Lututku langsung gemetar, dadaku berdebar seolah jantung direnggut dari rongga dada. Aku syok sekaligus mulai timbul berbagai penafsiran dalam benakku mengingat sekarang ini santer sekali isu perselingkuhan di mana pelakunya adalah salah satu diantara kami yang ada di komplek ini."Ada apa sayang?" Tanya suamiku yang mengejutkanku dari belakang aku langsung membalikkan badan dan gugup.Aku berusaha tersenyum meski bola mataku dipenuhi genangan air mata, ia terheran-heran melihatku."Ada apa sih?" Ketika melihatku memegang label pakaian pria itu langsung mengerti."Oh aku bisa jelasin, sebenarnya aku mau beli baju berwarna putih tapi ketika melakukan pembayaran, aku berubah pikiran kalau warna merah lebih pantas untukmu, makanya tanpa sengaja ada dua struk belanja.""Oh begitu ya...."Aku seketika langsung merasa lega."Aku yakin Kau pasti syok dan banyak pikiran," ujarnya sambil memelukku."Iya Mas, aku nyaris saya tak mampu bernapas membayangkan semua masalah ini.""Sudahlah, jangan k
"Ada apa Miranda?" Aku langsung mendekat dan menanyai wanita itu sementara ia semakin pucat dan terus menggelengkan kepala dengan muka yang syok."Mas ...." Ia langsung meneteskan air mata, mimik bibirnya mengisyaratkan bahwa ia kenal betul suamiku."Jadi kau kekasih suamiku?" tanyaku dengan tenggorokan tercekat. Ia juga menelan ludah dengan susah payah. Wanita itu kehabisan kata-kata kecuali hanya bisa menggeleng dan menolak argumenku."Jadi, ini gaun yang katamu kau berubah pikiran, Mas?" tanyaku pada Mas Alfian.Mas Alfian dengan segala kegugupan dan rasa bersalahnya segera mendekat dan menarik tanganku lalu mengajakku untuk bicara lebih jauh ke pintu utama."Tolong jangan bikin keributan aku bisa menjelaskannya," desisnya, Miranda yang juga tengah kebingungan dan syok juga mengikuti kami lalu langsung mendengarkan perkataan, suamiku."Mas, inikah sebabnya kamu melarang saya bersahabat dengan mbak Ghaida, ternyata dia istrimu, Mas?" Kelihatannya wanita itu juga terkejut, ekspresi
Sebenarnya aku tidak ingin pergi ke acara jamuan makan itu karena aku punya tugas untuk mendesain ruangan sebuah apartemen milik klienku.Mungkin aku berusaha membantu Mbak Gaida meski aku tak jarang meluangkan waktu dan meninggalkan pekerjaan. Bagiku menjaga hubungan pertemanan dan keakraban sungguh sangat baik, ditambah sekarang ini jarang sekali kita bisa mengenal orang-orang yang tulus.Mbak Gaida sangat baik dan memperlakukanku dengan layak. Dia sangat tulus padaku bahkan membelaku meski aku sudah mengatakan padanya bahwa saat ini aku telah menjadi hubungan dengan seorang lelaki yang sudah punya istri. Dia tidak menghakimi apa lagi menghujatku. Dia menghargai pilihanku meski Ia tetap memintaku untuk mengakhiri hubungan karena mengingat hal itu akan menyakiti istri dari pacarku.*"Aku izin pergi ke mall bersama temanku ya," ucapku kepada kekasihku saat aku sedang meneleponnya di jam istirahat. 2 jam lagi mbak gaida akan menjemputku jadi aku harus segera bersiap."Temanmu yang m
Tak mau terlalu lama terkapar di kamar mandi, aku segera bangkit untuk mencuci muka dan memperbaiki riasan wajahku. Tertatih diri ini meraih sisi wastafel, berdiri tubuhku menatap pantulan cermin yang menggambarkan diri ini begitu menyedihkan.Selagi aku di atas sini entah apa yang dilakukan Miranda dan Mas Alfian, wanita itu secepat kilat memenangkan hati semua orang sementara aku tidak bisa berbuat banyak.Kalau ternyata wanita itu tahu jika selama ini aku adalah istri kekasihnya, maka tentu saja sekarang dia dan Mas Alfian yang sedang merayakan kebodohan dan kenaifanku. Aku bisa bayangkan mereka saling melirik dan tersenyum melihat betapa syoknya diri ini mengetahui kalau mereka saling kenal.Kususuri tangga dengan sandal biasa, kutinggalkan sepatu hak tinggi yang sudah kukenakan sejak tadi. Aku muak, aku benci kembar dengan wanita itu seakan semuanya sudah diatur oleh Mas Alfian, kejadian hari ini seakan sesuatu yang sudah disetting agar terjadi sesuai dengan kehendak seseorang.S
Sepulang dari rumah Mbak Gaida.Sepanjang malam Mas Alfian terus berusaha menghubungiku, dia terus minta maaf atas ketidak sengajaan yang terjadi di rumahnya tapi aku mengabaikannya. Ia terus minta maaf dan mengancam kalau aku tidak kunjung membalas pesannya maka dia akan mendatangiku ke apartemen.(Aku mau tidur, cukup mengirim pesan, aku pusing Mas, masalah yang ada cukup menekan pikiranku. Aku mohon agar kau bisa memikirkan langkah selanjutnya esok hari, agar aku dan istrimu dapat keadilan.) Begitu balasku.(Keadilan macam apa yang kau tuntut, kau tahu sendiri hubungan kita akan ke mana arahnya.)(Aku memang bodoh, Mas. Aku mau dijadikan selingkuhan olehmu. Aku tahu persis bahwa aku hanya gundik yang dipakai untuk memuaskanmu, aku hanya pemuas nafsumu kan, tak payah aku berharap, jadi jangan memilihku!"(Jangan berpikir begitu. Kau tahu persis bahwa aku mencintaimu.)(Kata cinta saja tidak cukup membuktikan perasaanmu, sudah cukup Mas! Besok istrimu akan mengajakku berjumpa, ak
Hingga pukul 04.00 sore Suamiku belum juga pulang dari kantornya aku pikir dia Mungkin sibuk dengan meeting dan berbagai printilan tugasnya tapi belakangan setelah aku mengetahui dia berselingkuh dengan Miranda aku jadi mulai curiga dan tidak bisa mempercayai dirinya tanpa melihat langsung.Titipkan ke 4 anakku kepada asisten dan Nanny mereka lalu aku segera mengambil mobil dan meluncur pergi. Kuhubungi asisten suamiku dan dia mengatakan kalau Mas Alfian sudah pergi 1 jam yang lalu. Kucoba pula menghubungi ponsel suamiku tapi dia tidak mengangkatnya."Ah, dia pasti sedang bersama dengan Miranda," gumamku di dalam hati. Kebetulan saat aku sampai di tower apartemen mewah wanita itu, aku melihat siluet mobil suamiku masuk ke lahan parkir. Fix, dia memang ke sana. Dengan jantung yang terpompa kencang serta dada yang berdebar bukan main aku segera mengikuti dia. Saat mobilku berhenti buru-buru diri ini pergi ke lift dan naik ke lantai lima. Kutekan bel rumah Miranda dengan tangan pana
Meski suami panik atas semua ancaman barusan, dia berusaha membuatku tidak menyelidiki tentangnya, tapi aku tetap tertawa dan tidak akan pernah memberitahunya apa yang akan kulakukan. Malam itu juga, setelah memastikan Mas alfian beristirahat di peraduan, aku segera menghubungi asisten kepercayaan orang tuaku bekerja sebagai auditor senior perusahaan. Kuminta ia yang selama ini hanya memeriksa dan menandatangani laporan bulanan untuk mengerahkan tenaganya menyelidiki segala aliran dana dengan benar.AaaKantor dari luar belum tentu bagus dari dalamnya, saya mohon, agar anda mengajak akuntan dan tim Anda untuk menyelidiki semuanya dengan benar, bila perlu lakukan investigasi dan pemeriksaan pada semua staf keuangan.""Tapi itu akan membuat kehebohan, dan kalau isu ini sampai terdengar peluk keluar maka progress penjualan dan saham kita akan menurun. ingatlah ibu Gaida, perusahaan kita bukan hanya sebuah perusahaan jasa pembangunan biasa, tapi bertahun-tahun kita membangun reputasi dan
Aku tak kuasa menahan air mata setelah Mbak Gaida menjambak dan mempermalukan diriku di depan Mas Alfian. Ketika wanita itu menutup pintu dan pergi begitu saja Mas Alfian segera menghampiri dan berusahamemeluk diriku. Aku menepisnya."Lihat mas, lihat perlakuannya, aku sakit Mas," ujarku sambil bersurut menjauh."Ya Tuhan, maafkan aku yang tak bisa melindungimu dari gangguan istriku, aku benar benar menyesal," jawabnya dengan wajah sedih."Pergilah kau Mas!" Ucapku sambil membuang muka, "jangan datangi lagi diriku agar istrimu tidak terus menyalahkanku. Aku lelah seperti ini...""Sayang ...."lelaki yang selalu ku dambakan untuk menjadi suamiku itu dan menghabiskan sisa hidupku bersamanya segera mendekat dan membawa tubuhku ke dalam dada bidangnya, ia memelukku, sekalipun aku menepisnya ia tetap berusaha merangkul tubuhku, dia melakukannya dengan penuh kelembutan, dia menatapku dengan tatapan melelehkan sehingga aku tidak sanggup menolak keinginan dirinya. Ia memelukku dengan erat."Ma