina mengubah nada suaranya dari nada tinggi menjadi nada rendah setelah mengetahui siapa yang memanggilnya. " ... Tuan Isaac ...."Namun, terlambat. Karina sudah mendapatkan tatapan tajam dari Isaac karena nada bicaranya yang tidak sopan. Oleh sebab itu, Karina sontak menutup mulutnya rapat-rapat dan merutuki kebodohannya dalam hati."Ketika aku memanggilmu, kau harus datang tepat di hadapanku!"Dingin. Satu ruangan merubah menjadi mencekam setelah Isaac bersuara dengan tegas. Karina bahkan merasa bulu kuduknya berdiri karena merinding.Dalam sepersekian detik, Karina berpindah dari mejanya ke hadapan meja Isaac. Dia tidak ingin membuat sang CEO lebih marah lagi akibat dirinya yang lambat."Ada apa Anda memanggil saya, Tuan Isaac.""Temani aku makan siang."Itu saja? Karina nyaris terkena serangan jantung karena takut dimarahi Isaac. Namun, pria itu malah mengajaknya makan sia
Ketukan pintu terdengar, Karina refleks mendorong Isaac menjauh dan segera menutupi luka bekas gigitan Isaac di leher dan pergelangan tangannya sebelum seseorang masuk dan memergokinya mereka. Karina bangkit dari sofa, lalu berlari kecil ke meja kerjanya. Sementara itu, Isaac yang merasa acara minumnya terganggu, mendengus kesal seraya mengusap darah yang sedikit menempel di sudut bibirnya. Matanya yang merah telah kembali menjadi hitam, begitu pula dengan gigi taringnya. "Masuklah!" Isaac masih duduk di atas sofa dengan kedua tangannya dilipat di depan dada. Begitu satu kata itu keluar dari mulut Isaac, seorang wanita berbadan gemuk dengan kacamata bulat masuk ke dalam ruangan dengan membawa dokumen. "Saya ingin memberikan proposal kerja sama dengan perusahaan C yang sebelumnya Anda minta." "Taruh saja di meja." Meskipun Isaac bukan berbicara dengan Karina, namun Karina bisa merasakan perasaan sesak yang kemung