Sudah dua tahun hubungan kami, tapi Mas Alfian belum kunjung menunjukkan keinginannya untuk melamarku. Ya, dia tidak mungkin melakukannya karena kesepakatan Kami adalah melanjutkan hubungan seperti ini saja tanpa pernah terungkap ke publik apalagi sampai dibawa ke jenjang pernikahan.
Kata orang, Hanya wanita bodoh yang mau jadi gundik seumur, hanya wanita yang tidak tahu diri dan tidak menghargai solidaritas sesama wanita yang akan menyakiti makhluk yang sama seperti dirinya."Aku harus bagaimana?"Aku kembali termenung sambil memeluk diriku, duduk di sisi dinding yang pemandangannya langsung mengarah ke gedung gedung dan situasi kota di malam hari. Kelip lampu lampu begitu cerah, berbeda dengan masa depanku yang belum jelas arah tujuannya.Ting tong!Bel apartemenku berdering, aku langsung bangkit karena sudah tahu siapa yang datang. Begitu kubuka pintu, mas Alfian yang sudah di sana dan menatap diri ini dengan tajam."Sayang, Alhamdulillah kamu mampir juga," ucapku yang tak sabar ingin memeluknya."Kamu dari mana seharian ini?" Tanyanya dengan tatapan penuh selidik."Aku ke kantor, lalu sorenya aku mampir ke rumah teman.""Teman yang mana?""Teman akrab yang pernah kuceritakan.""Teman yang katamu pernah berebut tas denganmu?""Iya, ternyata dia sangat baik. Kecantikannya sesuai dengan sifat dan perilakunya. Bukan cuma itu, ia ternyata orang kaya, ibu muda yang punya banyak anak, tapi masih punya waktu untuk mengurus dirinya dan cantik sempurna.""Hmmm, apa kau mengenal tentang dirinya dan latar belakangnya?""Tidak, tapi dia memperlakukanku seperti saudara dan kita sudah cukup!""Aku tidak ingin kau berteman dengan dia lagi!"Tiba-tiba ucapan Mas Alfian membuat diriku tertegun, aku kaget dan heran karena untuk pertama kalinya ia melarangku berteman dengan seseorang."Kenapa?""Di kota ini tidak ada yang benar-benar baik, mereka pasti punya modus dari kejahatan. Bukankah aneh sekali tiba-tiba seorang wanita kaya akrab denganmu dan menganggapmu sebagai adik? Orang-orang seperti mereka sangat feodal, mereka hanya mau bersikap baik Kalau mereka dapat tanpa keuntungan dan aku tidak mau orang yang kucintai dimanfaatkan orang lain," ujar Mas Ardian sambil menyentuh leher dan membelai wajahku."Mas, kamu kok kayak kenal sama Mbak Gaida.""Enggak aku gak kenal," jawabnya membalikkan badan, "istriku dari luar kota dan anakku cuma dua," jawabnya."Boleh tidak aku melihat istrimu Mas, sudah sekian lama kita berhubungan tapi fotonya sama sekali tidak pernah kulihat. Bolehkah aku mengenalnya saja walaupun kamu tidak akan pernah bertemu selamanya?""Tidak, kita sudah sepakat bahwa keluargaku adalah privasiku dan aku tidak akan membaginya ke orang lain. Begitupun tentang hubunganku denganmu di mana aku tidak akan menceritakan kepada siapapun.""Jujur saja aku lelah seperti ini Mas," jawabku sambil melepas pegangan tangannya, aku mencoba menarik nafas dalam untuk meredakan bebanku tetapi tetap saja semuanya terasa berat."Jika kau tidak mampu meninggalkan dirinya maka tinggalkan aku, wanita itu adalah istri resmi dan anak-anakmu lebih membutuhkanmu dibandingkan aku, mari kita sudahi saja hubungan yang tidak akan ada tujuannya ini.""Jika kau memaksa maka aku tidak berdaya meski aku sangat mencintaimu. Sudah kubilang padamu bahwa kalau kau ingin hubungan kita tetap harmonis, maka kita harus tetap bermain aman dan diam saja. Jika kau mengajakku tampil ke rpublik maka kita semua akan hancur, istriku dan keluarganya bahkan tidak akan melepaskanmu sampai kau hancur.""Separah itukah mereka?""Ya, orang kaya akan lakukan apapun untuk dapatkan apa yang mereka inginkan. Dan mereka juga akan halalkan segala cara untuk membalaskan dendam. Kau ingat saat kau membeli tas, wanita kaya itu, kalau dia memang punya perasaan dia tidak akan merebut tas yang sudah lebih dahulu kau dapatkan.""Tapi aku sendiri yang memberinya.""Kalau dia punya malu dan memahami perasaanmu sebagai sesama wanita dia tidak akan pernah mengambil tas itu.""Terima kasih karena kau selalu membelaku, Mas.""Selalu aku membelamu karena aku mencintaimu," ucapnya sambil merangkul dan mengecup pipiku. "Pergilah ke lokasi parkir dan buka bagasi mobilku aku siapkan sesuatu di sana.""Oh ya?"aku terlonjak bahagia dan langsung membalas pelukannya. Ku ambil kunci mobil darinya lalu pergi ke basement di lantai dasar untuk melihat kejutan apa yang sudah ia siapkan untukku di bagasi mobilnya.Ada sebuah kotak ungu dengan pita berwarna putih di sana, aku segera naik kembali ke apartemen untuk tak sabar membukanya.Saat aku sudah sampai di kamar segera aku buka kotak itu dengan hati berbunga-bunga, Ternyata isinya sebuah gaun yang sangat istimewa, warnanya putih tulang di bagian kancingnya ada mutiara. Lebih istimewa lagi karena itu berasal dari brand mewah."Bagus sekali Mas," ucapku sambil mematah diri di depan kaca sementara lelaki yang paling kucintai itu berdiri di belakangku dan langsung melingkarkan tangannya di pinggangku. Dia menopang dagunya di bahuku lalu menatap pantulan kami di kaca."Gaun istimewa untuk wanita paling istimewa.""Terima kasih," ucapku sambil menatap matanya."Sama sama sayang. Kau berhak mendapatnya.""Apa istrimu juga dapat hadiah yang sama.""Tidak, dia sudah kaya, ia bisa beli apapun yang dia inginkan dari uang ayahnya hadiah dariku tidaklah berguna untuknya. Dia tidak pernah menghargainya." Dia terlihat sedih saat mengatakan itu, aku bisa membayangkan perasaannya dan bagaimana sedihnya ketika seorang suami tidak dihargai oleh istrinya sendiri. Aku jadi sangat kasihan padanya."Kalau begitu aku pulang ya....""Iya sayang....""Daah, ingat kata-kataku untuk bertindak berteman dengan orang sembarangan," ujarnya sambil dengan lama lalu beranjak pergi begitu saja. Aku tahu, gaun yang aku pakai ini adalah kemewahan yang semu, semuanya terlihat sempurna tapi sayang bukan milikku.Suatu hari ia akan meninggalkan aku lalu kembali istrinya seperti apa yang dikatakan Mbak Gaida.Tapi, Kenapakah ia melarangku bersahabat dengannya. Apa Mas Alfian mengenalnya.Aku terbangun dalam posisi tidur sendirian, kucari suamiku dengan dada berdebar, isu perselingkuhan yang sedang merebak di komplek kami membuat diriku khawatir kalau ternyata pelakunya adalah suamiku.Dengan langkah yang begitu cepat kau cari dia ke semua sudut rumah sehingga aku mendapatinya tertidur di sofa dalam keadaan TV yang masih menyala. Kuhampiri dirinya lalu kubangunkan dia dengan perlahan."Mas.""Iya?""Pindah ke kamar yuk, kau dari mana aja sih.""Urusan kerjaan." Ia menggeliat lalu bangun dan beranjak di kamar dengan langkah yang lesu. Waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi dan aku sama sekali tidak menyadari kedatangannya."Maaf ya, karena belakangan ini aku jarang menemanimu atau memberimu nafkah batin.""Iya Mas, tak apa, aku mengerti kau sibuk.""Aku menyiapkan hadiah dibawa sofa ruang tv sebagai bentuk permintaan maafku yang jarang menemanimu.""Oh ya, kok sempat-sempatnya kamu menyiapkan hadiah padahal kamu sangat pusing dan sibuk dengan kerjaan Mas?""Bagiku, Tidak ad
Lututku langsung gemetar, dadaku berdebar seolah jantung direnggut dari rongga dada. Aku syok sekaligus mulai timbul berbagai penafsiran dalam benakku mengingat sekarang ini santer sekali isu perselingkuhan di mana pelakunya adalah salah satu diantara kami yang ada di komplek ini."Ada apa sayang?" Tanya suamiku yang mengejutkanku dari belakang aku langsung membalikkan badan dan gugup.Aku berusaha tersenyum meski bola mataku dipenuhi genangan air mata, ia terheran-heran melihatku."Ada apa sih?" Ketika melihatku memegang label pakaian pria itu langsung mengerti."Oh aku bisa jelasin, sebenarnya aku mau beli baju berwarna putih tapi ketika melakukan pembayaran, aku berubah pikiran kalau warna merah lebih pantas untukmu, makanya tanpa sengaja ada dua struk belanja.""Oh begitu ya...."Aku seketika langsung merasa lega."Aku yakin Kau pasti syok dan banyak pikiran," ujarnya sambil memelukku."Iya Mas, aku nyaris saya tak mampu bernapas membayangkan semua masalah ini.""Sudahlah, jangan k
"Ada apa Miranda?" Aku langsung mendekat dan menanyai wanita itu sementara ia semakin pucat dan terus menggelengkan kepala dengan muka yang syok."Mas ...." Ia langsung meneteskan air mata, mimik bibirnya mengisyaratkan bahwa ia kenal betul suamiku."Jadi kau kekasih suamiku?" tanyaku dengan tenggorokan tercekat. Ia juga menelan ludah dengan susah payah. Wanita itu kehabisan kata-kata kecuali hanya bisa menggeleng dan menolak argumenku."Jadi, ini gaun yang katamu kau berubah pikiran, Mas?" tanyaku pada Mas Alfian.Mas Alfian dengan segala kegugupan dan rasa bersalahnya segera mendekat dan menarik tanganku lalu mengajakku untuk bicara lebih jauh ke pintu utama."Tolong jangan bikin keributan aku bisa menjelaskannya," desisnya, Miranda yang juga tengah kebingungan dan syok juga mengikuti kami lalu langsung mendengarkan perkataan, suamiku."Mas, inikah sebabnya kamu melarang saya bersahabat dengan mbak Ghaida, ternyata dia istrimu, Mas?" Kelihatannya wanita itu juga terkejut, ekspresi
Sebenarnya aku tidak ingin pergi ke acara jamuan makan itu karena aku punya tugas untuk mendesain ruangan sebuah apartemen milik klienku.Mungkin aku berusaha membantu Mbak Gaida meski aku tak jarang meluangkan waktu dan meninggalkan pekerjaan. Bagiku menjaga hubungan pertemanan dan keakraban sungguh sangat baik, ditambah sekarang ini jarang sekali kita bisa mengenal orang-orang yang tulus.Mbak Gaida sangat baik dan memperlakukanku dengan layak. Dia sangat tulus padaku bahkan membelaku meski aku sudah mengatakan padanya bahwa saat ini aku telah menjadi hubungan dengan seorang lelaki yang sudah punya istri. Dia tidak menghakimi apa lagi menghujatku. Dia menghargai pilihanku meski Ia tetap memintaku untuk mengakhiri hubungan karena mengingat hal itu akan menyakiti istri dari pacarku.*"Aku izin pergi ke mall bersama temanku ya," ucapku kepada kekasihku saat aku sedang meneleponnya di jam istirahat. 2 jam lagi mbak gaida akan menjemputku jadi aku harus segera bersiap."Temanmu yang m
Tak mau terlalu lama terkapar di kamar mandi, aku segera bangkit untuk mencuci muka dan memperbaiki riasan wajahku. Tertatih diri ini meraih sisi wastafel, berdiri tubuhku menatap pantulan cermin yang menggambarkan diri ini begitu menyedihkan.Selagi aku di atas sini entah apa yang dilakukan Miranda dan Mas Alfian, wanita itu secepat kilat memenangkan hati semua orang sementara aku tidak bisa berbuat banyak.Kalau ternyata wanita itu tahu jika selama ini aku adalah istri kekasihnya, maka tentu saja sekarang dia dan Mas Alfian yang sedang merayakan kebodohan dan kenaifanku. Aku bisa bayangkan mereka saling melirik dan tersenyum melihat betapa syoknya diri ini mengetahui kalau mereka saling kenal.Kususuri tangga dengan sandal biasa, kutinggalkan sepatu hak tinggi yang sudah kukenakan sejak tadi. Aku muak, aku benci kembar dengan wanita itu seakan semuanya sudah diatur oleh Mas Alfian, kejadian hari ini seakan sesuatu yang sudah disetting agar terjadi sesuai dengan kehendak seseorang.S
Sepulang dari rumah Mbak Gaida.Sepanjang malam Mas Alfian terus berusaha menghubungiku, dia terus minta maaf atas ketidak sengajaan yang terjadi di rumahnya tapi aku mengabaikannya. Ia terus minta maaf dan mengancam kalau aku tidak kunjung membalas pesannya maka dia akan mendatangiku ke apartemen.(Aku mau tidur, cukup mengirim pesan, aku pusing Mas, masalah yang ada cukup menekan pikiranku. Aku mohon agar kau bisa memikirkan langkah selanjutnya esok hari, agar aku dan istrimu dapat keadilan.) Begitu balasku.(Keadilan macam apa yang kau tuntut, kau tahu sendiri hubungan kita akan ke mana arahnya.)(Aku memang bodoh, Mas. Aku mau dijadikan selingkuhan olehmu. Aku tahu persis bahwa aku hanya gundik yang dipakai untuk memuaskanmu, aku hanya pemuas nafsumu kan, tak payah aku berharap, jadi jangan memilihku!"(Jangan berpikir begitu. Kau tahu persis bahwa aku mencintaimu.)(Kata cinta saja tidak cukup membuktikan perasaanmu, sudah cukup Mas! Besok istrimu akan mengajakku berjumpa, ak
Hingga pukul 04.00 sore Suamiku belum juga pulang dari kantornya aku pikir dia Mungkin sibuk dengan meeting dan berbagai printilan tugasnya tapi belakangan setelah aku mengetahui dia berselingkuh dengan Miranda aku jadi mulai curiga dan tidak bisa mempercayai dirinya tanpa melihat langsung.Titipkan ke 4 anakku kepada asisten dan Nanny mereka lalu aku segera mengambil mobil dan meluncur pergi. Kuhubungi asisten suamiku dan dia mengatakan kalau Mas Alfian sudah pergi 1 jam yang lalu. Kucoba pula menghubungi ponsel suamiku tapi dia tidak mengangkatnya."Ah, dia pasti sedang bersama dengan Miranda," gumamku di dalam hati. Kebetulan saat aku sampai di tower apartemen mewah wanita itu, aku melihat siluet mobil suamiku masuk ke lahan parkir. Fix, dia memang ke sana. Dengan jantung yang terpompa kencang serta dada yang berdebar bukan main aku segera mengikuti dia. Saat mobilku berhenti buru-buru diri ini pergi ke lift dan naik ke lantai lima. Kutekan bel rumah Miranda dengan tangan pana
Meski suami panik atas semua ancaman barusan, dia berusaha membuatku tidak menyelidiki tentangnya, tapi aku tetap tertawa dan tidak akan pernah memberitahunya apa yang akan kulakukan. Malam itu juga, setelah memastikan Mas alfian beristirahat di peraduan, aku segera menghubungi asisten kepercayaan orang tuaku bekerja sebagai auditor senior perusahaan. Kuminta ia yang selama ini hanya memeriksa dan menandatangani laporan bulanan untuk mengerahkan tenaganya menyelidiki segala aliran dana dengan benar.AaaKantor dari luar belum tentu bagus dari dalamnya, saya mohon, agar anda mengajak akuntan dan tim Anda untuk menyelidiki semuanya dengan benar, bila perlu lakukan investigasi dan pemeriksaan pada semua staf keuangan.""Tapi itu akan membuat kehebohan, dan kalau isu ini sampai terdengar peluk keluar maka progress penjualan dan saham kita akan menurun. ingatlah ibu Gaida, perusahaan kita bukan hanya sebuah perusahaan jasa pembangunan biasa, tapi bertahun-tahun kita membangun reputasi dan