PLAKKK!!!
Jessie menampar wanita itu dengan sangat keras, ia benar-benar tidak habis pikir kenapa wanita yang bahkan tidak dikenalnya itu mencampuri urusan rumah tangganya.
"Penyakit dan kehidupanku, kamu tidak berhak ikut campur! Memangnya siapa kamu? Kamu kira aku wanita lemah yang bisa kamu tindas! Kamu salah!" Jessie bicara seraya menunjuk wajah Natasha yang masih terkejut karena tamparan dari Jessie.
Jessie berjalan melewati Natasha, ia malas jika harus berlama-lama meladeni orang seperti Natasha.
"Dasar jalang sialan!" umpat Natasha.
Natasha tidak menerima kekalahan, ia mendorong Jessie dari belakang hingga mengakibatkan istri Arkan itu hampir terjerambab jatuh ke depan, beruntung Arkan yang memang sudah berjanji akan menyusul tiba di sana, ia menangkap Jessie yang hampir saja membentur display barang.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Arkan yang sudah memeluk istrinya.
Arkan dan Jessie diantar oleh manager restoran untuk melihat Cctv antara dapur menuju meja makan Arkan. Pihak restoran melakukan itu karena menurut penuturan juru masak, bahwa tidak ada bawang yang dicampurkan dalam makanan yang disajikan untuk Arkan dan Jessie, sedangkan menurut penuturan pelayan yang menyajikan, ada seorang wanita yang menghadang jalannya tadi."Wanita itu Tuan yang menghadang saya." Pelayan itu menunjuk pada rekaman yang memperlihatkan Natasha sedang menghampiri pelayan itu.Arkan mengamati dengan seksama, terlihat kilatan penuh amarah dalam tatapan pria itu, tidak menyangka jika Natasha akan berani mencelakai istrinya."Apa saya bisa meminta salinan video itu? Saya ingin melaporkan wanita itu ke pihak yang berwajib," ujar Arkan yang sudah diliputi amarah.Jessie langsung menatap Arkan ketika mendengar suara suaminya itu yang tidak seperti biasanya."Ar, tidak
Arkan menatap Jessie yang tertidur dengan raut wajah penuh kecemasan, ia bingung harus bagaimana menghadapi situasi yang sedang dialami. Di satu sisi ia ingin istrinya bahagia, tapi di sisi lain ia juga tidak bisa melihat istrinya sakit. Arkan mendesah kasar, ia sampai mengguyar kasar rambutnya."Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya pada diri sendiri.Terlihat pergerakan pada jemari Jessie, Arkan yang menyadari hal itu pun langsung menggenggam erat tangan istrinya itu."Jes, kamu sudah bangun? Bagaimana perasaanmu?" tanya Arkan dengan tatapan yang tidak teralihkan dari Jessie.Jessie langsung memalingkan wajahnya, ia benar-benar masih merasa kesal dan marah dengan apa yang ia dengar dari mulut suaminya.Arkan berpindah duduk di tepian ranjang Jessie, membelai sisi wajah istrinya itu penuh dengan kelembutan."Jes, aku minta maaf. Bukan ingin mengambil keputusan sendiri, tapi ini jug
Setelah beberapa hari pulang dari rumah sakit, keadaan Jessie sepertinya mulai sedikit membaik. Bahkan hari ini ia meminta Arkan untuk mengantarnya berbelanja.Arkan menggandeng tangan istrinya, mereka berjalan masuk ke supermarket mengambil keranjang belanjaan serta langsung menuju stand buah."Buah apa yang ingin kamu beli?" tanya Arkan seraya mengamati buah-buahan segar yang terpajang di rak buah."Ini," jawab Jessie menunjuk buah berwarna merah keunguan berbentuk bulat dengan ujung seperti sebuah tunas."Buah apa ini?" Arkan memperhatikan buah yang dipegang istrinya."Buah Bit, aku baca di internet buah ini banyak manfaatnya. Mengandung kalsium untuk mencegah osteoporosis pada ibu hamil, karena wanita yang sedang hamil asupan kalsium yang masuk akan terbagi dengan janin yang di dalam. Jadi, aku perlu asupan kalsium lebih untuk diriku juga bayi kita." Jessie menjelaskan panjang lebar.
Siang itu Arkan terlihat berpikir di ruang kerjanya, membuat Dodi sampai keheranan dengan apa yang dilakukan oleh atasannya itu."Ar, tumben banyak melamun!" sindir Dodi dari tempat kerjanya."Aku lagi mikir." Arkan menoleh pada asistennya yang tengah fokus dengan layar laptop."Hmmm ... nggak kelihatan," timpal Dodi yang sekilas menoleh pada Arkan, ia kemudian kembali fokus pada pekerjaan.Arkan tidak menanggapi ucapan Dodi, ia malah terlihat mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya."Jessie pengin ke Belanda," kata Arkan tiba-tiba.Dodi langsung menoleh begitu mendengar kata Belanda."Bukannya kondisi istrimu tidak terlalu baik?" tanya Dodi.Arkan mengangguk, ia mengguyar rambut kebelakang menggunakan kedua tangan hingga kemudian menghempaskan punggung ke sandaran kursi."Aku juga bingung, tapi dia terlihat begitu ingin ke sana," jaw
Hari itu Arkan pergi ke rumah Alesha, ia ingin mengutarakan niatnya pergi ke Belanda."Kak, aku ingin meminta izin ke Belanda," kata Arkan pada kakaknya Alesha dan Alvin.Arkan tahu jika keadaan Jessie bisa memburuk setiap waktu, jadi dia berniat untuk segera memenuhi keinginan istrinya itu."Ngapain ke Belanda, Ar?" tanya Alesha bingung."Jessie ingin melihat taman bunga di sana," jawab Arkan, ia terlihat begitu berharap kedua kakaknya itu mengizinkannya ambil cuti untuk sementara waktu."Kondisi istrimu masih belum pulih, Ar! Kenapa tidak menungu sampai dia benar-benar sembuh?" Alvin menimpali.Arkan meremas lututnya, ia menatap kedua kakaknya itu dengan mata berkaca-kaca, kelopak matanya menggenang, ia tidak sanggup menutupi kesedihannya."A-ku, A-ku tidak yakin dia akan memiliki kesempatan untuk bisa benar-benar sembuh," ujar pria itu
"Aku tidak akan mengatakannya sekarang," ucap Jessie yang membuat Arkan sedikit kecewa.Jessie sadar akan hal itu, ia mengulas senyum seraya merangkulkan kedua lengannya di leher jenjang Arkan, menyentuhkan permukaan bibirnya ke bibir suaminya itu."Ar, bolehkah?" tanya Jessie ambigu."Apa?"Jessie tahu jika Arkan pasti menginginkan hubungan suami istri. Semenjak dirinya hamil, Arkan tidak berani menyentuhnya."Ini," jawab Jessie yang kemudian mencium bibir suaminya.Arkan membalas ciuman itu, ikut menautkan dalam-dalam hingga sesekali menyesap dan mengulum bibir istrinya.Tangan Jessie meraih tali bathrobe yang dikenakan Arkan, tapi dicegah oleh pria itu. Arkan melepas tautan bibirnya lalu menatap Jessie yang mengulas senyum untuknya."Jangan," ucap Arkan."Kenapa?""Ak
Setelah sarapan, Arkan mengajak Jessie ikut sebuah tour ke Keukenhof Castle, mereka ikut sebuah rombongan dengan pemandu wisata khusus untuk mengeksplore istana yang dibangun pada masa keemasan negara Belanda.Keukenhof Castle adalah rumah koleksi furniture dan potret penting termasuk lukisan terkenal karya pelukis abad ke-17, Nicoles Maes. Di sana juga terdapat porselen dari Cina dan Jepang.Jessie tampak menautkan jemarinya begitu erat pada jemari Arkan, mereka berjalan mengikuti para anggta rombongan yang melihat koleksi barang-barang di sana."Lukisannya sangat cantik," puji Jessie ketika mereka tengah mendengarkan pemandu wisata menjelaskan asal lukisan dan siapa yang membuatnya."Iya, sungguh mahakarya yang patut untuk dipuji," timpal Arkan.Jessie menoleh pada Arkan, ia mengulas senyum manis kearah suaminya itu. Akhirnya mereka melanjutkan langkah mengikuti rombongan mereka hingga akhir
Arkan duduk di selasar panjang menunggu dokter memeriksa keadaan Jessie. Ia terus berdoa agar istrinya bisa selamat, tidak akan rela jika dirinya ditinggal begitu saja."Kamu harus selamat atau aku tidak akan pernah memaafkanmu, Jes!"Arkan mengusap kasar wajahnya kemudian menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Matanya memerah, buliran kristal bening masih luruh dari pelupuk mata. Arkan mengeluarkan ponselnya, ia mendial nomor kakaknya."Kak, Jessie kambuh tidak sadarkan diri!" ujar Arkan begitu panggilan itu dijawab kakaknya.---Di sisi Lain, Alesha sedang menyiapkan sarapan untuk suami dan putrinya, hingga Lala tampak menuruni anak tangga dengan berteriak memanggil ibunya."Mi! Om Arkan, Mi!" teriak Lala berlarian kecil menghampiri Alesha."Ya ampun, La! Pagi-pagi kok udah lari-larian!" Alesha langsung menangkap tubuh mungil putrinya."Om Arkan, Mi!" Lala menunjukkan ponsel Alesha di mana panggilan Arkan masih terus