“Nadya,” desis Devan. Dia seketika menghentikan gerakannya dan mengangkat kedua tangannya, namun senjata api miliknya masih tersimpan di dalam jaket kulitnya. Dia melakukan semua yang diperintahkan oleh David.Anak buah David tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka balik menghajar Devan secara bertubi-tubi. Tubuh Devan menjadi bulan-bulanan. Devan sama sekali tidak melawan hanya demi keselamatan wanita yang sangat dia cintai. Dia rela berkorban demi Nadya.“Mas Devan!” teriak Nadya sambil menangis. Dia menangis tersedu-sedu melihat Devan yang hanya diam menahan serangan dua pria, yang menjadi lawan Devan sebelumnya yang kini menghajarnya tanpa henti.Kayden yang melihat saudara kembarnya menjadi bulan-bulanan anak buah David, menjadi geram. Dia lalu dengan perlahan merampas pisau yang ada di tangan salah satu anak buah David, yang lengah karena menonton Devan dihajar oleh dua temannya. Dia kemudian memukul pria itu hingga terjerembab di tanah. Dia lalu melangkah perlaha
"Penyelundupan barang-barang antik?" Kayden dan Devan saling berpandangan. "Iya. Selama ini kami memang mengincar dia. Tapi sulit, karena bukti belum cukup. Dan sekarang setelah ada kasus penculikan ini, kami bisa mengembangkan perkara penyelundupan itu. Dan apabila ada bukti yang cukup kuat, maka David bisa dijerat dengan tuduhan berlapis. Penculikan dan penyelundupan barang-barang antik." Polisi itu kemudian berlalu dari hadapan Kayden dan Devan, untuk membawa para tersangka kasus penculikan. "Ayo, kita pergi dari sini! Dan sepertinya kita harus ke rumah sakit terlebih dahulu, untuk memeriksa kondisi kamu yang habis dihajar oleh dua orang anak buah David." Kayden kemudian merangkul pundak Devan, dan berjalan ke arah mobil mereka yang sudah ada Nadya di sana. Devan dan Nadya saling memeluk untuk mencurahkan segala isi hati. Nadya menangis di pelukan Devan. Dia meraba bagian tubuh Devan yang terluka, akibat dari pukulan anak buah David. "Pasti sakit sekali ini, Mas. Maafkan aku. Se
“Keenan!”"Mama," desis Devan yang mengurungkan niatnya untuk membuka pakaian Nadya."Makanya pakai handuknya!" Seru Nadya sambil memberikan handuk yang dia taruh di atas rak perlengkapan mandi.Devan lalu memakai handuk yang diserahkan oleh Nadya. Dia menghela napas panjang karena gairah yang sudah siap dia salurkan tiba-tiba harus batal di tengah jalan.Nadya kemudian mengambil salep yang ada di dekat wastafel. Dia lalu mengoles salep itu di tubuh Devan yang terluka.Devan tersenyum menatap Nadya yang tengah mengoleskan salep. "Pinter sekali sih modusnya. Jadi kalau Mama sampai kemari, yang Mama lihat kamu sedang mengoleskan salep di tubuhku." Devan terkekeh sambil memejamkan mata. Dia menikmati setiap sentuhan Nadya di tubuhnya."Keenan!" Panggil Runi lagi setelah panggilan pertamanya tidak mendapat jawaban."Iya, Ma. Aku ada di kamar mandi." Devan menjawab panggilan ibunya dari dalam kamar mandi.Runi kemudian menyusul ke sana. Sesampainya di kamar mandi, pemandangan yang pertama
Dua minggu kemudianLuka di tubuh Devan sudah mulai pulih. Tidak ada lagi lebam di tubuh tegap itu. Orang lain tidak akan mengira kalau tubuh itu pernah ada beberapa luka, karena pukulan yang dilancarkan oleh anak buah David. Kini semua sudah berlalu dan sesuai dengan kesepakatan kedua keluarga, hari ini akan diselenggarakan pernikahan Nadya dan Devan.Ballroom hotel bintang lima di daerah Sudirman Jakarta, telah dipenuhi oleh tamu undangan sejak siang tadi. Aparat keamanan siap siaga mengamankan jalannya acara yang akan diadakan sampai malam nanti. Bahkan area hotel dan sekitarnya disterilkan agar acara tetap aman dan kondusif.Hari ini adalah hari yang di nanti oleh pasangan yang beda usia terpaut jauh, tapi hal itu tak mengurangi rasa cinta mereka.Sore itu ballroom hotel bintang lima telah dihiasi dekorasi dengan nuansa putih dan hijau dengan aneka bunga sesuai dengan permintaan mempelai wanita. Nuansa putih menghiasi dekorasi bagian atas dengan lampu hias dari kristal yang menjun
Setelah cukup lama, pasangan yang baru beberapa jam yang lalu resmi menjadi suami istri melepaskan tautan bibir mereka. Devan membukakan pintu untuk make-up artist serta asisten designer tersebut.Devan tak henti-hentinya memandangi sang istri yang terlihat memukau saat mengenakan gaun pengantin. Aura kecantikan-nya memancar dari dalam dirinya.Nadya mengenakan gaun pengantin rancangan seorang designer yang merupakan sahabat ibu mertuanya. Gaun pengantin itu berbahan satin dengan detail lace di bagian sisi dan di bagian dadanya serta heart neckline yang terlihat elegan. Gaun itu terlihat mengembang sedikit dengan veil yang tidak terlalu panjang. Ditambah dengan mahkota yang membuat Nadya tampak semakin cantik dan elegan. Tak lupa dengan buket bunga mawar segar sebagai pelengkap yang akan dibawa oleh Nadya menuju ke pelaminan.Devan sendiri terlihat gagah dan tampan dengan tuxedo berwarna hitam dihiasi bunga kecil di bagian dada kirinya. Tuxedo itu dipadu dengan kemeja putih serta da
Acara resepsi pernikahan Nadya dan Devan sudah selesai beberapa jam yang lalu. Kini pasangan pengantin baru itu sudah memasuki kamar pengantin mereka di hotel tempat resepsi itu berlangsung.Nadya melepas gaun pengantinnya dengan dibantu oleh Devan yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Gaun pengantin Nadya teronggok di lantai saat Devan berhasil melepas semua pengait gaun itu. Saat itu juga Nadya merasakan telapak tangan yang lebar menangkup dua buah benda yang ada di dadanya dan dia juga merasakan sapuan hangat dilehernya dari napas suaminya.Kedua tangan Devan yang lebar mulai bermain dengan lincah pada dua buah benda di dada Nadya, yang kini menjadi favoritnya. Devan menggodanya dengan pijatan-pijatan kecil dan memilin puncak berwarna merah muda, yang sudah terasa menegang.Sebelah tangan Devan turun menelusuri perut rata istrinya yang ada di dalam dekapannya. Tangan itu berakhir pada inti tubuh Nadya yang terasa hangat, lantas dielusnya inti tubuh itu.Tubuh Nadya bergetar saat
“kita berangkat ke Swiss kapan, Mas?” tanya Nadya saat mereka menikmati sarapan di restoran hotel."Nanti siang. Aku sudah suruh sopir untuk ambil pakaian kita di rumah," sahut Devan.Nadya menganggukkan kepalanya dan melanjutkan sarapannya.***Nadya dan Devan berangkat ke Swiss menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Herlambang. Mereka menghabiskan waktu 16 jam untuk sampai di bandara internasional Zurich, Swiss. Saat mereka tiba di sana hari masih pagi. Penunjuk waktu di tangan menunjukkan pukul enam pagi.Sebelum turun dari pesawat tak lupa Devan memakaikan Coat berwarna light grey ke tubuh istrinya. Tidak lupa dia juga memakaikan sarung tangan dan syal di leher Nadya."Biar aku saja Mas yang pakai sendiri,” ujar Nadya."Sudah nggak apa-apa biar aku yang pakaikan," ucap Devan."Kalau begitu sekarang aku yang pakaikan jaket dan syal untuk kamu, Mas," balas Nadya.Devan menyerahkan jaket dan syal miliknya, sedangkan sarung tangan dia pakai sendiri.Setelah mengurus ini dan itu da
Sementara itu jantung Nadya berdegup kencang karena ini adalah pertama kalinya dia berendam bersama dengan seorang pria. Dan pria yang ada di depannya saat ini yang tak lain adalah suaminya, sedang menatap dirinya dengan tatapan yang membuat setiap wanita meleleh, termasuk dirinya. Perlahan Devan mendekati istrinya kemudian membalikkan tubuh Nadya ke posisi berada di depannya, lalu dipeluknya dengan erat tubuh sang istri."I love you," ucap Devan lembut, lalu mencium leher sang istri."Me too," ucap Nadya.Cukup lama mereka saling bertautan bibir hingga akhirnya, Devan melepaskan tautan bibirnya di bibir Nadya. Lalu menatap intens wajah cantik sang istri."Besok pagi setelah sarapan, kita langsung pergi ke daerah pegunungan Alpen. Tepatnya di pedesaan Grindelwald. Kita bawa beberapa pakaian ganti untuk menginap di sana karena kita tidak bisa pulang pergi, jaraknya lumayan jauh,” ucap Devan."Grindelwald? itu daerahnya keren banget, Mas," ucap Nadya lalu membalikkan tubuhnya karena sak