Share

5. Dijodohkan?

Author: Ervin Warda
last update Last Updated: 2021-07-14 15:34:10

Pagi hari, Almera beserta kedua orang tuanya sedang menikmati sarapan pagi dengan tenang. Mereka makan begitu santai, tidak seperti pagi-pagi sebelumnya yang selalu terkejar oleh waktu.

"Al, hari ini ada rencana mau kemana?" tanya Ayah Grisham yang sudah menyelesaikan makannya.

"Enggak ada rencana, Yah." Almera menatap Ayahnya heran, tumben sekali.

"Sebentar lagi kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu yuk," ajak Bunda Tina.

Almera menatap Ayah dan Bundanya bergantian. Kenapa sikap kedua orang tuanya berbeda, perasaannya mendadak tidak enak. Ada semut dibalik gula nih, batin Almera.

"Enggak, Al ada urusan," tolak Almera. Kebetulan sekali dia harus menyelesaikan urusannya dengan bapak menyebalkan itu, jadi bisa dibuat alasan.

"Kita ngobrol-ngobrol dulu aja yuk. Bunda sudah buatkan kue coklat kesukaan kamu loh," bujuk Bunda Tina dengan wajah memelas.

Almera semakin merasa curiga. Tidak salah lagi, pasti mereka menginginkan sesuatu darinya. Sama seperti dia kecil dulu, Bundanya membelikan dia banyak kue coklat yang ternyata sogokan agar dia mau menginap di rumah kakek neneknya. Sedangkan kedua orang tuanya akan berlibur ke luar negeri.

"Bunda, ada apa? Langsung to the point aja," ucap Almera.

"Di ruang tamu aja yuk, biar Ayah yang menjelaskan," sahut Ayah Grisham yang berjalan terlebih dahulu.

"Ada apa?" tanya Almera langsung setelah mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang tamu.

"Kamu akan kami jodohkan," jawab Ayah Grisham.

Hidup Almera seakan berhenti. Dia kira perjodohan itu hanya ada di jaman dulu, jaman Siti Nurbaya. Namun, apalah daya dirinya yang hidup di jaman modern ini harus merasakan yang namanya perjodohan, seperti orang tidak laku saja.

"Ayah bercanda 'kan?" tanya Almera yang dijawab gelengan kepala oleh Ayah Grisham. Pupus sudah, padahal dia berharap Ayahnya menjawab iya, ini cuma prank.

Almera menatap tidak percaya kedua orang tuanya. Kenapa mereka menjodohkan dia? Dia ini cantik, masih banyak yang mau dengannya tanpa harus dijodohkan.

"Al enggak mau," tolak Almera.

"Apa kamu tidak ingin melihat kami bahagia, Nak?" sahut Bunda Tina dengan memasang wajah sedihnya.

Almera menghela napas, dia benci kalimat itu. Kalimat andalan orang tua jika anaknya tidak mau menuruti keinginannya. Dia juga ingin membahagiakan orang tuanya. Tetapi, apa harus dengan cara seperti ini?

"Nak," panggil Grisham - Ayah Almera menatap penuh harap ke arah dirinya.

Kenapa takdir menempatkan dirinya di situasi seperti ini?  Ini tidak adil baginya. Berusaha menolak pun mereka akan semakin gencar memojokkannya. Almera tidak habis pikir dengan orang tuanya, jika ingin menjodohkan seharusnya meminta pendapat bukan memaksanya seperti ini.

Ternyata seperti ini rasanya dijodohkan, memuakkan sekali.

Dirinya jadi berpikir bagaimana dengan remaja diluar sana yang juga dijodohkan? Mereka pasti tertekan.

"Nak, lelaki yang akan dijodohkan dengan kamu itu anak teman Ayah," ucap Grisham.

Di dalam hati Almera tidak berhenti menggerutu. Kenapa Ayahnya masih melanjutkan pembicaraan ini? Apa mereka tidak tahu bahwa dia tidak suka dengan pembahasan ini. Mimpi apa dia semalam sampai harus mengalami hal seperti ini. Ternyata kesialannya belum juga berakhir, bahkan ini lebih parah dari yang menimpanya kemarin.

"Kenapa enggak kakak aja yang dijodohkan?" tanya Almera. Sebenarnya Almera memiliki satu kakak perempuan bernama Vika. Kak Vika sudah menikah dan sekarang menetap di rumah suaminya, Bandung.

"Kakak kamu 'kan sudah menikah, Al," jawab Bunda Tina.

"Enggak papa dong, Bun. Nikah lagi aja." Almera sengaja untuk mengalihkan pembicaraan. Semoga saja orang tuanya mengikuti alur yang dia mainkan.

"Daripada kakak kamu yang nikah dua kali, lebih baik kamu aja. Nikah hanya sekali, Al." Almera ter-skakmat oleh ucapan Ayahnya sendiri. Niat hati ingin mengalihkan pembicaraan, justru dia terjebak oleh ucapannya sendiri.

"Sayang," panggil Bunda Tina.

Almera mendengkus sebal, lebih baik tadi dirinya langsung kabur saja daripada mendengarkan berita ini. Tanpa berkata apa pun Almera berjalan meninggalkan kedua orang tuanya. Masa bodoh jika dibilang tidak sopan. Memikirkan ucapan orang tuanya membuat kepala dia terasa ingin pecah, apalagi dia belum menyelesaikan urusannya dengan si bapak kemarin, komplit sekali.

"Masa gue yang cantik gini mau dijodohkan. Gue masih laku kali, masih mampu untuk mencari jodoh sendiri," gerutu Almera seraya memasuki mobilnya.

Almera menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. "Gue mau kemana ya?"

Almera yang mengingat sesuatu langsung mengarahkan mobilnya ke perusahaan Kinsey Company. Perusahaan terkenal yang dipimpin oleh seorang Leonvi Romeo Kinsey, anak tunggal dari pasangan Edward Armando Kinsey dan Laiqa Shatiera. Almera berencana untuk menyelesaikan urusannya dengan bapak itu, supaya dia tidak merasa memiliki hutang.

Setelah sampai di depan gedung perusahaan, Almera tetap berdiam di dalam mobil memperhatikan karyawan yang berlalu lalang. Perusahaan ini besar, tidak jauh berbeda dengan perusahaan milik ayahnya. Saat akan turun, Almera memperhatikan pakaiannya terlebih dahulu.

"Mau pakai baju apa pun gue tetap cantik kok," gumam Almera penuh percaya diri saat tahu bahwa dia hanya memakai kaos oblong dengan jeans hitam panjang.

"Lagian gue kesini cuma menyelesaikan urusan, bukan mau melamar kerja," lanjutnya. Saat memasuki gedung, Almera menjadi pusat perhatian karyawan disana. Semua mata memandang Almera takjub sekaligus bingung. Memang benar adanya, walaupun hanya memakai pakaian sederhana Almera terlihat cantik, begitu natural. Tetapi, ada pula yang memandang Almera sinis, terlihat tidak suka dengan kedatangan Almera yang menjadi titik fokus semua orang.

"Mbak," panggil Almera kepada resepsionis yang sibuk berkaca. Di dalam hati, Almera bergidik ngeri. Kenapa karyawan wanita di perusahaan ini tidak ada yang benar? Semua pakaiannya sangat ketat hingga membentuk lekuk tubuh mereka, apalagi wajah mereka yang penuh dengan riasan.

"Mbak," panggil Almera sekali lagi.

"Ada apa?" tanya resepsionis yang bernama Chili dengan nada tidak suka.

"Ruangan bapak Romeo dimana ya?" tanya Almera ramah.

"Ngapain lo tanya ruangan bos gue? Lagian bos gue lebih suka yang dewasa daripada bocah kaya lo," ketus Chili.

"Maksudnya apa ya, Mbak?" tanya Almera berusaha sabar. Bukannya tidak tahu apa yang dimaksud resepsionis itu, Almera hanya ingin memastikan apakah pemikirannya benar atau tidak.

"Lo pasti mau ngejalang 'kan?" tuduh Chili dengan beraninya.

"Saya ngejalang? Memang wajah saya terlihat seperti orang yang haus belaian ya, Mbak?" tanya Almera dengan tangan yang bersedekap.

"Iya, pasti lo diajari sama nyokap lo 'kan? Cih, dasar keluarga penggoda." Dengan wajah yang menantang Chili berjalan mendekati Almera. Banyak karyawan yang menyaksikan pertengkaran keduanya, tetapi mereka tidak bisa melerai. Mereka juga tidak tahu siapa sebenarnya Almera dan ada urusan apa kesini.

"Stop! Anda boleh hina saya, tetapi jangan pernah anda hina keluarga saya. Anda tahu apa soal kehidupan saya? Anda bilang saya ngejalang? Coba anda lihat dari pakaian saya, apakah ada tanda-tanda dari seorang jalang? Mungkin yang pantas disebut jalang itu anda, pakaian anda sangat mencetak lekuk tubuh. Saya yakin, jika anda mengetahui siapa saya, anda akan bertekuk lutut saat itu juga," sembur Almera dengan napas yang tidak beraturan karena emosi. Dia paling tidak suka jika ada yang menghina keluarganya. It's oke jika mau menghina dirinya, dia akan menerima dengan senang hati, tetapi jika sudah menyangkut keluarga, dia tidak akan tinggal diam.

"Ada apa ini?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takdir Ikatan Suci   85. Pertanyaan Mematikan

    Di sebuah ruangan berwarna abu-abu, terdapat seorang pria yang berdiri di dekat jendela. Romeo, pria yang dulunya bertubuh kekar kini semakin kurus. Rambut-rambut halus mulai tumbuh di sekitar dagunya. Bahkan kumisnya sudah tebal seperti bapak-bapak yang ada di warung kopi. Dengan tangan yang berada di saku celana, Romeo menatap kosong langit malam yang penuh bintang. Sudah pukul sepuluh malam, tetapi matanya enggan terpejam. Padahal besok pagi ada rapat penting. Ingatannya kembali berputar pada kejadian beberapa bulan lalu. Di saat Almera masih di sini dan dia melukainya seenak hati. Perasaan bencinya kepada Almera telah melebur menjadi penyesalan. Penyesalan yang sangat dalam. "Bahkan sampai saat ini pun saya belum bisa nemuin kamu," ujar Romeo tersenyum kecut. Hidup memang selalu berputar. Jika dulu nama Almera tidak pernah ada di pikirannya, maka sekarang tiada hari tanpa memikirkan perempuan itu. Semakin memikirkan maka semakin dalam dan besar pu

  • Takdir Ikatan Suci   84. Ayo Pacaran!

    "Wid, Widya," panggil Almera mengetuk pintu kamar Widya. Ketukan yang awalnya pelan semakin keras dan cepat saat tidak mendapat sahutan dari sahabatnya. "Widya! Widya!" teriak Almera tidak sabaran. Sedangkan di dalam kamar, Widya yang sedang tidur siang pun mulai terusik. Mengubah posisi tidurnya menjadi miring lalu menutup telinganya dengan bantal. Merasa tidak berguna, Widya melempar bantalnya asal dan kembali terlentang. Selanjutnya, dia menendang selimut lalu bangkit dengan mata yang memerah. Antara mengantuk dan marah. Widya membuka pintu kasar. "Apaan sih? Lo ganggu tidur gue tau nggak!" Bukannya merasa takut atau bersalah, Almera justru cengengesan tidak jelas. "Wid, jalan-jalan yuk!" ajak Almera antusias. Dengan gerakan malas, Widya menoleh ke dalam kamarnya, melihat jam yang menunjukkan pukul satu siang. Seketika matanya melotot. "Lo gila? Siang-siang gini lo ngajak gue jalan? Please deh, Al, lo jangan aneh-aneh. Ini panas ban

  • Takdir Ikatan Suci   83. Mangga Muda

    "Bagaimana?" tanya Romeo kepada Rizky yang berdiri di depannya. Saat ini keduanya berada di ruangan Romeo.Rizky mengernyit tidak paham. Ini Bosnya bertanya tentang apa sih? "Maaf, Pak, maksudnya apa ya?""Bagaimana kabar pencarian Almera? Apa sudah menemukan jejak?" tanya Romeo memperjelas, membuat bibir Rizky membentuk bulatan kecil seraya mengangguk pelan."Maaf, Pak. Belum ada," jawab Rizky menatap Romeo sendu. "Terakhir kali mereka berdua berada di rumah Widya."Romeo menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Punggung tegapnya dia sandarkan pada sandaran kursi. Perlahan matanya terpejam dengan tangan kanan yang memijat pelan pelipisnya. Kepalanya semakin sakit, begitu pula dengan rasa bersalah dan juga gelisah.Kapan dia bisa bertemu Almera? Harus berapa lama lagi dia menunggu kabar tentang keberadaan sang istri? Atau mungkin selamanya dia t

  • Takdir Ikatan Suci   82. Pelukan Kerinduan

    Hal yang paling membahagiakan bagi para orang tua adalah dengan kehadiran anggota keluarga baru. Apalagi seorang bayi mungil yang menggemaskan. Meskipun tidak ada hubungan darah, tetapi orang tua Widya begitu antusias saat mendengar kabar tentang kehamilan Almera. Mereka yang awalnya sedang perjalanan bisnis di Bandung langsung terbang ke Bali. Selama perjalanan, senyum Vania dan Efendi - orang tua Widya tidak luntur satu detik pun. Perasaan mereka benar-benar bahagia. Brak! Suara pintu yang dibuka kencang sukses membuat Almera yang sedang menonton kartun terlonjak kaget. Belum sempat melihat siapa pelakunya, Almera kembali dikejutkan dengan sebuah pelukan yang sangat erat. Sampai membuat badannya sedikit terhuyung. Tidak jauh berbeda dengan Almera, Widya dan Nenek Mia yang berada di dapur pun juga terkejut. Keduanya saling pandang lalu berjalan tergopoh-gopoh menuju tempat Almera dengan perasaan panik. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada ibu h

  • Takdir Ikatan Suci   81. Kita Saling Menguatkan

    "Nek, Widya mana?" tanya Almera kepada Nenek Mia yang sedang menata makanan di meja.Mendengar suara seseorang yang semalam membuatnya khawatir, lantas Nenek Mia menghentikan kegiatannya dan mendongak. Terlihat Almera yang memakai dress berwarna abu-abu selutut berdiri empat langkah di depannya."Kamu sudah bangun, Nak? Ayo makan dulu!" ajak Nenek Mia tanpa menjawab pertanyaan Almera. Kakinya bergerak gesit menghampiri Almera dan menuntunnya duduk. Senyumnya pun merekah bahagia.Semua rasa khawatir yang dia rasakan semalam langsung sirna.Almera duduk dengan wajah bingungnya. "Nenek, Widya mana?""Oh itu Widya lagi di toko," jawab Nenek Mia santai yang mendapat tatapan penuh binar dari Almera."Almera mau ke sana! Ayo, Nek! Al udah dari kemarin-kemarin pingin ke toko roti punya Nenek." Almera menatap antusias Nenek Mia yang hendak meng

  • Takdir Ikatan Suci   80. Tidak Bisa Menerima

    "Inget ya, Al, lo nggak boleh makan sembarangan. Harus banyak istirahat. Nggak boleh banyak pikiran," ucap Widya seraya menuntun Almera menaiki tangga menuju kamarnya. Sejak Almera sadar dan diperiksa bahwa sahabatnya itu hamil, Widya tidak berhenti mengeluarkan petuah-petuah dengan kalimat yang sama secara berulang. Terutama nenek Mia yang sangat antusias hingga langsung membuat kue untuk dibagikan ke tetangga. Sedangkan sang empu justru menutup mulut rapat-rapat dengan pandangan kosong. Pikiran dan perasaannya menjadi campur aduk. Meskipun sudah menikah dan menginginkan malaikat kecil hadir di rumah tangganya, tetapi tidak cara seperti ini. Calon anaknya hadir karena paksaan yang Romeo kira bahwa dirinya adalah Citra, kekasihnya. Bukan atas dasar saling mau dengan balutan cinta yang menggebu. Ada rasa terkejut, sedih, marah dan senang di hati Almera. Kenapa anak ini hadir di saat dirinya masih dibaluti rasa takut dan pergi dari Romeo? Bagaimana cara dia men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status