Home / Rumah Tangga / Takdir Cinta Perempuan Malam / Bab 5. Pria Pirang Bermata Biru

Share

Bab 5. Pria Pirang Bermata Biru

Author: Lia Lintang
last update Huling Na-update: 2023-06-09 03:28:42

Degup jantung Merry masih terasa memburu. Dengan tangan gemetar, yang terlihat jelas saat meremas ujung kain kemeja yang ia kenakan, bisa diterka jika ia sedang cemas sekaligus takut berada di mobil orang asing.

"Siapa gerombolan perundangan tadi, Nona?"

Suara bariton itu, seketika membuyarkan lamunan Merry. Membuatnya seketika menoleh ke arah sumber suara.

"Ummm, ceritanya panjang. Terimakasih sudah menolongku, turunkan saja di sini," sahut Merry, masih dengan raut wajahnya yang cemas.

Kening si pemuda yang kini sedang duduk di balik kursi kemudi seketika berkerut.

Sedang bermasalah? Mungkin.

"Apakah kau tidak ingat, Nona? Nyawamu sedang dalam bahaya. Lagi pula hujan baru saja turun. Sebaiknya ikut aku sebentar, nanti pasti ku antar pulang."

Entah apa yang dipikirkan oleh Merry saat itu. Mendengar ajakan pria di sampingnya, bukannya tenang, kini ekspresi wajahnya mendadak berubah cemas. Ada guratan takut yang pemuda itu tangkap.

Rona merah seketika menyebar di pipinya.

"Tidak, saya harus pulang," sergah Merry. Merasa tak enak hati.

Sementara si pemuda yang semula tatapannya lurus ke jalanan yang mulai basah oleh hujan, seketika berpindah menoleh ke arah Merry.

"Aku bukan orang jahat, atau bahkan bajingan seperti orang yang pernah mengganggu kamu, Nona. Kemejamu basah. Pakai saja jaketku dulu." Pria itu berbicara sembari meraih jaket di sandaran kursi yang ia duduki lalu menyodorkan pada Merry menggunakan sebelah tangannya.

Merry terkejut, ketika menyadari si pemuda ternyata memperhatikan bagian dadanya yang basah oleh air susu yang terus mengalir.

"Terimakasih," sahut Merry.

Suaranya terdengar melemah. Entah hujan yang semakin deras ketika membelah jalanan diiringi suaranya yang berisik.

"Maaf, di mana suamimu? Kenapa dia membiarkan perempuan yang baru saja melahirkan berkeliaran di jalan seperti ini?"

Pria tampan yang terlihat sibuk mengemudikan mobilnya itu, berbicara tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Sepertinya sengaja mengurangi kecanggungan lawan bicaranya.

"Ummm, aku ... aku belum menikah ...."

Siapa sangka, ucapan Merry yang terbata justru membuat pemuda itu menepikan mobilnya.

"Maaf, aku tidak tahu. Aku pikir kau memiliki bayi," sahutnya menimpali.

Sementara itu, Merry yang sedang ditatap hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Aku memang memiliki bayi, aku dihamili seseorang," cetus Merry dengan suara parau.

Pemuda itu masih menatap lekat.

"Apa kau tidak ingin mencari untuk meminta pertanggungjawaban? Kau masih ingat bagaimana rupa orang itu?" Pria itu terus bertanya dengan nada mencecar.

Merry membalasnya dengan gelengan kepala dengan gerakan kepala lemah.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan?"

"Mencari kerja," sahut Merry.

Kali ini matanya mulai berkaca-kaca.

Namun, pemuda tampan yang ramah itu menyunggingkan senyum simpul yang sulit diartikan.

"Kau cantik, Nona. Mungkin, kau lupa. Tapi, aku tidak. Kita pernah bertemu, aku masih ingat saat kau pingsan di sebuah Mall waktu itu. Jika kamu mau, aku bisa membantumu menjadi seorang super model."

Merry tampak berpikir keras. Tak lama kemudian mata keduanya saling beradu pandang.

"Oh ya, kalau begitu terimakasih. Itu artinya, Anda adalah pria yang menyelamatkan aku dan membantu membawa ke klinik dekat supermarket, bukan?"

"Ya. Namaku Eric. Seorang manajer di salah satu agency permodelan."

*****

Merry berjalan lambat, mengamati setiap sudut apartemen mewah milik teman barunya. Ya. Eric yang mengajaknya ke tempat itu.

Pria pirang bermata biru ini tampak berbeda dengan Damian. Sikapnya sangat baik, selain tampan ia juga murah senyum dan lebih banyak bicara.

Eric meminta Merry duduk di sebuah sofa di ruang tengah. Sofa berwarna coklat dengan ukuran besar yang terasa nyaman. Dan gadis itu pun menurut.

Entah apa yang dipikirkan Eric, hujan di luar sana begitu deras. Sehingga membuat keduanya menjadi basah kuyup ketika hendak masuk tadi.

Bagian dada yang tanpa mengenakan pakaian dalam pun membuat bra yang membingkai tercetak jelas. Sejenak, Merry menangkap sepasang mata biru itu menatapnya nakal.

Membuat rasa takut kembali hinggap menggelayuti.

"Tunggu di sini, aku akan segera kembali," ujar Eric.

Kemudian pria itu melangkah pergi memasuki salah satu kamar, meninggalkan Merry yang sedang dalam kondisi basah kuyup sendirian.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 91. Akhir Sebuah Cerita

    Beberapa hari telah berlalu sejak pemakaman Oliver. Kediaman Merry menjadi sunyi dan hening, hanya menyisakan kenangan yang menghantui setiap sudut rumah. Merry duduk di dekat jendela, tatapannya kosong menatap ke arah luar. Dia belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan bahwa Oliver telah pergi selamanya. Setiap hari terasa seperti mimpi buruk yang tidak pernah berakhir.Damian kembali datang. Dia tampak kusut dan lelah, matanya menunjukkan rasa bersalah yang mendalam. Setiap hari, dia datang ke rumah Merry, berharap bisa mendapatkan pengampunan. Tetapi Merry selalu diam, menolak untuk berbicara dengannya.Hari itu tidak berbeda. Damian mengetuk pintu dan masuk tanpa menunggu jawaban. Dia menemukan Merry di tempat yang sama seperti kemarin, duduk di dekat jendela dengan tatapan kosong."Merry," kata Damian dengan suara serak, "tolong dengarkan aku. Aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar. Aku benar-benar menyesal."Merry tidak mengalihkan pandangannya dari jendela. Diamnya te

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 90. Duka Ini Karenamu

    Damian berjalan gontai keluar dari kamar rumah sakit tempat Nyonya Lady Eleanor terbaring kaku. Pakaian lusuhnya berlumuran darah kering, bekas dari tindakannya yang keji terhadap Oliver. Langkahnya terasa berat, seolah setiap langkah menariknya lebih dalam ke dalam pusaran kegelapan dan keputusasaan. Dengan pikiran kacau, dia tahu bahwa satu-satunya orang yang bisa memberinya jawaban atau bahkan sedikit pengertian adalah Merry.Damian menyalakan mesin mobilnya dan mengemudi tanpa tujuan yang jelas, hanya mengikuti insting yang membawanya ke rumah sakit tempat Oliver dirawat. Sesampainya di sana, dia melihat kerumunan orang berkumpul di depan ruang ICU. Di tengah kerumunan itu, Damian melihat Merry, yang sedang menangis histeris, bahunya bergetar hebat.Hati Damian mencelos. Meski dalam keadaan mabuk dan penuh kebencian, pemandangan Merry yang berduka membuatnya merasakan tusukan rasa bersalah yang mendalam. Dengan langkah limbung, dia mendekati Merry, mencoba menyusun kata-kata

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 89. Ditikam Menikam

    Senja mulai turun ketika Damian berkendara tanpa tujuan di jalanan kota. Kepalanya berat akibat terlalu banyak minum alkohol, dan pikirannya dipenuhi oleh kebencian dan kepahitan. Dalam keadaan mabuk, Damian tidak bisa berhenti memikirkan kekalahan dan penghinaan yang dia rasakan sejak mengetahui bahwa dia hanya anak angkat Sebastian Herrington. Semua itu diperparah oleh rasa dendamnya terhadap Oliver, yang menurutnya telah merebut segalanya, termasuk Merry.Dengan kemarahan yang membara di dalam dadanya, Damian menggenggam belati yang disembunyikannya di dalam jaket. Di dalam benaknya, dia merasa hanya ada satu cara untuk menyelesaikan semua ini: menghabisi Oliver.Secara kebetulan, ketika dia berbelok ke sebuah jalan sepi, Damian melihat sosok yang sangat dikenalnya. Oliver sedang berdiri di tepi jalan, tampaknya sedang menunggu seseorang. Hati Damian semakin gelap, dan dia memutuskan inilah saatnya untuk menyelesaikan semuanya.Damian menghentikan mobilnya dengan kasar, menyeba

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 88. Benci Jadi Dendam

    Di dalam ruangan yang mewah namun terasa sesak oleh ketegangan, Damian berdiri dengan amarah yang membara di matanya. Berhadapan dengan ibunya, Lady Eleanor, dia tidak bisa menahan kemarahan yang telah membara dalam dirinya sejak mengetahui kebenaran yang menghancurkan dunianya."Bagaimana mungkin, Ibu?" suara Damian menggema di seluruh ruangan, penuh dengan kemarahan dan kekecewaan. "Selama ini aku percaya bahwa aku adalah pewaris sah dari segala harta dan kekuasaan Sebastian Herrington. Kenyataannya, aku hanyalah anak angkat?"Lady Eleanor, meskipun terlihat tenang di luar, sebenarnya merasakan beban berat di dalam hatinya. Dia tahu hari ini akan datang, tapi tidak pernah membayangkan seberapa keras dampaknya bagi Damian. Dia menatap putranya yang marah dengan mata yang penuh dengan campuran kasih sayang dan rasa bersalah."Damian, dengarkan aku," kata Lady Eleanor dengan suara tenang namun tegas. "Keputusan untuk mengadopsimu adalah keputusan yang kami buat dengan cinta. Sebast

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 87. Melawan Simpanan

    Dengan tekad yang kuat untuk melindungi Merry dari segala ancaman yang mungkin datang, Oliver semakin mempersiapkan dirinya untuk masa depan bersama Merry. Dia ingin memberikan Merry kehidupan yang tenang dan aman, tanpa rasa cemas yang menghantui.Maka, Oliver mengajukan sebuah rencana yang mengejutkan kepada Merry. Dia ingin Merry bertemu dengan Elena, mantan simpanannya, untuk menyelesaikan segala macam hubungan yang masih tersisa di antara mereka. Meskipun awalnya terkejut dan takut, Merry akhirnya setuju setelah dipastikan oleh Oliver bahwa ia akan selalu berada di sampingnya, bersama dengan para pengawal yang siap mengawasi dari jarak yang jauh.Ketika hari pertemuan tiba, suasana di sekitar Merry terasa tegang dan penuh ketegangan. Dia mencari-cari Elena dengan hati yang berdebar-debar, terus memeriksa sekelilingnya dengan pandangan waspada.Tiba-tiba, Merry melihat sosok Elena yang berdiri di ujung jalan, menunggunya dengan senyuman yang dingin dan penuh arti. Hatinya berdeg

  • Takdir Cinta Perempuan Malam   Bab 86. Rencana Busuk

    Merry memandang sekitar ruangan yang luas dan mewah dengan sedikit rasa cemas. Tempat yang tertera di alamat itu terasa sunyi dan aneh. Suasana yang seharusnya ramai dengan aktivitas pemotretan, kini hanya diisi dengan hening yang menakutkan. Dengan gaun indah yang menghiasi tubuhnya, ia melangkah masuk dengan hati-hati, tali gaunnya menggantung di lehernya dengan anggun.Di tengah ruangan, seorang pria duduk dengan punggungnya menghadap ke arah Merry. Tubuhnya terbungkus dalam jas hitam yang elegan, memberinya aura misterius yang mengintimidasi. Merry merasakan detak jantungnya semakin cepat, dan ia menahan nafasnya saat pria itu mulai memutar kursi.Ketika kursi itu berputar, Merry menahan teriakan terkejutnya. Tidak disangka-sangka, pria itu adalah Damian, mantan suaminya sendiri. Mata Damian terlihat dingin dan penuh dengan kejahatan, membuat Merry merasa takut."D-Damian?" desis Merry, mencoba mengatasi kebingungannya.Damian tersenyum sinis, menatap Merry dengan pandangan t

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status