Share

Bab 6 : Dilema hati Elvira

Irwan memberikan isyarat pada Gilang agar pergi dari kamar itu. Lalu, lelaki penyuka sesama jenis itu pun, bangun dari lantai dan berjalan masuk ke dalam kamar. Terlihat Gilang mengambil satu setel pakaiannya dari dalam koper dan berlalu menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang berisi darah yang telah kering serta membersihkan wajahnya ke kamar mandi.

“Vira, gimana keputusan kamu?” tanya Irwan mendekati wanita cantik yang telah terlihat tenang.

“Keputusan apa lagi?! Pak Irwan mau saya kembalikan uang yang 100 juta itu? Kalau mau besok kita ke Bank.” Ketus Elvira menjawab pertanyaan lelaki tampan itu dengan menatap tajam ke arahnya.

“Vira, asal kamu tau ... sebenarnya berapa pun nilainya, aku maunya tetap pakai kamu. Aku suka wanita yang bersih, terutama bagian ternikmatmu itu,” cicit Irwan dengan lidah yang dimainkan olehnya.

Elvira yang tanpa sengaja melihat Irwan memainkan lidahnya, melempar pandangannya ke tempat lain dan beranjak dari tempat duduknya. Saat Elvira telah berjalan menuju kamarnya, tangan Irwan pun meraih tubuh wanita cantik itu dalam pelukannya.

“Vira ... kalau kamu jadi bercerai, jadilah simpananku, gimana?” tanya Irwan berbisik persis ditelinganya.

Elvira pun menatap tajam wajah lelaki tampan itu dengan wajah kesal meludahi wajah Irwan, “Cuih! Dasar brengsek!”

Irwan yang tak menyangka reaksi Elvira, menarik tubuh Elvira ke sudut dapur, memegang kedua tangan wanita itu dengan satu tangannya dan tangan lainnya memegang wajah Elvira. Kemudian, dengan kasar Irwan pun mencium bibir wanita cantik itu. Walaupun Elvira meronta berupaya melepaskan diri, namun kuatnya tubuh lelaki itu, tak mampu dilawannya.

Gilang yang keluar dari dalam kamar terlihat menyeret kopernya. Melihat Irwan tengah mencium paksa Elvira, tidak ada yang dilakukan Gilang, selain melakukan pembiaran dan tetap melangkahkan kakinya menuju pintu keluar kamar, berlalu tanpa terusik sedikit pun oleh pemandangan yang ia saksikan.

Blam!

Elvira yang mendengar pintu kamar ditutup, sudah dapat menduga kalau Gilang akan pergi begitu saja, tanpa memberikan pertolongan padanya yang dicium secara paksa oleh Irwan. Ia pun mengutuk tindakan Gilang dengan mengucapkan sumpah serapah di dalam hatinya, ‘Dasar banci! Gue sumpahin elo mati kena Aids!’

Elvira pun menyerah usai berulang kali Irwan menyesap bibirnya dan lidahnya mulai menjelajahi rongga mulut hingga menyesap lidahnya dengan kuat. Sampai akhirnya, sebagai bentuk penyerahannya, ia pun balas menyesap lidah Irwan.

Merasa Elvira membalas permainan lidahnya, tangan Irwan mulai melepas kedua tangan wanita cantik itu. Begitu juga dengan tangannya yang memegang wajah Elvira di lepasnya. Namun, kini tangan Irwan mulai menggerayangi kedua gundukan bukit menantang milik Elvira.

Masih dalam posisi memainkan lidah Elvira, tangan Irwan mulai melepas kancing kemeja Elvira. Lalu, bibir Irwan mulai beralih kebagian gundukan besar nan putih bersih dengan menyesap dan meremas pada bagian lainnya secara bergantian.

Elvira hanya memejamkan matanya dengan detak jantung yang kian berdebar kencang. Berulang kali, ia mulai menelan salivanya saat merasakan getaran pada bagian ternikmatnya dan pikirannya mulai relax dan bergumam pada dirinya sendiri.

‘Gue pikir, kalau melawan pun percuma. Gue cerita sama mama juga malah tambah beban dan buat hati di lebih sakit dari pada gue. Mau cerita sama Ulfa dan kedua adik gue juga percuma. Semua udah terjadi. Mau nggak mau gue harus jalani hidup yang gue pilih. Berdamai dengan keadaan dan menjalani semua ini dengan wajar, kalau kagak gitu, gue bisa mau masuk RSJ.’

Irwan yang mendengar desahan kecil Elvira kala ia terus menyesap, meremas kedua gundukan besarnya merasa, kalau Elvira mulai menikmati permainannya. Kemudian, ia pun membuka celana panjang dan boxer nya. Lalu, diraihnya tangan Elvira untuk memegang rudal miliknya yang kian mengeras.

“Tarik perlahan, biar tambah kencang,” pinta Irwan yang membuka resleting celana jeans Elvira dan memasukkan jemarinya pada celana dalam wanita cantik itu yang terlihat malu-malu menarik rudal Irwan.

“Punyamu udah basah,” ucap Irwan melepas sesapannya dan menatap Elvira dengan senyum samar. “Sekarang buat aku mendesah.”

“Maksudnya?” tanya Elvira sembari mengambil kemejanya yang berada di bawah kakinya.

“Lakukan oral,” pinta Irwan, merebut pakaian yang di ambil Elvira. “Jangan kamu pakai lagi. Aku ingin liat kamu dalam bentuk polos. Aku suka liat kedua gundukanmu yang masih kencang itu.

“Aku jijik lakukan hal itu. Kamu tau aku sama sekali belum pernah lakukan itu.” Elvira menolak dengan tetap berdiri di hadapan Irwan, saat lelaki itu memintanya untuk berjongkok di hadapannya.

“Ayolah ...! lama-lama kamu akan terbiasa,” bujuk Irwan.

“Aku nggak mau!” tolak Elvira kembali.

“Vira ... aku aja melakukannya padamu. Sekarang lakukan hal itu padaku. Buar aku histeris,” pinta Irwan dengan terus meminta Elvira berjongkok.

Elvira yang telah kepalang basah, akhirnya dengan terpaksa berjongkok dan mulai melihat secara nyata, bentuk rudal milik Irwan yang berwarna coklat muda. Dengan ragu-ragu Elvira mendekatkan rudal tersebut ke bibirnya. Terlihat dahinya mengerut dan saat ia mencium aromanya, Elvira pun menggelengkan kepalanya.

“Aduh! Bau sekali ... aku nggak bisa ... nggak bisa. Aku bisa muntah,” tolak Elvira kembali dengan memalingkan wajahnya dan menutup kedua bibirnya rapat-rapat.

Melihat hal itu, Irwan hanya tersenyum lebar dan berucap, “Ya sudah ... sekarang aku ingin melihat kamu bugil, dan kita akan melakukannya disini, berdiri.”

Terlihat Elvira menarik napas lega, saat Irwan memaklumi dirinya yang tak nyaman dengan aroma khas rudal lelaki yang tak pernah dilakukannya. Dalam hati Irwan pun bergumam, ‘Baiklah .. nanti malam kita lakukan perlahan-lahan wanitaku.’

Setelah itu, Irwan yang telah sangat berpengalaman pun memberikan arahan pada Elvira baik dalam posisi atau pun cara ia melakukan hentakan atau goyangan. Disana Elvira mulai merasakan yang namanya klimaks dan berulang kali tubuhnya bergetar hebat, kala Irwan yang telah berpengalaman memberikan rasa nikmat yang baru dirasakannya.

“Aku sangat puas dan punya kamu, terasa sangat nikmat sekali. Rasanya aku ingin terus melakukannya, tapi apa daya rudalku tampaknya udah lelah. Hahahhahaha,” tawa Irwan dengan menepuk-nepuk bokong Ervira.

Vira hanya terdiam. Ia masih malu untuk mendesah keras, dan ia selalu bisa mengontrol dirinya untuk tidak mengerang keras seperti Irwan.

“Vira, apa kamu puas juga?” tanya Irwan saat telah usai menyemprotkan cairan kenikmatannya ke perut Elvira.

“Ya,” jawabnya singkat.

“Hahahahahaha, kamu itu sangat pemalu sekali. Tapi aku lihat saat matamu terpejam menahan rasa nikmat. Aku harap besok atau lusa kamu sudah bisa menjerit atau mencakar aku jika mencapai klimaks. Jangan kamu tahan dengan menggigit bibirmu. Kasian, bibir seksimu itu. Ayo mandikan aku, lalu kita keluar jalan ke pantai dan cari makanan,” ajak Irwan yang menggandeng tangan Elvira berjalan menuju kamar mandi.

Dalam hati Elvira bertanya pada hatinya atas apa yang dirasa dan dilakukan bersama lelaki lain, ‘Ya ampun, sekarang gue harus gimana? Terus jalani ini atau pergi setelah tujuh hari ini?’

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
HAHAHAHA... Kak Amy(⁠っ⁠.⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)⁠っ
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Sangat sulit Kak saat kita mau balik dan cerita karena bnyk orang yang akan terluka. Makasih udh hadir ya Kak༼⁠ ⁠つ⁠ ⁠◕⁠‿⁠◕⁠ ⁠༽⁠つ
goodnovel comment avatar
amymende
memang bakat rupanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status