Bab XV
Tak Seindah Malam Pertama
(Egois)
Apa kamu mencintai Dini, Le?" tanya Kakek.
"Aku bingung dengan perasaanku, Kek, tapi aku rasa, aku memang jatuh cinta pada Dini." Jawab Ibnu kemudian dengan kalimat yang terdengar tidak yakin.
"Jadi benar dugaanku selama ini, Mas?! Kamu tega, Mas?!"
Tiba-tiba terdengar suara Maya dari arah belakang. Ibnu berdiri dari duduknya, ia tak menyangka ada Maya di sana dan mendengar semua perkataannya.
"Dek … aku …"
**********************
Ibnu tak mampu be
Bab XVITak Seindah Malam Pertama(Poligami)Buat aku, Mas laksana bulan, selalu bisa menerangi hari-hari ku yang sesungguhnya telah gelap. Karena Mas aku bisa berdiri kuat hingga hari ini. Dan …." Maya menghentikan kalimatnya, membuat Ibnu penasaran."Dan apa, Dek?" tanya Ibnu tak sabar menunggu kalimat Maya selanjutnya."Dan … dan aku yakin, Mas bisa menjadi seperti bulan. Bukan hanya untuk aku, tapi juga untuk Dini." Maya menghembuskan nafas berat, susah payah ia menyelesaikan bicaranya.Kening Ibnu berkerut, ia tak tau apa maksud Maya mengatakan hal tersebut. Ia menggeser badannya menghadap Maya, ingin memandang wajah sang istri, memastikan Maya baik-baik saja.
Bab XVIITak Seindah Malam Pertama(Dini Putus Asa)"Tok … tok … tok ….!" Maya mengetuk pintu kamar Dini dengan pelan, tapi tak ada jawaban."Din, ini aku Maya, kamu sudah bangun belum, Din?" Ucap Maya kemudian, berharap mendapat respon dari dalam kamar, tapi ternyata nihil.Karena tidak mendapat respon dari Dini, akhirnya Maya memutuskan untuk membuka pintu dan masuk ke dalam. Setelah sampai di dalam kamar, betapa kagetnya Maya saat melihat Dini.Dari tangannya Dini mengalir darah segar membasahi sprei juga lantai di sekitar tempat tidur."Dini, Ya Allah, Din, Dini …."
Bab XVIIITak Seindah Malam Pertama(Sesakit Inikah berbagi suami?)"Ada laki-laki yang saat ini justru jatuh cinta dengan kamu, Din. Kelumpuhan tak berarti apapun untuknya, perasaannya ke kamu tetap sama. Dia tetap mencintai kamu." Maya kembali berkata."Siapa?"Akhirnya Dini terpancing untuk bertanya, pertanda bahwa ia mulai mempercayai Maya.Maya tidak langsung menjawab pertanyaan Dini, ia terlebih dahulu menoleh ke arah Ibnu, seolah meminta persetujuan suaminya. Ibnu menatap Maya, ia menggelengkan kepala, menandakan bahwa ia tak menyetujui keputusan Maya. Tapi sepertinya Maya tidak peduli, ia telah mengambil keputusan besar.
Bab XIXTak Seindah Malam PertamaMaya meletakkan tangan kanannya di dada, merasai nyeri yang begitu dalam. Ia ragu, apakah mampu bertahan dalam pernikahan poligami yang sebentar lagi akan ia jalani."Apa aku bisa ikhlas berbagi suami dengan Dini? Apa aku bisa? Atau aku ikuti saja maunya Mas Ibnu untuk menghentikan rencana konyol ini?" Berbagai tanya muncul di benak Maya. Beberapa saat ia diam, mencoba berpikir jernih, juga meraba hatinya. Hingga akhirnya Maya berkata dengan mantap."Bismillah …."***********************“Bismillah …." Doa Maya dalam hati, selanjutnya ia menengok ke arah Dini.
Bab XXTak Seindah Malam Pertama“Kasihan, nasib istri tua itu dimana-mana selalu sama, cepat atau lambat akan dilupakan.”“Sudah yatim piatu, nggak punya keluarga, eh … sekarang malah dipoligami, kasian, ya.”“Cantik lo, kok mau-maunya dimadu, kalau aku sih ogah!”“Jangan-jangan Bu Maya mandul? Makanya Pak Ibnu menikah lagi.”Terdengar komentar para tamu, meski mereka hanya berbisik, tapi Maya dapat mendengarnya dengan jelas. Ibarat sebuah luka, belum juga sembuh telah ditaburi garam. Perih, dan semakin perih. Maya merasai setiap gores luka yang hadir, tapi ia tetap bertahan, memberi dukungan untuk sang suami, meski hatinya semakin berdarah.***************
Bab XXITak Seindah Malam Pertama(Dua Hati yang Terluka) Terhuyung Maya menuju tempat tidur, ia merasa lelah raga juga jiwa. Rasanya menopang badan saja tak kuat, akhirnya Maya membaringkan badannya, tidur miring menghadap jendela menjadi pilihannya.Matanya terpejam, tapi bahunya berguncang, menandakan bahwa ia sedang menangis. Tak berselang lama, terdengar suara pintu kamar mandi dibuka. Ibnu keluar dengan badan yang begitu segar, aroma wangi sabun menguar ke seluruh ruangan. Dalam benak Maya, saat ini Ibnu sedang menyiapkan diri untuk melewati malam pertamanya dengan Dini. Hati Maya semakin terluka.***************Ibnu menatap Maya yang
Bab XXIITak Seindah Malam Pertama(Menyembunyikan Kesembuhan)Dini menangis tersedu, lama, hingga akhirnya ia tertidur. Lelah jiwa juga raganya. Pernikahan yang ia harap membuatnya bahagia, ternyata justru melukai jiwanya, bahkan di malam pertama yang seharusnya menjadi malam terindah baginya.******************Jarum jam menunjuk pukul tiga dini hari. Setelah yakin Maya telah tidur dengan pulas, Ibnu bangkit dari pembaringan, ia meregangkan badan, mengangkat tangan ke atas, badannya terasa kaku karena sedari malam, ia tidur dengan posisi miring ke kiri sembari memeluk Maya.Maya terus memegang tangan Ibnu, membuat Ibnu tak berani merubah posisi, khawatir Maya terba
Bab XXIII Tak Seindah Malam Pertama (Dendam) Mana mungkin Dini berkata jujur, jika kursi roda itu terbalik karena ia tendang, begitu pula dengan bunga mawar, ia yang telah membuangnya ke lantai sebagai pelampiasan marah atas sikap Ibnu yang sempat mengabaikannya. Sebenarnya, kelumpuhan Dini sudah hampir sembuh, kakinya bisa digerakkan meski masih belum bisa selincah sebelum kecelakaan terjadi. Ia sengaja merahasiakannya dari Ibnu dan Maya. Tak mau pernikahannya gagal. ********************* "Hhmm … tadi aku memang berpindah dari kursi roda ke tempat tidur sendiri, Mas, Alhamdulillah, meski susah payah, akhirnya bisa, meskipun kursi rodanya jadi terbalik,"