Tak lama kemudian, Elvira pun keluar dari kamar mandi dan Irwan yang telah menunggu di sisi tempat tidur pun tersenyum nakal memandang Elvira yang hanya membelitkan handuk pada tubuhnya. Setelah itu, Elvira mengambil celana jeans dan tshirt berwarna biru muda.
“Vira, aku udah izin sama suamimu, kalau kita akan keluar hotel untuk beli oleh-oleh,” ucap Irwan memandang ke arah Elvira tanpa berkedip.“Untuk apa izin sama dia? Mulai saat ini dia nggak punya hak apa pun pada diriku! Apalagi kamu!” tegas Elvira membelakangi Irwan kala mengancingkan kemejanya.Elvira yang telah memakai pakaian, mengambil koper dan merapikan pakaiannya yang berada di lemari kamar hotel. Melihat hal itu, Irwan yang tahu kalau Elvira akan pergi dari kamar itu pun, menghubungi Gilang atas tindakan yang akan dilakukan istrinya.“Hallo! Istrimu akan melarikan diri! Jangan bilang kamu bersekongkol dengannya! Cepat kemari!” teriak Irwan kala menghubungi Gilang.“Apa?! Baik saya ke sana. Lima menit saja saya sudah sampai. Kebetulan, saya juga sedang menuju ke sana, tolong tahan dia, sampai saya sampai, Bos!” pinta Gilang panik.Irwan kembali ke dalam kamar, tampak Elvira sedang memasukkan beberapa sepatunya ke dalam koper tanpa memerhatikan Irwan yang melihat ke arahnya. Setelah selesai mengemas koper miliknya, Elvira pun menarik koper tersebut tanpa memedulikan Irwan yang masih menatap tak percaya atas tindakan Elvira.“Jangan pergi! Sebelum suamimu datang ke kamar ini!” cegah Irwan memegang tangan Elvira. yang menarik kopernya menuju pintu keluar kamar hotel.Lalu, Elvira berupaya menepis pegangan tangan Irwan dan berucap, “Lepaskan aku! Lepas brengsek ...!”Ditariknya lengan Elvira hingga wajahnya dan wajah lelaki tampan itu hanya berjarak tiga centimeter, hawa hangat menerpa wajah Elvira saat lelaki itu berbicara dengan sangat dekat.“Dengar ...! Kalian pasti bekerja sama untuk menipuku!” Irwan menatap lekat wajah Elvira tepat di hadapannya.“Kamu pikir aku gila! Mau tidur sama lelaki yang nggak aku kenal? Hah!” sanggah Elvira penuh emosi.“Hey! Aku juga nggak kenal kamu dan aku juga nggak tau kesepakatan apa yang terjadi antara kamu dan homo itu!” ungkap Irwan atas apa yang diketahuinya tentang Gilang.“Apa?! Homo? Gilang homo?” Elvira terkejut hingga membuat kedua netranya melotot dan nyaris keluar saat mendengar apa yang dikatakan dari mulut Irwan.“Ya, homo ... dan, jangan kamu belaga nggak tau dengan keadaan lelaki yang udah menikahimu. Tolong ... jangan bersandiwara dan mau menipuku mentah-mentah! Aku hanya ingin kamu temani aku tidur selama tujuh hari. Setelah itu kamu bebas ... simpel kan?” tukas Irwan tegas, menatap wajah Elvira sangat dekat dengan lengan yang mencengkeram siku wanita itu sedemikian kuat.Gilang adalah seorang lelaki yang menyukai lelaki. Perkenalannya dengan Irwan terjadi, saat Gilang mendekati Irwan yang ia pikir sama seperti dirinya karena memiliki tubuh atletis, maskulin dan ramah. Namun, akhirnya sejak perkenalan tanpa sengaja membuat mereka sering melakukan transaksi daging mentah.Sejak saat itu, Gilang sering mencarikan wanita sesuai karakter Irwan, setiap lelaki itu ke Jakarta. Karena Irwan adalah lelaki yang suka berfantasi dan tidak puas hanya dengan seorang wanita yang sama.Jadi dalam kurun waktu dua tahun perkenalan mereka, tidak pernah sekalipun Gilang membawa wanita yang sama untuk diajak berfantasi oleh lelaki tampan nan tajir tersebut. Terlebih, kala Gilang mengetahui status Elvira yang masih perawan dan berhasil dijeratnya, maka Gilang pun menawarkannya pada Irwan.Mengetahui kebenaran dari bibir Irwan, membuat Elvira hanya mampu menelan ludah, memejamkan mata dan mengatupkan bibir serta menggelengkan kepalanya perlahan. Bersamaan dengan keterkejutannya, Gilang yang membawa satu kunci kamar hotel itu pun masuk ke dalam kamar.Melihat Gilang datang dengan penampilan perlente, Irwan pun melepas pegangan tangannya pada Elvira dan berucap tajam, “Gilang ... Ingat! Kamu sudah terima uangku tunai! Jadi jangan kalian berkelit dan bersandiwara!”Setelah itu, Irwan pun meninggalkan keduanya di ruang tamu dekat pintu keluar kamar hotel. Elvira yang melihat kedatangan Gilang pun langsung menyerang lelaki gemulai yang telah menipunya mentah-mentah dalam satu ikatan pernikahan.Dengan sangat marah atas tindakan Gilang, lelaki yang baru dua hari jadi suaminya, Elvira pun langsung menyerang lelaki itu dengan geram. seraya berteriak keras, usai tangannya di lepas oleh Irwan.“Manusia laknat! Jahanam kamu! Bangsattttt ...!”Bugh... Bugh... Bugh...Sebuah tendangan menghantam perut Gilang. Elvira membabi buta, menyerang tubuh Gilang yang akhirnya terjungkal dilantai marmer hotel tersebut.Dengan emosi tinggi, Elvira yang telah gelap mata dan kesetanan, beberapa kali melayangkan pukulannya ke wajah lelaki tampan itu nan gemulai tersebut. Irwan pun berlalu dari ruang itu menuju kamar, terlihat Irwan melirik ke arah Elvira yang tengah menendang Gilang dan melakukan pembiaran atas apa yang dilakukan Elvira.Dalam keadaan terjatuh dan bersimpuh di lantai marmer, kembali Elvira melancarkan serangannya dengan memukul, menendang Gilang secara brutal. Terlihat, Gilang hanya terdiam meringkuk memegangi perut dan sesekali memegangi kepalanya agar tak terkena tendangan Elvira.“Mati kamuuu, laknattt ...!” ucap Elvira dalam Keadaan emosi tingkat dewa.“Adduhh! Sakit ...! Stop Vira ...! Maafkan aku! Maafkan aku!” teriak Gilang saat kaki Elvira kembali menginjak-injak dirinya yang kini ada di lantai.Akhirnya darah pun keluar dari hidung dan dari robekan sudut bibir lelaki gemulai tersebut. Elvira yang selama ini tidak pernah melakukan tindakan kasar dan tidak pernah melihat darah keluar dari hidung serta dari sudut bibir Gilang pun, terkejut dan tersadar atas tindakan brutalnya.Sementara, Irwan yang meninggalkan sepasang suami-istri tersebut bertengkar di ruang tamu, masuk ke dalam kamar dan menunggu pertengkaran diantara mereka, berakhir. Kini Irwan hanya mendengar pembicaraan mereka dari dalam kamar hotel tersebut.“Apa salahku? Apa emang ini motivasi kamu menikahi aku? Hah!” teriak Elvira dengan wajah penuh kekecewaan menoleh ke arah Gilang yang masih di lantai marmer dengan baju penuh darah.“Kelak kamu akan tahu, kenapa aku lakukan ini. Aku juga nggak bisa menolak perintah yang harus aku lakukan. Tolong, lakukanlah apa yang sudah jadi takdirmu. Setelah tujuh hari menemani Pak Irwan, aku janji akan beritahu kamu masalah ini, dan kamu akan tahu mengapa aku menjualmu pada lelaki itu," ucap lirih Gilang dan mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.“Berapa uang yang kamu terima? Aku akan kembalikan pada lelaki itu!” ucap Elvira, bertanya atas hal yang telah dilakukan Gilang, suami yang baru dua hari menikahinya.Gilang yang tahu emosi dan puncak amarah Elvira telah mereda, usai menghajar dirinya pun menoleh ke arah wanita cantik itu. Kemudian ia pun berucap, “Aku terima uang itu seratus juta.”Dengan menelan ludahnya, Elvira yang telah kehilangan tenaga atas emosi dan amukannya pun berkata perlahan pada Irwan yang telah kembali ke ruang tamu dan berada diantara mereka.“Lepaskan aku ... akan aku berikan uang itu.”Lelaki tampan itu pun menatap Elvira dengan senyum tipis saat melihat sisa-sisa emosi dan kebrutalan Elvira saat menghajar Gilang hingga Irwan dapat melihat jelas darah yang mengotori kemeja lelaki gemulai itu.“Jadi gimana ...? Apa dramanya sudah selesai?” senyum tersungging di bibir Irwan.Elvira yang melihat cara Irwan tersenyum memandang Gilang. Dirinya juga beranjak dari tempat duduk dan berucap dengan sorot mata tajamnya ke arah lelaki yang telah menodainya., “Akan aku transfer sejumlah yang dia terima dari kamu! Mana nomor rekeningnya?!"“Hmmm ... Kamu tahu berapa yang harus kamu transfer kalau suamimu yang homo itu membatalkannya?” ejek Irwan tersenyum miring menatap Elvira.“Apa maksud kamu! Jangan mengambil keuntungan dari aib yang telah aku terima! Kamu sudah dengar dari lelaki terkutuk ini, kan? Kamu memberinya uang seratus juta," keluh Elvira menatap tajam dengan manik hitamnya ke arah Irwan.“Hahahhahaha ... seharusnya suamimu itu harus bertanya, apa dia bisa membantu kesulitan kamu. Sebenarnya, aku tidak ingin dirimu yang sangat nikmat itu diganti oleh uang berapa pun. Tetapi, karena suamimu telah berlaku jahat padamu, maka aku berbaik hati dengan meminta ganti rugi sebanyak 10x lipat. Gimana?” tantang Irwan seraya memegang dagu Elvira dan mencium pipinya.“Apa? Sudah gila kamu? Kalau 100 juta aku punya. Itu pun, aku minta waktu sampai esok hari, saat Bank buka. Gimana bisa aku kembalikan uang seratus juta jadi satu milyar! Itu pemerasan!” tolak Elvira menepis tangan Irwan.“Kalau kamu anggap aku memeras. Berarti kalian berdua penipu!” balas Irwan memandang ke arah bagian dada Elvira.Setelah itu tanpa disangka, Irwan berbisik ke telingga Elvira, “Bagaimana kalau aku berikan kamu 100 juta? Toh, keperawanan kamu juga sudah aku nikmati. Bukankah kamu menikmati permainanku juga?”Dengan jantung berdetak keras Elvira mengingat bagaimana ia berusaha keras melawan rasa yang diberikan lelaki tampan itu. Kini, ia bingung untuk memutuskan hal yang di hadapinya. Namun yang pasti, ia akan melakukan gugatan cerai pada Gilang.Sementara itu, Gilang masih duduk bersimpuh di lantai dengan darah yang telah berhenti dari hidungnya dan ada luka disudut bibirnya bekas pukulan Elvira. Sedangkan Erwin, masih memandang Elvira yang kembali duduk di kursi tamu, dengan pikiran nakal dan keinginan hasratnya untuk menaklukkan keangguhan wanita yang membohongi kenikmatan diantara mereka.Sudah dua bulan ini, bayi cantik yang dilahirkan oleh Larasati diasuh oleh Elvira. Sejak hari kematian Larasati, Elvira akhirnya menyusui ketiga bayi. Antara si kembar dan bayi Larasati hanya beda usia satu setengah bulan. Rasa lelah Elvira yang bersemangat untuk tetap memberikan ASI eksklusif untuk ketiga bayi tersebut selama 6 bulan, membuat Irwan merasa kasihan pada Elvira harus bangun tengah malam, hingga tubuhnya terlihat lebih kurus. Irwan selalu menemani Elvira saat mengurusi ketiga bayi mereka. Sementara Anastasia yang telah berusia 6,5 tahun sudah bisa mengurus dirinya sendiri.Tetapi, tidak seperti malam ini. Saat halilintar saling bersahutan membuat ketiga bayi menangis dan Anastasia yang biasanya sudah terbiasa tidur di kamarnya sendiri, merasa takut kala mendengar suara halilintar dengan curah hujan yang sangat besar usai perayaan tahun baru. Hingga akhirnya, Irwan pun membawa busa spring bed milik Anastasia ke kamar ketiga bayi mereka.“Gimana..., sekarang Ana udah ngga
Satu bulan kemudian, di bulan Desember saat hujan mulai kian mencurahkan intensitasnya. Irwan yang selalu datang ke rumah Elvira, tidak menampakkan batang hidungnya. Biasanya lelaki tampan itu selalu ke rumah pukul tujuh pagi. Irwan selalu sarapan di rumah itu. Dan jika matahari tidak bersembunyi dari balik awan, Irwan selalu mengajak si kembar dengan kereta dorongnya.Rutinitas yang dilakukan oleh Irwan sebelum kerja dan selalu menghabiskan waktu saat libur, membuat Elvira merasakan kesepian yang sejak kelahiran si kembar selalu di temani Irwan di pagi hari, kini wanita cantik itu sarapan seorang diri.“Ibu akan sarapan sekarang? Atau tunggu bapak?” tanya Urip salah seorang pelayan di rumah itu.Elvira memandang jam didinding. Dilihat jam telah menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah satu jam berlalu, Irwan pun belum datang ke rumahnya.Dalam hati Elvira pun berkata, ‘Ehm..., apa karena hujan, pak Irwan nggak ke rumah yaa? Padahal hari ini kan dia libur?’“Buu..., sarapan sekarang?” tanya pe
Dua minggu kemudian, berita buruk menimpa Gilang. Lelaki gemulai itu dikatakan tengah meregang nyawa. Kondisinya sedang sekarat. Karena itu, Gempita yang selama ini bolak-balik menjengguk Gilang pun berinisiatif untuk menghubungi Elvira, di hari minggu kala semua masalah Elvira selama dua minggu itu terselesaikan.“Pagi Kak Vira,” sapa Gempita pada sambungan telepon dengan suara parau.“Pagi Gempita, apa kabar? Semua baik-baik saja kan?!” tanya Vira dengan cemas. Padahal selama ini mereka selalu berkirim kabar dengan Gempita.“Kak Vira, apa bisa ke Jakarta? Kak Gilang waktunya nggak lama lagi. Kondisinya semakin melemah. Padahal Gempi udah janji mau pertemukan Kak Vira sama kak Gilang. Kakak, apa bisa tolong Gempi buat menuruti keinginan terakhir kak Gilang?” tanya Gempita dalam isak tangisnya.“Baiklah, aku akan kabari kamu sore ini. Kamu yang sabar yaa..., bisikkan ke telinga Gilang. Kalau aku sudah memaafkan dia,” pinta Elvira dan sambungan telepon mereka pun berakhir.Usai berkomu
Elvira dan Amelia menempati satu kamar hotel yang sama dengan Irwan. Hanya saja Irwan kali ini bersama Bram. Sedangkan Narto dan Harto, kakak ipar Bram telah pulang dini hari usai seluruh rangkaian pemeriksaan dan forensik atas diri almarhumah Melisa telah selesai.Di dalam kamar hotel 101 di lantai satu, Elvira telah bersiap dengan pakaian serba hitam begitu juga dengan Amelia.“Kak Vira, kemarin aku lihat pak Irwan menangis di sebelah kamar jenazah. Aku dengar dia berbicara dengan pak Bram. Katanya, ingin sekali dia memeluk Kak Vira. Tapi, kata dia suatu hal yang mustahil. Kasihan aku liatnya.”“Kasihan apa sih, Dek. Wong aku bukan istrinya ... Jelas nggak mungkin dia berani peluk aku,” jawab Elvira tersenyum simpul.“Sekarang kalau kakak ngomong udah kayak wong Suroboyo, hahahahahaha..., tapi Kak, kalau diajak nikah mau kan?” tanya Amelia sembari menyisir rambutnya.“Ogah! Aku nggak mau punya suami yang masih punya istri. Tapi, aku juga nggak mau punya suami yang ceraikan istrinya u
Acara pengajian di rumah baru Irwan Kusuma untuk menyambut kedua putra kembar keluarga itu, disambut dengan derai air mata. Irwan membawa bayi Andre dan Amelia membawa bayi Andri ke dalam rumah. Suasana di dalam rumah telah ramai oleh ibu-ibu pengajian yang ada di kompleks perumahan itu.Lalu, Nita yang mengkoordinasikan ibu-ibu pengajian, meminta pada ibu-ibu yang sudah datang mengirimkan doa untuk Elvira.“Terima kasih saya ucapkan pada Ibu-ibu semua yang telah hadir di rumah ini. Saya mohon bantuannya untuk mengirimkan doa pada Elvira Purnamasari, mama si kembar. Semoga Allah melindunginya dan bisa segera ditemukan,” pinta Nita dalam isak tangisnya.“Aamiin...,” serempak ibu-ibu pengajian itu pun menadahkan tangan dan mengusap wajahnya.Setelah itu, salah satu dari ibu-ibu yang berada di ruang keluarga yang cukup besar itu pun, memimpin doa dengan menyebutkan nama Elvira. Setelah itu, mereka pun semuanya mengaji.Saat ibu-ibu yang diundang pengajian di rumah Irwan tengah mengirimkan
Saat mobil yang membawa Elvira masuk ke dalam halaman pertokoan sesuai dengan lokasi yang diberikan oleh Wicaksono. Namun, terlihat keempat orang penculik tidak keluar dari dalam mobil. Kesempatan itu di pakai oleh Darsono untuk memberitahukan pihak berwajib terdekat pada wilayah Surabaya.“Siang menjelang sore Pak! Saya Darsono, wartawan sebuah koran kriminal. Izin ingin melaporkan kejadian yang saya lihat di sebuah Rumah Sakit. Tapi, saya nggak tau apa ini perampokan atau apa. Sebuah mini bus dengan plat nomor X000xx dari Rumah sakit menuju tol. Sekarang ini berada di sebuah ruko dekat dengan pos polisi perumahan,” lapor Darsono pada bagian kepolisian terdekat.Namun, alangkah terkejutnya saat polisi yang mendapat laporan langsung merespons dengan cepat laporan tersebut.“Terima kasih Pak Darsono, kesatuan polisi telah bersiap-siap meluncur ke lokasi. Mobil mini bus tersebut tidak merampok, tetapi mereka menculik seorang wanita yang habis melahirkan bayi kembar di rumah itu. Apa Pak