"Apa penyakit itu tidak bisa diobati?" tanya Arkan.
"Belum ada obatnya, tapi bisa dihindari agar tidak semakin parah," jawab Tian.
Arkan berdiri, rasa ingin untuk memeluk serta mendekapnya agar bisa memberikan kekuatan dan mengatakan jika ia bersedia berada di sisinya saat sakit pun muncul, pemuda itu ingin sekali bertemu dengan Jessie.
"Mau kemana?" tanya Tian santai.
"Menemuinya, apalagi?"
"Kamu yakin jika dia mau menemuimu? Yang ada dia akan melakukan penolakan," ucap Tian yang membuat Arkan bimbang, karena yang dikatakan oleh Tian memang benar.
"Aku tahu betul bagaimana sifatnya, meski kau mengirimkan bunga yang ada di seluruh dunia, atau memberikan berlian sebesar kepala, dia tidak akan terenyuh, yang ada malah akan semakin menjauhkanmu darinya," imbuh Tian.
Arkan kembali duduk, menatap pria yang mengaku jika memahami gadis tambatan hatinya.
"Memangnya kamu punya cara agar dia mau menerimaku?" tanya Arkan.
Apa itu lupus?Lupus Eritematosus adalah penyakit Autoimun kronis yang menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh. Dalam kasus tubuh yang normal, imun akan memperbaiki sel atau jaringan tubuh dengan sendirinya saat kita terluka, terbentur atau yang lainnya. Namun, dalam kasus lupus, di mana sistem imun justru menyerang sel, jaringan dan organ tubuh yang sehat.Gejala lupus: Nyeri dan kaku di sendi, ruam di kulit, kelelahan yang tidak jelas, kulit sensitif jika terkena sinar matahari, penurunan berat badan, demam, pucat di ujung jemari tangan dan kaki, juga sariawan.Sampai saat ini, Lupus belum ada obatnya. Namun, masih bisa dihindari agar tidak kambuh dengan cara: Menjaga gaya hidup, mengatur pola makan yang benar, olahraga, hindari terpapar sinar matahari secara langsung, jangan minum minuman beralkohol.--Jessie tertidur di pelukan Arkan, karena ruam yang kembali
Arkan menutup pintu kamarnya sepelan mungkin agar Jessie tidak terjaga. Ia lantas segera berlari menuju pintu utama, Arkan langsung membuka pintu utama. Namun, bukannya mempersilahkan Alesha masuk, malah ia yang keluar membuat wanita itu kebingungan."Ada apa ini?" tanya Alesha sedikit memicingkan mata, menatap curiga pada adiknya itu."Tidak ada," dustanya berdiri di depan daun pintu yang ia tutup."Ar, kamu nyembunyiin apa? Jangan bohong!" bentak Alesha gemas dengan sikap adiknya itu."Tidak ada, Kak! Serius!" dustanya meyakinkan."Cih ... memang aku percaya! Kamu mengganti pasword-nya kemudian menghalangiku masuk. Jangan-jangan kamu-." Alesha menjeda ucapannya dengan bola mata yang membulat lebar."Ar! Kamu nggak aneh-aneh, 'kan! Jangan bilang kamu bawa wanita ke apartemen. Kamu main apa, hah! Dasar nggak ada moral!" tuduh Alesha yang sebagiannya benar.
Jessie kembali ke apartemennya setelah selesai sarapan. Begitu masuk, ia melihat Tian yang sudah duduk di ruang tamu seraya menikmati secangkir kopi, tatapan pria itu tertuju pada televisi."Baru pulang? Semalam di mana?" tanya Tian mengintimidasi meski ia sudah tahu, tapi demi menjaga kerahasiaan rencana mereka. Ia pun harus pura-pura tidak tahu."Emm ... itu, aku bersama Arkan," jawab Jessie sedikit canggung, ia sampai mengusap tengkuk lehernya.Tian pura-pura terkejut dan langsung memicingkan mata, sungguh aktingnya benar-benar sudah seperti aktor."Arkan! Pemuda itu? Bagaimana bisa kamu bersamanya?" tanya Tian pura-pura panik."Ah ... ceritanya panjang. Aku mau mandi dulu." Jessie langsung berlalu menuju kamarnyaDalam hati, Tian tertawa geli. Bisa-bisanya ia berpura seperti itu, tak menyangka jika rencana mengerjai adik sepupunya itu akan berhasil.
Arkan pergi ke apartemen Jessie pada malam hari, mereka tengah menikmati makan malam bersama. Pemuda itu memang sengaja melakukan itu karena ia ingin menciptakan memori dan kenangan manis untuk kekasihnya. Arkan tidak pernah berharap lebih, ia hanya tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang ada untuk bersama Jessie, bagi Arkan setiap detik sangatlah berharga. "Kamu sangat menikmatinya?" tanya Arkan yang melihat Jessie makan begitu lahap. "Iya," jawab Jessie singkat. Jessie selalu makan makanan yang direkomendasikan Tian. Dulu saat di rumah, orangtuanya sering bertanya kenapa Jessie hanya makan oatmeal dan susu di pagi hari kemudian salad buah atau jenis ikan di malam hari serta selalu menolak makanannya berbumbu bawang, Jessie hanya menjawab jika dirinya alergi bawang dan tengah melakukan diet. Jessie merasa tidak tega jika ayahnya sampai tahu penyakitnya. Arkan meraih piri
Setelah Arkan pulang, Jessie masih terlihat menatap ke arah jendela. Apakah dengan menerima pernikahan itu akan membuat Arkan bahagia?Jessie menatap ujung jemarinya, warna pucat di kulit terlihat jelas. Meski Tian mengatakan jika untuk saat ini penyakitnya tidak mengalami peningkatan efek di dalam tubuhnya, tapi ia tetap saja khawatir."Bagaimana jika aku tidak bisa bertahan lama? Apa itu akan membuatmu bersedih? Jika aku pergi, apa kamu akan merelakan 'ku?"Jessie mengusap kedua lengannya, ia memejamkan mata seraya menarik napas panjang.--Hari berikutnya Tian meminta izin untuk kembali ke Australia karena dia sendiri memiliki seorang putri yang harus di jaga. Tian memang sudah menikah, tapi sudah bercerai dan kini putri hasil dari pernikahannya yang gagal, dialah yang merawat."Ingat untuk selalu membawa obatmu, aku sudah meresepkan untuk cadangan jika ha
Jelas ia menyembunyikan kebenarannya, pria itu melirik pada istrinya yang terlihat biasa saja. Ia takut jika istrinya tidak bisa menerima kebenaran kalau ia melakukan korupsi demi menyelamatkan nyawa putri mereka."Ayah!" panggil gadis kecil itu dengan senyum mengembang.Pria itu berusaha tersenyum dengan raut wajah penuh kekhawatiran, sedangkan Jessie sedikit menatap tajam pada karyawannya.Pria itu mengecup kening putrinya, lantas menyerahkan bungkusan yang ia bawa ke sang istri."Nona Jessica kesini untuk menjenguk putri kita, dia memang baik seperti yang kamu katakan," ujar wanita itu seraya mengambil bungkusan dari tangan suaminya."Be-benarkah? Maksudku, tentu saja," ucap pria itu tergagap bingung."Bisa kita bicara sebentar?" tanya Jessie dengan tetap bersikap tenang."Tentu," jawab pria itu.Ia mengusap sisi w
Mobil Arkan sudah memasuki halaman rumah sang kakak, rumah besar itu terlihat begitu terang. Sepertinya Alesha memang sudah menyiapkan segalanya.Pemuda itu memarkirkan mobilnya di halaman depan, lantas mengajak Jessie untuk turun dan masuk ke rumah. Dua pelayan rumah sudah berdiri di luar pintu, menyambut kedatangan keduanya.Jessie mengatur napasnya, bertemu dengan keluarga pemuda yang ia cintai secepat ini membuatnya benar-benar sedikit tertekan dan gugup."Om Arkan!" teriak Lala, putri Alesha yang kini berumur empat tahun.Gadis kecil itu berlari menuruni anak tangga dengan cepat ketika melihat adik ibunya datang. Lala langsung melompat ke gendongan Arkan."Halo bocah kecil! Kamu aktif banget, hah!" Arkan mencubit pelan hidung mancung gadis yang sudah berada di gendongannya."Hahahaha. Aku 'kan lincah, Om! Cantik, imut, kuat, manis. Pokoknya yang baik-baik itu ada di aku,"ucap g
Pagi itu Jessie tampak sudah bersiap-siap untuk pergi kencan bersama Arkan. Ia keluar dari kamar dan mendapati Arkan sedang berada di dapur, semalam Jessie memang menginap di apertemen Arkan karena pemuda itu bersikukuh agar Jessie tinggal sebab ia khawatir jika Jessie berada di apartemen sendiri, alhasil di sinilah Jessie di pagi hari."Ar, kamu sedang apa?" tanya Jessie yang melihat Arkan malah sibuk di dapur."Membuat makan siang untuk kita, aku tidak mau kamu makan sembarangan jadi aku masak sendiri," jawab Arkan sedikit menoleh kemudian kembali pada masakan yang sedang ia olah.Jessie mengulas senyum bahagia, ia pun berjalan mendekat dan berdiri tepat di sampaing Arkan yang sedang memanggang salmon."Baunya enak, Ar!" Jessie menghidu aroma dari uap yang mengepul.Arkan mengulas senyum lantas membentur kepala Jessie pelan. Gadis itu mengaduh seraya memegangi dan mengusap kepa