“Pantas saja Papa tidak menemukan kamu. Ternyata kamu keliling Indonesia, ya.” Kayden berdecak sambil menggelengkan kepalanya. “Sudahlah, yang penting sekarang kita sudah bertemu dan dapat berkumpul bersama kedua orangtua kita. Malam ini kalau kamu ke rumah, Mama sama Papa pasti akan senang.”“Iya, aku juga ingin sekali bertemu dengan mereka,” sahut Devan. Dia lalu tersenyum dan menghapus sisa air mata yang ada di ekor matanya.“Kalau begitu nanti antarkan aku pulang dulu, Mas,” sahut Nadya menyela pembicaraan saudara kembar yang baru saja bertemu, setelah lama terpisah.“Kamu nggak mau ikut?” tanya Devan menatap manik mata tunangannya itu.“Aku ingin memberi kesempatan kepada Mas Devan untuk melepas rindu bersama keluarga. Kamu kan terpisah cukup lama, Mas. Tiga puluh lima tahun,” ucap Nadya.Tak lama pintu ruang laboratorium itu terbuka, dan petugas yang memeriksa Devan serta Kayden muncul di ambang pintu.“Bapak Kayden Herlambang!” Panggil petugas itu.Kayden bangkit dari kursi dan
Waktu sudah cukup larut saat mereka tiba di sebuah rumah mewah berlantai dua dengan gaya eropa klasik. Devan melihat penunjuk waktu di tangan kirinya yang sudah menunjukkan waktu hampir pukul dua belas malam.“Sepertinya Mama dan Papa sudah tidur,” tebak Devan yang langsung dijawab oleh gelengan kepala Kayden.“Belum tentu juga. Kadang Papa masih nonton TV dan berharap tiba-tiba anaknya yang hilang datang, dan bisa menemaninya nonton TV. Sedangkan Mama jam segini memang biasanya sudah tidur, tapi kadang suka terbangun dan memanggil nama anaknya yang hilang.” Kayden menghela napas, kala mengingat orangtuanya yang selalu memikirkan salah satu anak kembarnya yang entah di mana keberadaannya sekarang. Dan malam ini dia akan memberikan kejutan kepada kedua orangtuanya, dengan membawa kembali anak yang telah hilang tiga puluh lima tahun yang lalu.“Kayden! Kamu baru pulang?” tiba-tiba terdengar suara laki-laki dari arah lain. Dan terdengar langkah yang semakin lama semakin terdengar jelas m
Bunyi alarm dari telepon genggam Devan berbunyi nyaring, membangunkan dia dari tidurnya. Dilihatnya jam di dinding kamar itu menunjukkan pukul enam pagi. Menurut ayahnya, kamar itu merupakan kamarnya yang memang disiapkan oleh ibunya sejak lama. Ibunya berkeyakinan kalau Keenan akan datang suatu saat nanti, karena itu ibunya meminta asisten rumah tangga selalu membersihkan kamar itu. Ibunya berharap kalau suatu saat Keenan datang, dia bisa tidur di kamar yang sudah disiapkan.Devan menatap langit-langit kamar yang terkesan maskulin dengan kombinasi warna hitam, putih dan coklat. Menurut ayahnya, yang merancang kamar ini adalah ibunya. Devan tersenyum memandang kamar yang dia tempati saat ini. Dia mengacungkan jempol untuk ibunya yang merancang kamar ini dengan baik, sehingga kamar ini terlihat sangat nyaman. Ibunya merancang kamar itu dengan mengaplikasikan satu dinding di belakang headboard dengan warna hitam. Sedangkan dinding lainnya berwarna putih. Sementara itu lantai dan langit-
Runi saat ini tengah memasak makanan spesial untuk mereka nikmati berempat. Hari ini dia selalu menyunggingkan senyumnya karena hatinya begitu bahagia. Putra tercintanya telah kembali setelah hilang saat usianya baru dua hari. Dia juga senang telah mengatur jadwal pemotretan untuk mereka berempat. Foto keluarga lengkap dengan dua anak mereka.Sedangkan para pria kini tengah bercengkrama di ruang keluarga. Mereka bertukar cerita tentang segala hal, termasuk soal wanita yang ingin Kayden ketahui. Mengenai hubungan Devan dan Nadya."Keenan sudah punya kekasih lho, Pa. Cantik sekali orangnya." Kayden mulai menyinggung tentang wanita yang dimiliki oleh Devan."Oh ya. Kenalkan dong sama Papa dan Mama, Keenan." Rama tersenyum lebar saat mengetahui putranya itu sudah memiliki kekasih. Berbeda dengan Kayden yang masih ingin sendiri apabila ditanya."Iya nanti, Pa. Setelah ini aku akan memperkenalkan tunanganku pada Papa dan Mama," sahut Devan mantap."Sudah tunangan? Kapan rencana nikahnya?" t
Kayden mengerutkan keningnya mencoba mengingat siapa saja orang yang membencinya selama ini. Tapi, kemudian dia menggelengkan kepalanya. Selama ini, orang-orang yang menjalin hubungan dengannya, baik itu hubungan bisnis atau pribadi, tidak pernah ada masalah. Dia selalu menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya. Sehingga rasanya kecil kemungkinan kalau ada temannya yang membenci dirinya. Namun, tidak demikian halnya mengenai hubungannya dengan wanita yang pernah singgah di hatinya. Ada dua nama wanita yang pernah ada di hati Kayden. Dua-duanya telah membuat dia kecewa. Hal itu membuat dia enggan untuk kembali menjalin hubungan asmara. Walaupun ibunya sering meminta dia untuk cepat mencari pendamping hidup, namun tetap tidak dia gubris. Sehingga sampai detik ini, dia tetap menjomblo.“Sepertinya aku nggak punya musuh. Aku mencoba mengingat-ingat, tapi tidak menemukan orang yang secara terang-terangan membenciku. Tidak tahu juga kalau memang ada orang yang diam-diam membenci aku
“Kamu nggak menginap saja, Dev. Sudah malam ini, dan bahaya juga kalau mengemudi di malam hari,” ucap Satria mengingatkan.“Tapi, besok pagi aku harus kerja, Yah! Kalau menginap takutnya besok malah kesiangan karena terkena macet. Bandung kan sama saja dengan Jakarta suka macet juga,” ucap Devan.“Ya sudah kalau begitu. Kamu hati-hati di jalan, ya. Jangan ngebut!” pesan Satria.Devan menganggukkan kepalanya dan mencium punggung tangan kedua orangtua angkatnya, saat dia berpamitan untuk kembali ke Jakarta.“Hati-hati di jalan ya, Nak,” ucap Nani, lalu mencium pipi kiri dan kanan Devan sebelum dia melepas kepergian anak angkatnya itu.“Iya, Bu. Ibu juga jaga kesehatan! Kalau sudah letih jangan dipaksakan untuk menyulam!” ucap Devan yang diangguki oleh Nani. Devan kemudian membalas mencium pipi kiri dan kanan ibu angkatnya. Kemudian setelah itu, dia beralih memeluk ayah angkatnya dengan erat. Lalu dia melangkah ke arah mobilnya, dan mengemudikan mobilnya meninggalkan halaman rumah orang
Pagi harinya, Devan mendapati Nadya sudah berangkat ke kantor. Dia tersenyum kala melihat pakaiannya teronggok di sofa. Pakaian itu semalam yang dia lepaskan di kamar Nadya, sebelum Kayden menelepon dan menggagalkan rencananya.Devan paham kalau saat ini Nadya kesal padanya. Itu karena dia meninggalkan Nadya ketika menerima telepon. Hal itulah yang menyebabkan Nadya langsung menutup pintu, dan mengunci kamarnya sehingga Devan tidak bisa masuk ke kamar itu. Padahal Devan ingin melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda.Devan tersenyum ketika melihat sarapan sudah tersedia di meja makan. Dia lalu memakannya dengan lahap. Setelah selesai sarapan, dia mengirimkan pesan ke tunangannya itu.[Sayang, terima kasih untuk sarapannya. Ini enak sekali]'Tak lama, pesan Devan dibalas oleh Nadya. Devan sangat senang ketika Nadya membalas pesannya, tetapi rasa senangnya seketika hilang kala dia membaca pesan itu. Pesan yang Nadya kirimkan hanya berupa emoticon orang yang merotasi matanya. "Kamu mas
Setelah rapat pemegang saham berakhir, Devan segera pergi dari gedung perkantoran itu. Dia berniat akan menjemput Nadya, untuk dia ajak makan siang bersama.Sementara itu di kantor Nadya, gadis itu tengah sibuk memeriksa berkas ketika dering teleponnya terdengar nyaring. Nadya meraih telepon genggamnya itu. Seulas senyum terbit dari bibirnya kala nama Devan terpampang di layar telepon genggamnya. Dia segera mengangkat panggilan telepon tersebut."Halo, Mas,” sapa Nadya.“Halo, sayang. Kita makan siang bareng, yuk!” sahut Devan di seberang sana."Eum, kerjaan aku banyak, Mas," ucap Nadya.“Ya nanti dikerjain lagi setelah makan siang,” timpal Devan. Maya tidak langsung menjawab, dia berpikir sejenak. Dan akhirnya…"Ok deh. Tapi makan siangnya jangan jauh-jauh, ya. Kerjaan aku banyak," jawab Nadya akhirnya.“Nggak jauh kok. Di dekat sini saja. Sekarang aku sudah ada di lobby. Ayo, turun!” ucap Devan."Hah! Sudah di lobby?"Nadya lalu menutup panggilan teleponnya dan berjalan tergesa-ges