Share

4. Tidak Suka Sayur

Almera terpaku pada kertas yang tertempel di kaca bagian depan mobilnya. Rasa kesal yang tadinya sudah penuh semakin meluap-luap. Dia yakin bahwa yang menulis ini adalah bapak ojek yang tadi pagi.

"Waspada, jika ada yang bertemu dengan mobil ini segeralah pergi. Jangan sampai saudara-saudara ojek saya bertemu dengan pemilik mobil ini. Karena dia kurang waras," gumam Almera membaca tulisan yang tertera.

"Dasar bapak ojek sinting," umpat Almera menyobek kertas tersebut hingga menjadi kecil-kecil. 

Dengan napas yang masih memburu Almera memasuki mobilnya. Dia ingin cepat sampai di rumah, mungkin dengan berendam akan membuat tubuh dan pikirannya lebih rileks. Sungguh, hari ini sangat menguras emosinya. Untung saja jalan siang ini lumayan lenggang, jadi dia bisa cepat sampai di rumahnya dengan selamat. Jika tidak, sudah pasti dia akan menabrak seluruh kendaraan yang menghalangi jalannya.

Almera memasuki rumah tanpa berkata apa pun. Dia terlalu malas untuk mengeluarkan suara, emosinya masih belum surut. Daripada nanti dirinya terbawa emosi dan berakhir menyakiti orang lain, lebih baik dia mendinginkan pikirannya dulu.

Tina - Bunda Almera yang sedang membaca majalah di ruang tamu dibuat bingung dengan tingkah putri bungsunya itu. Tidak biasanya dia langsung nyelonong begitu saja. Apa mungkin Almera tidak melihat dirinya yang sedang duduk disini? Daripada pusing karena memikirkan kelakuan Almera, lebih baik dirinya melanjutkan membaca majalah.

**

"Huh, segarnya," gumam Almera keluar dari kamar mandi setelah merendam sekitar 30 menit.

Almera menuruni tangga untuk menuju meja makan, perutnya sudah meronta-ronta meminta untuk diisi.

"Bun," panggil Almera.

"Apa, Al?" tanya Bunda Tina yang sibuk memotong buah.

"Al mau makan," ucap Almera.

"Mau makan sama apa? Bunda masak sayur sop, ayam goreng, sama capcay." Bunda Tina berjalan menghampiri Almera.

"Sama sop. Tetapi kuahnya aja ya, Bun," pinta Almera memelas. Dirinya sangat tidak suka dengan yang namanya sayur, rasanya tidak enak sama sekali. Terkadang dia dipaksa untuk memakan sayur dengan alasan supaya sehat dan berakhir dengan muntah, karena dirinya tidak bisa menelan sayur itu.

"Dikasih sayur sedikit ya," ucap Bunda Tina mencoba membujuk Almera.

"Al bukan kambing, Bun," sahut Almera memanyunkan bibirnya.

"Makan sayur bukan berarti kambing, Sayang. Pakai sayur ya?"

"Enggak, Al mau makan kuah sop nya aja," tolak Almera. Meskipun mau dibujuk seratus kali pun dia tidak akan mau memakan sayur-sayur itu. Lebih baik dia hanya memakan kerupuk daripada sayur. Rasanya menggelikan dan susah ditelan.

"Iya iya." Bunda Tina pasrah. Membiarkan Almera mau memakan apa saja, yang penting dia makan nasi. Sedari kecil Almera memang susah sekali dibujuk untuk memakan sayur. Melihat ada satu sayur saja dia langsung tidak mau makan, sebelum diganti dengan yang baru.

"Nih," ucap Bunda Tina menyodorkan sepiring nasi ke hadapan Almera. Karena sudah sangat lapar, Almera langsung melahap makanannya. 

"Tumben kamu makannya lahap gitu," celetuk Bunda Tina yang memperhatikan cara makan Almera.

"Kesabaran Al sedang diuji dalam sehari ini, Bun," ucap Almera setelah menelan makanan yang berada di mulutnya.

"Diuji bagaimana?" tanya Bunda Tina penasaran.

"Bentar, Al mau minum dulu." Almera mengambil minum dan menenggaknya hingga tandas.

"Bun, hari ini Al sial terus," adu Almera.

"Sial bagaimana?" tanya Bunda Tina penasaran hingga berpindah di kursi sebelah Almera, agar bisa mendengarkan cerita Almera dengan leluasa.

"Tadi Al naik ojek, Bun. Terus nabrak pos satpam," ucap Almera. Jika mengingat hal itu membuatnya kesal dan malu, kenapa dia bisa senekat itu untuk menaiki motor? Namun jika dipikir-pikir lagi dia sangat hebat, karena tanpa belajar pun dia sudah bisa menaiki motor, apalagi jika belajar. Ada gunanya juga dia bar-bar.

"Wah, tukang ojek mana itu? Kamu enggak papa 'kan?" tanya Bunda Tina melihat-lihat badan Almera.

"Al enggak papa, Bun," jawab Almera jujur. Karena memang dirinya tidak apa-apa, tanpa goresan sedikit pun.

"Kalau enggak bisa naik motor kenapa menjadi ojek sih," gerutu Bunda Tina dengan dada yang naik turun. Dia tidak terima jika putri bungsunya terjatuh, untung saja tidak ada yang terluka. Kalau ada, sudah pastikan dia akan meminta suaminya untuk menutup semua pangkalan ojek dan membeli kantor ojek online.

Almera meringis, ternyata Bundanya salah paham.

"Bunda, bukan ojeknya yang membuat Al jatuh," ucap Almera dengan nada pelan.

"Terus siapa? Wah, apa kamu ditabrak orang?" tanya Bunda Tina heboh.

Almera menggeleng. "Bukan, tetapi Al yang nabrak. Karena Al yang nyetir," ucap Almera jujur.

Bunda Tina melongo tidak percaya. Sejak kapan Almera bisa menyetir motor? Karena sedari dulu memang tidak ada yang mempunyai motor disini. Jangankan menyetir, menaiki motor saja baru Almera rasakan ketika kuliah.

"Bunda lupa kalau anak bungsu Bunda bisa copslay jadi cowok," sindir Bunda Tina melangkah ke kamarnya, meninggalkan Almera sendirian di meja makan.

"BUNDA!" teriak Almera tidak terima. Meskipun terkadang dia bar-bar, namun tidak sampai seperti cowok juga. Kenapa hari ini banyak sekali orang yang menyebalkan. Sepertinya dia harus order kesabaran, karena stok miliknya sudah hampir habis. Semoga besok tidak sial seperti hari ini. Bisa terkena struk ringan dia, sehari saja sudah membuat kepalanya berasap, apalagi setiap hari.

Almera berjalan menuju kamarnya dengan kaki yang dihentak-hentakkan. Sesekali matanya melirik ke arah kamar sang bunda, berharap bundanya itu keluar dan menenangkan dia.

Ternyata berharap itu tidak enak, terbukti dengan bundanya yang tidak kunjung keluar kamar.

Almera mencebikkan bibirnya kesal dan berjalan cepat menuju lantai dua, tempat kamarnya berada.

"Kesal, kesal, kesal," gerutu Almera menghempaskan tubuhnya di kasur.

"Apa? Mau bikin gue kesal juga?" tanya Almera pada boneka Panda yang berada di ujung ranjangnya.

"Kok lo enggak jawab sih." Almera bangkit dan mengambil boneka itu.

"Sini, gue cekik lo." Dengan gregetan Almera mencekik leher boneka panda nya. Anggap saja dia sedang menyalurkan emosi, karena jika dipendam tidak baik untuk kesehatan. Dia tidak mau menanggung resiko dengan memendam emosi. Masa iya masih muda sudah darah tinggi.

Almera menghentikan aktivitasnya kala mengingat sesuatu. Dengan cepat Almera melompat dari tempat tidur dan mencari keberadaan tasnya. 

"Tenang dulu Almera, kalau grasak-grusuk itu tas enggak akan ketemu," gumam Almera mencoba tenang. Memang benar, jika kita mencari sesuatu dengan cara yang terburu-buru tidak akan ketemu, walaupun benda yang kita cari ada di depan mata. Setelah merasa tenang Almera mencari keberadaan tasnya lagi dan ternyata berada di nakas samping tempat tidur. Nah, 'kan. Padahal tadi dirinya sudah mencari kesini, namun tidak kelihatan karena mencarinya dalam keadaan tidak tenang. 

"Huh, besok gue harus ke kantor bapak itu lagi," keluh Almera setelah membaca sebuah kartu nama.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status