Share

6. Emosi

"Ada apa ini?" Suara bariton membelah kerumunan. 

Almera menoleh. Dia kenal dengan seseorang itu. "Kak, lo kerja disini?" tanya Almera.

Semua yang menyaksikan menjadi terkejut, terutama Chili. Dia sudah ketar-ketir takut jika Almera melaporkan perbuatannya.

"Iya, Dek. Kenapa?" tanya seseorang mengelus rambut Almera. Dia adalah Rizky Putra Rimata - kekasih Widya. Mereka sudah menjalin hubungan hampir satu tahun. Bahkan Rizky sudah menganggap Almera seperti adiknya sendiri.

"Sebagai apa?" tanya Almera penasaran. Siapa tahu dengan jabatan Kak Rizky bisa membantu dia menyelesaikan urusannya dengan Chili. Bukannya dia tidak mampu mengatasi sendiri, tetapi dia kesini ingin menemui bapak Romeo. Jika dia meladeni, bisa panjang urusannya dan itu akan menghambat urusan dia.

"Sekertaris ceo," jawab Rizky.

Almera mengangguk mengerti, boleh juga. Almera melihat ke arah Chili yang wajahnya sudah pucat pasi. Di dalam hati Almera tersenyum miring, cuma seperti ini saja sudah membuat Chili ketakutan. Apalagi jika dia tahu dirinya dari keluarga mana.

"Kak, gue kesini mau ketemu pak Romeo. Gue sudah ada janji sama dia," ucap Almera memberi tahu.

"Kenapa enggak langsung ke atas aja?" tanya Rizky bingung.

Almera mendengkus kesal. Kenapa Kak Rizky lemot disaat yang tidak tepat sih! Harusnya Kak Rizky sadar dong, kalau dia sedang beradu cekcok disini yang berarti ada masalah.

"Resepsionis itu enggak memberi tahu gue dimana ruangan pak Romeo dan dia bilang bahwa gue pasti mau ngejalang," jelas Almera dengan tangan yang menunjuk Chili. Biarkan saja tidak sopan karena menunjuk orang yang lebih tua darinya. Dia kesal dengan ucapan dan perilaku Chili. Dirinya selalu diajari untuk bersikap sopan kepada siapa pun kecuali orang yang sudah menginjak-injak harga diri. Apa pun yang menyangkut keluarga, dia siap maju yang paling depan. Bagi dia keluarga adalah napas dan kehidupannya.

"Benar itu Chili?" tanya Rizky dengan tangan terkepal. Dia tidak terima jika seseorang yang sudah dia anggap adiknya dibilang sebagai jalang.

"Tidak, Pak. Dia yang memulai terlebih dahulu," kilah Chili dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin.

"Kamu pikir saya percaya? Ini bukan yang pertama kalinya kamu bertengkar dengan tamu, kamu pikir kamu siapa?" geram Rizky saat melihat wajah Chili yang sok tersakiti.

"Setelah ini silahkan ke ruangan pak Romeo dan asal kalian semua tahu, dia adalah adik saya," ucap Rizky yang merangkul pundak Almera.

Mereka semua langsung bisik-bisik. Tidak menyangka bahwa perempuan cantik itu adalah adik dari atasan mereka. Sedangkan Chili sudah bergetar ketakutan. Bagaimana jika dia dipecat? Baru kali ini dia menyesali perbuatannya, biasanya meskipun bertengkar dengan tamu dia akan merasa senang, berbeda dengan sekarang yang membuatnya menyesal. Andai dia tadi tidak bilang bahwa keluarga Almera penggoda, semuanya tidak akan seperti ini. Andai dan hanya bisa berandai.

Rizky menuntun Almera keluar dari kerumunan. Setelah tidak ada yang melihat, Almera segera menepis tangan Rizky yang masih setia bertengger di bahunya. 

"Kenapa, Dek?" tanya Rizky.

"Risih gue," ketus Almera.

"Enggak usah rangkul. Sekarang cepat tunjukan dimana ruangan pak Romeo itu," lanjut Almera yang sudah merasa kesal. Dia ingin segera pulang, emosinya sedang tidak stabil akibat perkataan Chili tadi.

"Iya, ayo."

Mereka memasuki lift untuk sampai di lantai 32, tempat ruangan Romeo berada. Lantai paling atas gedung ini.

"Nah ini, lo masuk aja," ucap Rizky menunjuk pintu yang berwarna coklat.

Almera mengangguk dan langsung masuk tanpa mengucap salam. 

"Apa kamu tidak punya tangan untuk mengetuk pintu?" tanya Romeo yang masih fokus ke layar laptopnya.

"Keluar." Almera terperanjat kaget saat dengan tiba-tiba Romeo meninggikan suaranya. Suara datar dan dingin itu mengingatkan Almera pada kejadian kemarin. Rasa takut itu masih ada, tetapi masih lebih dominan rasa kesal. Apalagi saat mengingat perkataan Romeo yang mengatainya mirip papan.

"Kel-"

Perkataan Romeo terhenti saat mendongak dan melihat Almera di hadapannya. Dia pikir tadi yang memasuki ruangannya adalah salah satu karyawannya, dia tidak menyangka jika Almera benar-benar datang kesini sesuai perintahnya kemarin.

"Kenapa?" tanya Almera menaikkan sebelah alisnya saat Romeo menatap dirinya dengan tidak berkedip.

"Kamu ngapain disini?" Romeo salah tingkah. Dia menatap Almera bukan karena terpesona melainkan tidak percaya.

"Dih, lupa? Padahal, Bapak loh yang menyuruh saya kesini," ucap Almera kesal dan mendudukkan dirinya di kursi depan meja Romeo.

"Siapa yang suruh kamu duduk?" tanya Romeo datar.

"Saya sendiri. Lagian saya capek, Pak. Sedari tadi saya sudah menunggu untuk dipersilahkan duduk, tetapi Bapak tidak peka," jawab Almera santai.

Romeo memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Menghadapi perempuan di hadapannya ini sangat menguras emosi.

"Pak, sebenarnya saya disuruh apa kesini?" tanya Almera.

Romeo mendongak, menatap Almera dengan wajah datarnya. Dia baru ingat untuk memberi pekerjaan Almera sebagai ganti pembayaran kemarin.

"Ikut saya," ucap Romeo yang bangkir dari duduknya dan berjalan keluar ruangan. Dengan langkah malas, Almera berjalan mengikuti Romeo. 

"Dadah, Kak," ucap Almera melambaikan tangannya ke arah Rizky. 

"Iya, dadah," balas Rizky yang kebingungan. Sebenarnya mereka mau kemana? Sejak kapan Almera mengenal bos sekaligus sahabat kulkasnya itu? Dia memang bersahabat dengan Romeo sejak jaman kuliah. Bagi dia, Romeo adalah pahlawannya meskipun sering membuat dia kesal. Karena disaat dia berada di titik bawah, Romeo datang mengulurkan tangannya dan mengangkat dia menjadi sekertaris hingga sekarang. 

"Pak, ini mau kemana?" tanya Almera yang sudah kesal karena terus berjalan.

"Sabar," jawab Romeo singkat.

Di belakang Romeo, Almera terus menggerutu sebal. Kenapa dia harus berurusan dengan orang seperti Romeo ini? Andai saja kemarin dia tidak ceroboh dengan memasuki mobil Romeo, semuanya tidak akan menjadi seperti ini. Lain kali dia tidak boleh meninggalkan mobilnya lagi. Sudah cukup sekali dia salah mobil, jangan sampai terulang lagi. Untung saja Romeo baik walaupun membuatnya kesal, bagaimana jadinya kalau dia salah masuk mobil dan akhirnya diculik? Oh no!

"Kamu masuk kesini," ucap Romeo menunjuk ruangan yang berpintu besi.

"Ruangan apa ini, Pak?" tanya Almera penasaran karena pintunya dalam kondisi tertutup.

"Kamu masuk aja," ucap Romeo memasukkan tangannya di saku celana.

"Enggak mau," tolak Almera mentah-mentah. Dia saja tidak tahu ini ruangan apa, masa iya langsung disuruh masuk? Bagaimana kalau di dalam sana terdapat manusia kanibal? 

"Ini sebagai pembayaran kamu kemarin," ujar Romeo yang setia dengan wajah datarnya.

"Saya bayar pakai uang saja ya, Pak. Berapa pun saya pasti bayar," sahut Almera dengan wajah memelas.

Romeo menggeleng tegas. "Tidak." Lalu, Romeo berjalan mendekati pintu untuk membuka gembok.

"Kamu masuk!" perintah Romeo.

Almera melongok kan kepalanya kedalam ruangan, untuk memastikan ruangan apa ini.

"Lama," ucap Romeo mendorong pelan punggung Almera hingga memasuki ruangan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status