Kelas pun sudah selesai. Seara dan yang lainnya kini sudah diizinkan pulang karena sudah tidak ada lagi mata pelajaran dikelas mereka.
“Ra, lo bawa mobil gak? Kalau enggak gue anterin lagi ya? Motor gue baru diambil kemarin sore,” Ucap Revano sambil memasukan bukunya kedalam ransel.
“Makasih Van, tapi gak usah hari ini aku bawa mobil kok. Soalnya tadi bunda nitip Bahan-bahan kue jadi aku harus mampir ke toko yang menjual Bahan-bahan kue,” Jawab Seara yang kini sudah siap dengan tasnya yang sudah di cangklong di punggungnya.
“Oh oke deh kalau gitu, soalnya gue juga mau mampir dulu ke bascame mau latihan futsal. lo hati-hati ya dijalan jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya.” Revano mencoba memperingatkan.
“Siap bos,” Sahut Seara sambil memberi hormat lalu kemudian tertawa kecil.
“Dasar.” Revano pun mengacak rambut Seara lalu mengajaknya ke parkiran bersama-sama sambil bercanda mereka pun menuju tempat parkir dengan sesekali tertawa dan tanpa mereka sadari ada yang memperhatikan mereka dengan wajah memerah karena marah terlihat rahangnya pun mulai mengeras.
“Sialan!” Umpat seseorang dengan mengepalkan kedua tangannya. Saat melihat Kedekatan Seara dan Revano.
Sesampainya di toko. Seara pun keluar dari mobilnya setelah mecari tempat parkir yang mudah untuk akses keluar dari toko nanti. Dia pun mengunci mobilnya dan memasukan kunci mobilnya kedalam tas karena dia akan lama untuk membeli bahan-bahan kue pesanan sang bunda.
Namun, tidak sengaja dia melihat seorang wanita paruh baya sedang kesusahan mengambil ponselnya yang terjatuh hampir ditengah jalan. Seara menghampiri wanita yang menggunakan kursi roda itu untuk membantunya.
Namun setelah mengambilkan ponselnya, dari arah kanan sebuah mobil melaju dengan kencang. Melihat itu Seara langsung menarik kursi Roda yang sudah hampir ditengah jalan setelah mendorong kursi roda. Seara bermaksud menyingkir kebahu jalan namun sayang gerakan Seara kalah cepat dengan mobil itu dan akhirnya tubuh Seara terserempet dan itu membuatnya oleng lalu terjatuh dengan kepala yang terbentur kejalan dan lumayan mengluarkan banyak darah hingga akhirnya kesadaran Seara pun menghilang karena menahan rasa sakit di kepala dan kakinya yang mungkin terkilir.
“Tolong...!” Teriak wanita paruh baya itu meminta tolong. Namun, sayang tidak ada satu orang pun datang karena memang area situ sedang sepi.
“Bi tolong bantu saya. Tolong bibi minta pelayanan toko untuk membantu saya mengangkat gadis itu kedalam mobil,” Ucap wanita itu kepada asisten yang baru saja keluar dari toko.
“Astaga nyonya apa yang terjadi?” Pekik sang asisten melihat sang nyonya sudah bergetar karena menangis dan melihat seorang gadis yang tergeletak tidak jauh dari majikannya. Tapi wanita paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa karena kondisinya yang memang sangat terbatas untuk bergerak dia hanya bisa menangis dan berteriak untuk minta tolong.
“Di-dia tadi terserempet mobil Bi, saat nyelametin aku.” Wanita itu terlihat menangis karena melihat keadaan Seara yang tidak sadarkan diri dan dekat keningnya mengeluarkan darah.
“Ya sudah nyona tunggu disinil Saya mau panggil pelayanan toko pria dulu untuk membantu mengangkatnya ke mobil,” Ucap sang pelayan yang langsung berlari tergopoh-gopoh masuk kembali kedalam toko untuk meminta bantuan. Sementara sang sopir yang baru saja datang dari mencari rokok sangat terkejut karena melihat majikannya menangis. Dia pun menghampiri majikannya itu.
“Nyonya ada apa?” Tanya sang sopir yang terlihat khwatir.
“To-tolong siapkan mobil mang. Kita akan kerumah sakit,” jawab wanita itu yang tidak menjawab pertanyaan Sang supir. Sopir yang bingung pun langsung menuju mobil yang dia parkir di ujung. Dia belum menyadari bahwa ada seorang gadis yang tidak sadarkan diri karena menolong majikannya. Setelah kedatangan dua pria penjaga Toko yang dipanggil oleh bi Elis. Sopir itu pun menyadari kenapa sang nyonya menangis, lalu dia menghentikan mobilnya di depan kejadian kecelakaan itu dan Elis pun membantu sang nyonya duduk di belakang dan memangku kepala gadis itu yang tak lain adalah Seara. Setelah itu tanpa bertanya lagi, sopir itu pun melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat agar korban kecelakaan itu bisa segera ditangani secepatnya.
Sementara dirumah Kaira merasa sangat khawatir karena tiba-tiba foto sang putri yang terpajang di dinding rumahnya terjatuh tanpa sebab. Dia berdo’a semoga putrinya baik-baik saja. Kaira pun meminta tolong bi Ika untuk membersihkan pecahan kaca pigura foto Seara yang berserakan di lantai.
“Kamu kemana sih, Nak? Kok belum pulang juga? Padahal sudah sore begini apa toko bahan kuenya sedang antri ya? Ya Tuhan semoga tidak terjadi apa-apa pada putriku,” Ucap Kaira terlihat sangat Cemas dan merapalkan do’a untuk putrinya agar tidak terjadi hal buruk pada Sang putri semata wayangnya itu.
Apakah Seara akan baik-baik saja? Entahlah.
Bersambung
Sementara itu Ditempat lain Seara baru saja tiba dirumah sakit. Setelah sampai didepan lobi rumah sakit, bi Elis pun langsung keluar dari mobil untuk meminta bantuan para perawat pria untuk mengangkat tubuh Seara dari dalam mobil.Dua perawat pria pun datang dengan membawa brankar yang sudah disediakan untuk membawa pasien darurat seperti Seara ini contohnya. Lalu mereka pun menggotong tubuh Seara dari dalam mobil dan meletakkannya di brankar dangan Hati-hati. Dan Dengan sigap kedua perawat itu membawa Seara menuju ruang IGD untuk segera ditangani.Jasmin dan Elis juga sang supir tengah menunggu didepan ruang IGD. Jasmin terlihat sangat khawatir karena kondisi sang gadis yang memang sangat mengkhawatirkan, ya wanita paruh baya itu adalah Jasmin ibu sambung dari Rigelaldo Damian Bagaskara.“Bi tolong tlpn putraku, bilang sama dia suruh datang kerumah sakit sekarang,” Ucap Jasmin. Yang sedang ketakutan dia takut
Rigel baru saja sampai dirumah sakit. Dia terlihat sangat khawatir dengan keadaan sang mama. Meski bi Elis sudah menjelaskan kalau Jasmin baik-baik saja dan yang menolongnya lah yang terluka lumayan parah. Setelah dapat alamat rumah sakit sekaligus ruang inap orang yang menolong sang mama. Rigel pun bergegas menuju ruang rawat itu, sampai dia melupakan janjinya untuk datang untuk bertemu Tania diapartemen milik gadis itu.Setelah tiba didepan ruang rawat. Rigel pun menetralkan nafasnya yang memburu karena tadi berlari dari lobi hingga ke ruang rawat. Dia pun membuka pintu ruangan itu, setelah nafasnya kembali normal.“Mama, apa yang terjadi?" Rigel menghela nafas lega saat melihat ibunya baik-baik saja."Sukurlah Mama tidak apa-apa,” Ucap Rigel. Yang langsung menghampiri sang mama yang kini tengah duduk di sofa, yang kini sudah duduk di sofa dengan bantuan sopirnya.“Mama gak apa-apa sayang, justru gadis itu yang luka parah.
“Di-Di.. Dia.”Rigel terlihat gugup saat sang mama sudah berada dibelakangnya. Sedang Seara menatap Rigel dengan tatapan tajamnya.“Dia Pacar Rigel Ma,” Sahut Rigel tanpa mengalihkan tatapannya pada Seara.“Namanya Seara Arleta,” Lanjut Rigel masih dengan menatap wajah cantik Seara meski kini terlihat pucat.Mata Seara tiba-tiba melotot kearah Rigel karena pengakuan Rigel yang Seara anggap berbohong, karena mereka kini sudah putus jadi dia kini adalah Mantan kekasihnya bukan kekasihnya lagi.“Maksud kamu apa Gel? Mama gak ngerti apa yang kamu bilang barusan. Mama denger gadis ini kekasih kamu? Itu berarti bayi yang dia kandung itu adalah anak kamu hah!”Plakk!Tangan Jasmin pun melayang ke pipi Rigel. Membuat Rigel terkejut ibu yang dia sayangi berani menamparnya. Padahal sel
Kaira sangat sedih melihat keadaan putrinya dengan kepala yang diperban, karena baru kali ini dia melihat Sang putri seperti ini."Kenapa bisa seperti ini Nak?" Tanya Kaira sambil mengusap kepala Seara yang diperban dengan sangat hati-hati."Cuma kecelakaan kecil Bun. Udah ih Seanya juga gak kenapa-kenapa ini cuma sedikit kegores dibagian kepala dekat kening, tapi gak apa-apa kok dokter juga udah cek dan Sea cuma butuh istirahat," Jawab Seara dengan tersenyum manis."Iya dong Sea kan jagoan, masa wonder womannya Ayah kalah karena luka dikit doang," Timpal Arka meski dalam hatinya ikut khawatir dengan keadaan Sang putri, tapi kalau diamemperlihatkan rasa kekhawatirannya itu, dia takut Sang istri malah semakin kalut."Ihh.. Ayah gimana sih putrinya luka malah ngomongnya kayak gitu, nyebelin tau gak," Ucap Kaira yang mulai merajuk pada Sang Suami, Seara hanya tersenyum saat melihat kedua orang tuanya yang selalu memperli
Keesokan harinya Rigel pun datang kerumah sakit untuk menjenguk sekaligus menemani Seara, Jasmin tidak bisa ikut karena dia harus menemani Vanessa untuk mengambil hasil ujian kelas 12, maka dari itu Rigel lah yang disuruh untuk menjenguk Seara, Jasmin pun menitipkan parsel buah yang sengaja dia beli kemarin saat perjalanan pulang dari rumah sakit rencana sih dia ingin menjenguk lagi Calon menantunya itu, tapi karena harus menemani Vanessa jadi dia membatalkan untuk menjenguk Seara.Tidak butuh waktu lama Rigel pun sudah sampai dirumah sakit, namun dia hanya bertemu dengan Bunda Seara saja, karena Ayah Seara harus pulang untuk pergi ke kantor karena harus meeting dengan investor dari luar negri."Pagi Tante," Sapa Rigel dengan Sopan, saat masuk keruangan rawat Seara."Eh Nak Rigel, ayo sini masuk, Nak. Sea baru saja selesai sarapan kamu udah sarapan?" Tanya Kaira. Yang baru saja membereskan tempat makan bekas sarapan Seara."Udah Ta
Kini dokter dan Suster pun keluar dari ruangan itu. Dan saat melihat seseorang yang terpaku menatap kedalam ruangan itu. Dokter itu pun tersenyum dan mengangguk memberi salam, semenetara wanita itu terdiam. Setelah tanpa sengaja mendengar penjelasan dari dokter tadi.Sedangkan Rigel merasa menyesal karena membahas tentang keinginan Tania. Seharusnya dia bahas itu nanti saat keadaan Seara benar-benar sudah pulih. Dan itu mungkin beberapa hari lagi, salahnya dia tidak sabaran untuk membahasnya."Tante gak salah dengarkan, Nak Rei?Apa yang dikatakan dokter tadi itu tidak benarkan, putri Tante gak hamilkan? Tadi Tante cuma salah dengar saja kan?” Tanya Kaira dengan sorot mata penuh kekecewaan namun dia masih berharap kalau yang di dengarnya tadi hanya salah dengar saja.Mendengar Ucapan itu, Rigel terkesiap dia langsung memutar tubuhnya dan melihat sorot kesedihan dimata ibu Seara. Membuatnya merasa bersalah pada ibu dari Seara."Itu..
Seara sangat terkejut saat mendengar bundanya memberi pertanyaan itu bahkan bundanya tahu berapa usia kandungannya. Jantungnya seakan mau lepas dari tempatnya.Seara menatap tajam pada Rigel yang kini tengah duduk di sofa. Karena Seara mengira Rigel lah yang memberi tahu Bundanya tentang kehamilannya membuat sang bunda kini terlihat sangat shock dan kecewa padanya."Ma-maaf Bun, tapi Sea berani bersumpah. Sea baru tahu, kalau Sea sedang hamil. Saat dokter memberitahu kan kondisi Sea," Jawab Seara dengan wajah menunduk dan mata yang kini mulai berkabut karena genangan air mata. Seara merasa sangat menyesal karena sudah bersikap bodoh dengan memberikan sesuatu yang sangat berharga pada pria yang belum menjadi suaminya dan karena akibat dari perbuatannya kini dia hamil dan dia merasa menjadi anak yang tidak berguna."Kenapa kamu membuat Bunda kecewa, Nak? Mungkin ini semua salah Bunda, Bunda yang telah gagal mendidik dan menjagamu," Ucap Kaira sambil me
"Menggugurkannya mungkin," Jawab Seara dengan tenang dan tanpa melihat raut wajah Rigel. Dengan rahang yang mengeras karena Rigel harus menahan amarah saat mendengar apa yang baru saja Seara ucapkan."Sea jaga Ucapanmu!" Bentak Rigel. Dengan menatap tajam kearah Seara. Yang kini membalas tatapannya dengan tajam saat mendengar suara Rigel yang meninggi bukannya takut Seara malah ikut menibggikan Suaranya."Apa! Kenapa hah?! Kenapa aku harus menjaga ucapanku? Bukannya itu bagus setidaknya Kak Rei tidak harus bertanggung jawab untuk menikahiku karena terpaksa. Dan aku pun tidak harus menikah dengan pria yang tidak pernah mencintaiku," Sahut Seara. Yang juga sudah tersulut emosi."Tapi bukan seperti itu juga caranya Sea. Biar bagaimana pun dia darah dagingku, aku tidak akan melupakan tanggung jawabku sebagai ayah. Maaf kalau aku begitu mengecewakan mu, tapi aku tidak akan membiarkan kamu menggugurkan kandunganmu. Aku akan tetap menikahimu dan itu p