Share

Bab 5 - PERJANJIAN I

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-30 03:09:07

William kembali menatap Marsha yang tengah mengalihkan pandangannya, jika di lihat-lihat memang Marsha adalah gadis yang sangat cantik. Itulah yang di pikir oleh William, Tapi tetap saja, William tidak pernah memiliki pasangan seorang gadis kecil seperti Marsha.

"Jadi kau ini tidak suka dengan perjodohan ini?" tanya William kembali.

"Tentu, jika aku bisa melarikan diri dan menghindar dari perjodohan ini. Percaya lah aku akan melakukannya," jawab Marsha.

William menyeringai. "Good, kalau begitu kita buat kesepakatan."

"Kesepakatan?" Marsha mengerutkan dahinya. Dia sedikit bingung dengan ucapan William.

"Ya, kesepakatan. Kita akan tetap menikah. Dan berpura-pura kita menerima perjodohan ini, aku akan membuat perjanjian besok untuk kita. Besok pagi kau ke kantor ku. Aku akan memberikan surat perjanjian itu pada mu," jelas William.

Mendengar ucapan William membuat Marsha tersenyum. "Setuju! tentu aku menyetujuinya!"

"Allright, sekarang berikan nomor ponsel mu." William menyerakan ponsel miliknya. Marsha langsung menerima ponsel milik William.

"Aku sudah missed call nomorku dari ponselmu." Marsha menyerahkan ponsel milik William.

"Aku akan mengirimkan alamat kantor ku, sekarang lebih baik kita masuk," balas William.

Marsha mengangguk setuju, kemudian dia berjalan masuk ke dalam mengikuti William. Sejak tadi Marsha tidak berheti tersenyum senang, karena itu artinya meski dirinya sudah menikah tapi dia tetap bebas.

Veronica menatap William dan Marsha masuk ke dalam dan menatap mereka dengan tatapan lembut. "Kalian sudah selesai bicara?"

William mengangguk singkat. "Ya."

Veronica tersenyum. "Marsha sayang, kau sering datang ke sini ya."

"Ya bibi.. aku akan mengusahakan untuk datang," balas Marsha dengan senyuman hangat di wajahnya.

"Baiklah, Lukas kami harus pulang," pamit Mario.

Lukas mengangguk. "Ya, hati-hati. Kau seringlah main ke sini. Kita sudah lama tidak bertemu."

Mario menepuk bahu Lukas. "Sebentar lagi anak-anak kita akan menikah. Kita akan sering bertemu."

"Kau benar," balas Lukas.

Setelah keluarga Marsha berpamitan, mereka langsung berjalan menuju mobil dan segera meninggalkan kediaman rumah milik Keluarga Geovan.

***

Keesokan hari, Marsha langsung bersiap menuju kantor William. Kemarin, saat Marsha sudah pulang William mengirimkan alamat kantornya pada Marsha. Marsha sudah tidak sabar untuk membahas perjanjian yang di maksud William.

Beruntunglah, hari ini Marsha tidak memilki jadwal kuliah. Jadi dia tidak perlu terburu-buru. Marsha menuju walk in closet miliknya, dia memilih mini dress berwarna kuning bermotif tanpa lengan. Dipadukan dengan sepatu flat shoes merk gucci pemberian dari ibunya,

Marsha memoles wajahnya dengan make up tipis. Kemudian, dia mengambil kunci mobil di atas meja riasnya. Dia berjalan meninggalkan kamar menuju mobil. Tidak lama kemudian, Marsha masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan mobilnya menuju perusahaan millik William.

Setelah dari kantor William, Marsha sudah mengirim pesan pada Karin untuk bertemu di caffe. Dia sudah tidak sabar menceritakan ini pada Karin. Dia memang benar-benar beruntung. Ternyata Dewi Fortuna masih memihak padanya.

Empat puluh lima menit, waktu yang di tempuh Marsha menuju kantor William. Kini mobil Marsha mulai memasuki halaman parkir perusahan milik William. Marsha turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam lobby perusahaan.

"Selamat pagi nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang receptionist ketika Marsha menghamirinya.

"Pagi, aku Marsha. Aku ingin bertemu dengan William Geovan," jawb Marsha.

"Maaf, apa nona sudah membuat janji dengan Tuan William?"

"Sudah, kemarin aku sudah membuat janji dengannya."

"Baik, kalau begitu mohon di tunggu nona."

Marsha mengangguk. Kemudian receptionist itu melakukan panggilan telepon.

"Nona, nona bisa langsung naik ke lantai 98. Di sana adalah ruangan Tuan William," ujar receptionist itu sambil menyerahkan kartu akses gedung.

"Baiklah, terima kasih. " Marsha langsung mengambil kartu akses gedung dan berjalan menuju lift.

Ting

Pintu lift terbuka, Marsha melangkah keluar dari pintu lift. Dia menatap sosok pria yang melangkah mendekat ke arahnya.

"Selamat pagi nona, saya Albert assistant dari Tuan William," sapa Albert ketika melihat Marsha keluar dari pintu lift.

"Pagi, aku Marsha Nicholas," jawab Marsha dengan lembut.

"Mari nona.. Tuan William sudah menunggu anda," kata Albert. Marsha menganguk lalu mengikuti Albert masuk ke ruang kerja William.

Marsha melangkah masuk ke ruang kerja William. Saat dia tiba di ruang kerja William, mata Marsha tidak henti menatap ruang kerja yang sangat besar dan mewah. Ruang kerja yang jauh lebih besar dari ruang kerja ayahnya.

"Aku pikir kau terlambat," tukas William dingin saat melihat Marsha melangkah masuk ke ruang kerjanya.

"Aku tidak mungkin terlambat ketika membahas penting," balas Marsha dengan santai. Lalu dia berjalan menuju sofa dan duduk di sofa itu.

William bangkit dari kursi kerjanya, dia berjalan ke arah sofa dan duduk di hadapan Marsha. "Baca ini dan pelajari dengan baik," William menyerahkan map coklat pda Marsha.

Marsha menerima map coklat itu, dan langsung membukanya. Terdapat sebuah lembar perjanjian. Dengan cepat Marsha menguarkan kertas itu dan membacanya.

Pihak Pertama : William Geovan

Pihak Kedua    : Marsha Nicholas

Pernikahan hanya berjalan tiga tahun.

Tidur harus satu kamar demi menjaga rahasia tidak terbongkar, tapi di larang untuk bersentuhan.

Pihak pertama memberikan uang bulanan dan juga menghidupi pihak kedua.

Di larang ikut campur urusan masalah pribadi masing-masing.

Pihak pertama dan pihak kedua harus terlihat bahagia dan mesra hanya di depan orang tua saja.

Pihak kedua di larang melawan pada pihak pertama.

Pihak ke dua harus menuruti permintaan pihak pertama.

Marsha menutup perjanjian itu, lalu meletakannya di atas meja. "Aku sudah membaca tapi ada dua point yang memberatkanku."

William menautkan alisnya, "Point mana yang membuat mu keberatan?"

"Point nomor enam dan nomorr tujuh. Kenapa aku harus menurutimu?" seru Marsha yang tidak terima.

"Listen to me, gadis kecil! aku yang menghidupi mu. Aku akan membayar seluruh pendidikan mu dan juga memberikan kehidupan yang baik untuk mu, Tentu kau harus menurutiku," tukas William menekankan.

Marsha berdecak kesal. "Aku akan menikah dengan mu bukan? Tentu kau yang harus menghidupiku. Jika aku masih meminta uang pada orang tuaku. Apa kata mereka?"

"Dan karena aku akan menikah denganmu dan menjadi suamimu. Aku memintamu menurut dan tidak melawanku. Jika kau melawan percayalah aku akan melempar mu!" balas William dingin.

"Terserah, bukannya aku tidak memiliki pilihan lain?" seru Marsha kesal. "Tapi ingat, kau jangan berani macam-macam dengan ku."

William tersenyum sinis. "Aku tidak tertarik pada gadis kecil."

Marsha mendengus tak suka. "Aku tidak peduli denganmu yang tidak tertarik padaku. Tapi aku ini sudah berusia 20 tahun."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 528 – TA S2 - Ending Scene (TAMAT)

    Beberapa bulan kemudian... Tokyo, Japan... "Selena... Miracle... Hati-hati, jangan melempar bola salju seperti itu," seru Marsha memberikan peringatan pada kedua putrinya itu, yang tengah bermain salju. "Sean, jaga kedua adikmu. Jangan sampai mereka terluka," lanjutnya yang sedikit berteriak memperingatkan putra sulungnya itu, yang juga ikut bermain salju dengan Selena dan Miracle. "Sayang, Sean akan menjaga Selena dan Miracle dengan baik. Kau tenang saja," William merengkuh bahu Marsha seraya mengecup kening Marsha. "Lihatlah, Dominic masih tertidur pulas, meski tadi suaramu kencang. Tapi dia tetap tenang," ujarnya yang kini melihat ke arah Dominic yang tengah dalam pelukan Marsha. Marsha mendesah pelan, kemudian dia menatap Dominic yang masih tertidur pulas. Beruntung, putra bungsunya itu, tidak terbangun karena mendengar suaranya yang sedikit kencang memperingati ketiga anaknya. Ya, waktu berjalan begitu cepat. Kini Dominic berusia delapan bulan. William dan Marsha, sengaja men

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 527 – TA S2 - Extra Chapter V

    Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Marsha meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi laki-lakinya. Persalinan berjalan dengan lancar. Anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. William selalu mencium Marsha selama proses persalinan. Kebahagiaan William dan Marsha kini benar-benar begitu lengkap ketika mengetahui anak keempat mereka adalah laki-laki. "Nyonya Marsha, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungkin itu ke dalam gendongan Marsha. Sesaat William menatap Marsha dengan tatapan yang begitu bahagia. Tidak pernah terpikir dalam hidup mereka, akan kembali merasakan kebahagiaan ini lagi."Dia mirip dengan Sean saat bayi," ucap William di telinga Marsha seraya memberikan banyak kecupan dipipi istrinya itu. "Terima kasih, sayang. Terima kasih telah memberikanku hadiah yang luar biasa."Marsha tersenyum dia terus mengusap lembut kepala bayi laki-lakinya itu. "Aku juga sangat bahagia, William. Melahirkan buah cinta kita adala

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 526 – TA S2 - Extra Chapter IV

    Marsha mematut cermin. Tubuhnya kini telah terbalut dress khusus wanita hamil yang membuat Marsha sangat nyaman. Ya, lagi dan lagi Marsha mengalami kenaikan berat badan cukup drastis. Berkali-kali suaminya mengatakan dirinya sangat cantik dan seksi saat hamil, namun Marsha tentu tidak akan percaya. Bagaimana tidak? Setiap kali Marsha menatap ke cermin, dia selalu melihat tubuhnya tampak begitu besar. Beruntung, kali ini adalah kehamilan yang terakhirnya. Memiliki empat anak sudah lebih dari cukup bagi Marsha. Padahal dulu, dia hanya menginginkan dua anak saja. Tapi William tidak akan pernah mau jika hanya dua anak. Bahkan hingga detik ini, William selalu meminta untuk kembali menambah anak. Marsha benar-benar tidak habis pikir dengan keinginan sang suami. "Setelah melahirkan, aku harus berolah raga. Aku tidak ingin gemuk seperti ini terus," gumam Marsha seraya mengusap perut buncitnya. "Sayang, Mommy sangat mencintaimu. Tenang saja, Mommy tidak akan menyalahkanmu karena kau membuat t

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 525 – TA S2 - Extra Chapter III

    Suara teriakan yang keras membuat Laura yang baru saja menata pajangan di rumahnya, langsung terkejut. Dengan cepat Laura mengalihkan pandangannya, menatap ke arah pintu rumahnya. Seketika Laura mengerutkan keningnya, melihat Lea yang baru saja pulang sekolah, dengan raut wajah yang marah melangkah masuk ke dalam rumah. "Ahg! Kenapa mereka itu menyebalkan sekali! Mereka menggangguku!" seru Lea dengan suara keras kala tiba di rumah. "Sayang? Kau kenapa?" Laura mendekat ke arah Lea, dia langsung mengelus lembut pipi putrinya itu. "Tidak baik, gadis cantik masuk ke dalam rumah dengan wajah yang kesal. Sekarang katakan pada Mommy ada apa dan di mana Ken? Kenapa Ken tidak pulang bersama denganmu?" Lea mendengus, dia mencebikan bibirnya. "Ken masih berada di sekolah. Ada khursus yag harus dia ikuti. Mommy, aku rasanya ingin pindah sekolah saja. Aku tidak mau bersekolah di sekolah yang sama dengan Ka Sean. Aku pusing, Mommy!" Laura menautkan alisnya menatap bingung Lea. "Kenapa, sayang?

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 524 – TA S2 - Extra Chapter II

    "Mommy..." Seorang anak perempuan berusia empat tahun berlari menghampiri Karin yang tengah memasak di dapur. Disusul dengan anak laki-laki yang juga berusia empat tahun, ikut berlari menghampiri Karin. Karin yang baru saja selesai masak, dan hendak meletakan makanan di atas meja, dia langsung mengalihkan pandangannya kala ada yang memanggilnya. Seketika senyum di bibir Karin terukir, melihat kedua anaknya tengah menghampirinya. Dengan cepat Karin langsung membuka tangannya dan memberikan pelukan hangat pada kedua anaknya itu. "Kelvin... Charlotte... Kalian sudah pulang?" Karin memberikan banyak kecupan pada kedua anaknya itu. "Ya, Mommy. Kami sudah pulang," jawab Kelvin dan Charlotte bersamaan seraya memeluk erat tubuh Karin. "Bagaimana hari kalian di sekolah? Apa kalian selalu bersama Selena dan Miracle?" tanya Karin sambil mengelus lembut pipi Kelvin dan Charlotte. Kelvin Frans Geovan dan Charlotte Frans Geovan, anak kembar dari Frans dan Karin yang berusia empat tahun ini ben

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 523 – TA S2 - Extra Chapter I

    Lima Tahun Kemudian..."Astaga, Miracle. Hentikan bermain dengan pisau! Nanti kau terluka, Miracle!" Suara Marsha berseru dengan nada yang keras, agar putri kecilnya itu menghentikan bermain dengan pisau. Vanessa Miracle William Geovan, sejak kecil William mengajarkan bela diri pada Miracle, demi melindungi dirinya sendiri. Tentu William melakukan itu semua karena Miracle tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. William selalu waspada jika suatu saat ada yang berusaha mencelakai putrinya. Namun, Miracle sangat berbeda dengan Selena, saudara kembarnya yang berambut pirang, memiliki sifat yang begitu lemah lembut. Sangat sulit bagi William, mengajarkan Selena bela diri, karena berkali-kali Selena akan selalu terluka. Itu kenapa Willliam lebih memilih menjaga Selena dengan banyak pengawal yang mengikuti putrinya itu. "Mom, aku bisa melempar pisau di papan tepat sasaran. Aku hebat, kan, Mom?" Miracle tersenyum bangga, kala pisau yang dia lempar ke papan, tepat sasaran. Kemudian, dia pun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status