Berita tentang pembunuhan yang dilakukan oleh Gilang, menjadi berita menarik dari beberapa televisi swasta. Bahkan, nama Elvira terus disebut dalam pengembangan kasus tersebut. Nama Amelia dan Ervan sebagai saudara kandung dari Elvira pun dicari oleh media elektronik. Baik Ervan dan Amelia menutup semua keterangan yang bisa diberitakan oleh media elektronik tersebut. Namun, namanya wartawan, ia akan tetap menunggu keterangan dari keluarga Elvira. Seperti saat ini, ada tiga media yang masih menunggu kehadiran Elvira terkait dengan kejahatan Zuraida dengan menahan 7 orang lelaki yang memperkosa Gempita. Di dalam rumah, Amelia yang merasa terganggu dengan keberadaan wartawan dari beberapa media menghubungi Rifai yang berada di kantornya, pada saat jam baru menunjukkan pukul 10 pagi. “Mas Fai, gimana ini? Ada beberapa media dan wartawan di depan rumah. Aku jadi nggak enak sama beberapa tetangga,” ujar Amelia dalam sambungan telepon. “Abaikan saja, lama-lama mereka juga bosan sendiri. I
Tepat di hari kesepuluh, sejak peristiwa pembunuhan atas diri Zuraida, Irwan pun berpamitan pada Larasati istrinya, yang sejak beberapa hari terus berdoa agar sang suami tidak bisa menemukan keberadaan Elvira. “Sati, keputusanku sudah fix untuk mencari wanita itu,” ucap Irwan saat mereka berada di kamar. “Lalu, kalau udah ketemu, Mas mau menikahinya?” tanya Larasati menelan salivanya dan memandang tajam pada Irwan. “Waktu itu aku berjanji sama dia untuk mengambil anaknya, kalau dia hamil. Mungkin, aku akan memberikan dia kompensasi atas kehamilannya.” Terlihat raut wajah Larasati memancarkan kebahagiaan kala Irwan mengatakan hal yang ingin ia dengar. Dalam hatinya pun bergumam, ‘Syukurlah, suamiku tidak minta untuk menikahi pelacur itu.’ “Sati, gimana menurut pendapatmu?” tanya Irwan menyelidiki raut bahagia pada wajah Larasati. “Aku setuju! Uhm, aku rasa wanita seperti itu juga tidak akan mau direpotkan untuk mengurus anak. Aku yakin, dia akan menerima tawaran itu,” ungkap Laras
Pertemuan antara Irwan dan Gilang terjadi kurang dari 5 menit. Terlihat lelaki tampan itu berdiri dan membalikkan tubuhnya ke pintu keluar tanpa berkata sepatah kata pun. Sampai akhirnya, Gilang berkata padanya. “Bos, jangan cari Elvira kalau hanya untuk mengambil anaknya,” ucap Gilang menatap punggung Irwan saat lelaki itu telah berada di pintu keluar. “Apa pedulimu?” tanya Irwan menoleh kearah Gilang. “Nikahi wanita itu bos. Setahu saya, hanya bos aja lelaki yang tidur dengannya. Tolong, sampaikan permohonan maaf saya pada Vira,” lirih ucap Gilang. Tanpa menjawab ucapan Gilang, lelaki tampan itu pun menarik gagang pintu dan keluar dari ruangan tersebut. Meninggalkan Gilang yang terduduk dengan tangan diborgol dan menangis sesenggukan kala teringat pada Elvira yang menghilang. “Udah selesai? Cepat amat.” Reza tersenyum samar pada sahabatnya yang hanya menganggukkan kepalanya dan mengajak keluar dari rumah tahanan tersebut. Lalu, mereka pun berjalan menuju tempat parkir. Kaca mat
“Za! Antar aku ke Bandara aja. Sepertinya aku balik aja. Gimana cara aku mencari seseorang di kota Jakarta yang besar ini?” tanya Irwan, saat mobil tengah kembali jalan, usai mereka santap malam. “Kamu yakin mau balik sekarang? Apa nggak minta keterangan dari Gempita adiknya Gilang? Bukannya si Vira katanya lebih dekat dengan sama Gempita?” tanya Reza menatap wajah Irwan yang masih tampak murung. “Kayaknya sih, jawabannya sama aja. Soalnya kalau aku pikir, Vira itu tipe orang yang bisa memimpin. Maklum, mungkin karena anak nomor satu jadinya terbiasa membuat keputusan sendiri. Apalagi, menyangkut aib dan beberapa nama yang harus dia jaga. Kalaupun aku harus lapor dan minta bantuan polisi, korelasinya apa? Vira kan bukan apa-apanya aku, ” ungkap Irwan setelah berpikir sepanjang pertemuannya dengan Amelia. “Iya juga sih. Keluarganya juga nggak berani lapor orang hilang. Apalagi Vira dicari polisi agar semua kejahatan muncikari itu terungkap. Ya udah sekarang aku antar ke Bandara saja,
Satu bulan pun berlalu, Elvira yang kini menetap pada sebuah Apartemen di kawasan Darmo akhirnya memutuskan untuk menghubungi Amelia pada hari minggu pagi, setelah selama sebulan full ia memantau kasus Zuraida dan kasus tersebut akhirnya pun tenggelam oleh kasus-kasus lain yang bermunculan.Namun saat ia menghubungi Amelia, berulang kali sambungan teleponnya diputus oleh Amelia. Sesaat Elvira terdiam. Lalu, dengan tersenyum kecut wanita hamil itu, bergumam pada dirinya sendiri, “Pantas aja, teleponku nggak dijawab. Aku kan, pakai nomor baru.”Elvira yang kini tubuhnya semakin berisi karena kehamilannya yang telah berjalan 5 bulan, mengirimkan pesan pada adik bungsunya, usai beberapa kali panggilan teleponnya tidak jawab. Setidaknya hal itu akan membuat adiknya akan menghubungi dirinya.[Pesan keluar Elvira : Mel, ini Kak Vira. Angkat teleponnya]Sedetik kemudian, ponsel Elvira berdering. panggilan masuk dari Amelia membuat perasaan dan hati Elvira berkecamuk. Ada rasa rindu yang t
Usai menerima telepon dari Rifai, lelaki tampan itu langsung meninggalkan meja makan tanpa meneruskan makanannya. Larasati yang mendengar suaminya berbicara tentang Elvira, hatinya terasa seperti teriris sembilu. Ia tak menduga, kalau berita tentang Elvira yang disampaikan oleh seseorang atas perintah suaminya lewat telepon membuat Irwan meninggalkan makanannya.Padahal, sejak tak ada kabar tentang Elvira selama satu bulan, kehidupan rumah tangganya yang dalam masa pemulihan usai prahara yang cukup lama, Irwan tampak berusaha memperbaiki kerenggangan hubungan mereka. Hal itu terbukti saat mereka melakukan hubungan intim, Irwan tidak menyebut nama Elvira lagi, walaupun, baru dalam satu minggu terakhir. Dan hal ini jelas akan mengganggu hubungan mereka lagi. “Mas, makannya dihabiskan,” pinta Larasati. Namun, Irwan sama sekali tidak memedulikan ucapan istrinya sedikit pun. Hingga membuat Larasati meninggalkan sarapannya mengikuti langkah Irwan menuju ruang kerjanya “Mas, ada masalah ap
Irwan yang mengetahui nama panjang dari Elvira pun, tersenyum manis dan membayangkan wanita cantik itu akan menjadi istri keduanya. Lalu, Irwan pun menghubungi kembali Bram, saudara sepupunya dengan memberikan nama panjang Elvira dan foto dari wanita cantik tersebut.“Gila cantik banget. Uhm, ngomong-ngomong namanya familiar banget. Kayaknya aku pernah denger ini nama. Model yaa?” tanya Bram yang sepintas lalu pernah membaca nama panjang Elvira pada sebuah berita.“Model? Kagaklah ... kalau model pasti dia nggak mau hamil dulu. Paling Happy Fun aja. Nama orang cantik memang cepet diingat. Sama seperti Mbak Nita, pasti orang cepet inget namanya, yaa nggak?” canda Irwan yang hatinya telah lebih tenang.“Kurang asem, kakak iparmu aja masih diincar. Untung Nita kelasnya sama kaya Sati, yang tetap setia dan menjaga kehormatan suaminya. Hahahaha...,” balas Bram memuji istrinya dan istri Irwan.“Sekarang gimana rencananya, Mas? Kira-kira berapa lama, aku bisa tau dimana Vira tinggal? Aku
Pukul setengah dua belas siang, Bram menepati janjinya ke rumah Irwan bersama Nita, istrinya. Kedatangan mereka pun disambut hangat oleh Larasati yang kemarin telah dihubungi oleh Nita. Biasanya, saat mereka akan ke rumah Irwan, Bram minta dibuatkan sayur asem dan pepes ikan tuna oleh Larasati yang dikenal dalam keluarga mereka, sangat mahir mengelola makanan.“Ayo masuk, Mbak Nita, Mas Bram...” Larasati menyambut kedatangan saudara sepupu suaminya dengan wajah bahagia.Pasangan suami istri itu pun masuk ke dalam rumah mewah tersebut. Lalu, Bram dan Nita duduk di ruang keluarga. Mereka bercengkerama satu dan lainnya dengan menceritakan perkembangan anak mereka masing-masing.Irwan yang kala itu masih dalam perjalanan dari kantor ke rumah pun menghubungi Bram lewat sambungan telepon saat mereka sedang bercengkerama di ruang keluarga.“Mas ... sorry, aku agak terlambat. Tadi aku ke kantor sebentar. Ada pekerjaan urgent yang harus aku kerjakan. Kalau Mas dan Mbak Nita mau makan sian