Share

2. Tak Terima

Author: Yasmin_imaji
last update Last Updated: 2023-07-31 18:15:13

"Sabar Kinara sabar ... sabar ..." Ucapku di dalam hati.

"Tadinya sih, niatnya saya cuma begitu. Eh dianya malah nolak," Bu Ratna berkata dengan menunjuk ke arah ibu.

"Eh dasar dianya aja yang terlalu berharap, sampai mempertanyakan apa alasan saya membatalkannya. Tentu saja karena saya tidak ingin punya besan seorang penjual sayur," Ucapnya dengan pongahnya.

"Dan kamu, Kinara. Mulai sekarang saya minta kamu jangan ganggu-ganggu anak saya lagi. Jangan pernah deketin dia lagi, jangan pernah pula kamu mencoba menghubungi Deva. Anak saya akan saya carikan jodoh yang lain. Yang pastinya selevel sama saya. Paham?" Tanya Bu Ratna di akhir kalimatnya.

"Jadi, hanya karena itu Bu?"

Raut wajah Bu Ratna terlihat kaget, dia melipat keningnya tajam menatapku. Sorot matanya tajam, setajam mata elang yang sedang mencari mangsa. Mungkin, jawabanku barusan tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.

"Kalau cuma itu yang Bu Ratna mau, nggak apa-apa, Bu, silahkan ibu mencari jodoh untuk Deva yang selevel dengan ibu. Karena saya juga tidak mau menjadi menantu dari seorang mertua seperti Bu Ratna. Saya tidak suka melihat Bu Ratna menganggap rendah ibu saya dan memperlakukannya dengan semena-mena. Saya tidak bisa memilih mertua yang tidak bisa menghargai orang lain". Sambung Ku kemudian.

"Apa?!" Kedua bola mata Bu Ratna melotot sempurna, seolah hendak melompat dari kedua matanya. Wajah nya menjadi merah, Semerah tomat jualan ibu. Wajah yang tadinya garang berubah menjadi kisut, sekisut terong yang tidak laku-laku.

Ya, seperti itulah wajah aslinya. Wajah yang beberapa tahun lalu memelas saat mendatangi bapak ke rumah. Wajah yang ditekuk saat memohon untuk meminjam uang kepada mendiang bapak untuk modal kampanye suaminya yang kala itu mencalonkan diri sebagai lurah.

"Kinara!" Seru ibuku sambil mendongak menatapku. Terdengar nada kekecewaan dan ketakutan dari suaranya yang sedikit bergetar saat menyerukan namaku.

"Hei wanita sombong! Siapa kamu yang bisa memilih. Sombong sekali kamu. Orang seperti kamu itu tidak berhak memilih. Yang ada orang milih kamu aja udah harusnya bersyukur. Ha ha ha," Bu Ratna kembali mengoceh karena tidak terima setelah mendengar jawaban dariku.

"Kenapa, Bu. Ibu mulai tidak terima?"

"Dasar wanita kurang ajar! Untung saja saya cepat menyadari bahwa kamu wanita yang tidak baik. Firasat seorang ibu memang tidak salah. Kamu tidak pantas bersanding dengan ,Deva anak saya. Miskin aja sombongnya selangit!" Bu Ratna menyemburkan nafas naganya padaku.

"Hah" jeritku di dalam hati. Ingin sekali aku maju dan merobek-robek mulutnya saat ini juga. Tapi melihat raut kesal di wajah ibuku membuatku jadi urung melakukannya.

Akhirnya aku meletakkan plastik yang sedari tadi kubawa. Aku maju dan turun untuk membantu ibuku memunguti sayur yang masih tercecer.

"Kinara, jangan kamu ladenin dia, Nak," ucap ibuku lirih.

"Seharusnya nggak, Bu. karena memang kita yang waras seharusnya mengalah sama orang gila. Tapi kalau gilanya sudah kelewat batas ya kita jangan cuma diam saja dong, Bu," jawabku yang sengaja dibuat keras agar Bu Ratna mendengarnya.

"Oh ... Lha wong gendeng! Berani-beraninya ngata-ngatain saya gila!"

Aku yang sudah tidak bisa menahan diri menoleh dan mendongak ke arahnya.

"Lah ibu berasa gila nggak? Kalau iya ya wajar kalau ibu masih ngomel. Kalau enggak, silahkan pergi!" jawabku, yang dibarengi sama pelototan mata ibu.

Akupun terdiam tak berani berkata apa-apa lagi saat melihat ibu marah seperti itu. Akupun hanya bisa mengerucutkan bibirku sampai bisa diikat dengan karet gelang karena menahan umpatan yang sebenarnya masih bisa keluar dari mulutku ini.

----

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Putry Mariyam
sadisme Bu Ratna. ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Takdir Yang Membawamu   94. Pulang Kampung

    94. Pulang KampungHari ini, saat Arjuna masih merebahkan diri di atas kasur di kamarnya, Nara datang dengan wajah murung dan sedikit ditekuk."Kenapa, Sayang? Apa ada sesuatu yang bikin hati istrinya Mas ini sedih? Kenapa mukanya cemberut kayak gitu?" tanya Juna saat Nara meletakkan pantatnya untuk duduk di sebelah Juna yang masih berbaring."Reni dan juga Bu Imah mau balik ke kampung besok pagi, Mas," jawab Nara dengan suara yang begitu lirih."Hmmm, nggak apa-apa, Sayang. Mereka juga pasti punya alasan sendiri kenapa mereka harus buru-buru pulang. Iya, kan? Lagipula, kita juga akan pulang kampung kok meskipun nggak bareng sama mereka. Kita juga masih bisa bertemu lagi nanti." Arjuna segera bangkit dari posisi rebahannya dan kemudian duduk sembari menatap wajah istrinya itu."Ya iya sih, Mas. Tapi ya bagaimana ya, Mas. Entah kenapa aku kalau nggak ada Reni berada ada yang kurang. Mas Juna sendiri tahu kan betapa dekatnya hubungan kami ini.""Iya, Mas tahu akan hal itu. Mas juga berd

  • Takdir Yang Membawamu   93. Tanda Merah

    Kinara merasa jika dirinya baru saja terlelap dan memejamkan mata, namun ia berusaha membuka kedua matanya yang masih terasa lengket dengan susah payah saat ia merasakan jika ada sesuatu yang menjalar menyentuh setiap permukaan kulitnya.Selimut tebal hotel cukup menghangatkan badan yang tersentuh belaian AC yang ada di dalam ruangan. Tapi entah kenapa Nara merasakan ada sesuatu yang terasa basah di kulitnya. Nara pada akhirnya memaksakan diri untuk membuka matanya lebar-lebar, ketika dirinya merasakan sesuatu yang begitu lembab dan kasar sedang menyapu kulit perutnya."Mas Juna, aah ...," ucap Nara yang terdengar seperti serupa bisikan. Dimana bisikan itu justru terdengar seperti candu bagi seorang Arjuna. Entah sudah pukul berapa saat ini, Nara sudah tak lagi sempat melirik ke arah dinding yang tertempel di dinding kamar saat Arjuna kembali mengarungi nirwana. Mereka berdua kembali mabuk kepayang berdua, menikmati indahnya bahtera asmara entah untuk yang ke berapa kalinya.Saat kees

  • Takdir Yang Membawamu   92. Malam Pertama

    Sah, Sah,Sah,Terdengar sorak sorai dari para tamu undangan yang menjadi saksi pernikahan Arjuna serta Kinara. Sorak sorai pun mengudara riuh setelah para gadis-gadis dan juga sepupu Arjuna saling bersahutan saat melihat prosesi penyematan cincin kawin di jari masing-masing."Cium ...! Cium ...! Cium ...!" teriak mereka setelahnya.Pada saat ini wajah Kinara terasa memanas. Meskipun mereka berdua sudah kerap kali melakukannya, namun tetap saja dirinya akan merasa malu jika melakukan hal tersebut di depan banyak orang seperti ini. Hingga pada akhirnya Arjuna hanya mendaratkan hidung dan juga bibirnya di kening Kinara. Gemuruh suara tepuk tangan serta siulan yang bersahut-sahutan panjang langsung terdengar memenuhi seluruh penjuru ruangan.Mereka merasakan kelegaan dan keharuan secara bersamaan. Kedua mata Nara mulai memburam dan berkabut karena dipenuhi oleh buliran-buliran hangat yang menumpuk di sepasang kelopak matanya yang begitu indah itu.Reni pun mulai maju ke depan untuk meng

  • Takdir Yang Membawamu   91. Pesta Pernikahan

    Mereka semua sudah berkumpul pada saat ini di restoran hotel tersebut. Mereka makan dalam suasana yang tenang namun tetap membahagiakan. Setelah selesai dengan acara makan malamnya, seluruh anggota keluarga tidak langsung kembali ke kamar masing-masing. Melainkan semuanya pergi ke ballroom hotel di mana acara akad dan resepsi akan diselenggarakan esok hari. Ruangan yang begitu luas itu sudah di dekor dengan seindah mungkin dengan tema yang telah dipilih oleh pihak keluarga Arjuna sebelumnya.Meskipun Nara dan Juna tidak terlibat langsung dalam setiap persiapan pesta yang akan digelar esok hari, namun Nara sudah merasa sangat puas dengan kinerja dan segala persiapan yang telah dilakukan oleh keluarga Juna. Kinara merasa jika tidak ada sesuatupun yang kurang dari seluruh persiapan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibu mertuanya, serta kedua adik iparnya.Nara mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, kemudian dirinya menatap lurus ke arah meja akad yang dilengkapi dengan empat buah kur

  • Takdir Yang Membawamu   90. Es Krim Kopi

    90. Pucuk MonasPada saat ini acara fitting pakaian sudah selesai. Setelah semuanya telah mencoba busananya masing-masing, Arjuna mengajak mereka menuju ke salah satu gerai kopi yang cukup terkenal di mall tersebut. Sebuah gerai coffee shop bernuansa coklat kayu yang terlihat begitu estetik. Di coffe shop tersebut tak hanya menjual minuman, tapi juga beberapa croissant yang beraneka rupa."Mau pesan apa, Ra?" tanya Juna pada Nara."Cuma Nara, nih?" sahut Reni."Oh, ya. Kamu mau pesan apa, Ren?" tanya Juna kemudian pada Reni."Hmm, aku ngikut Mas Juna saja, wes. Terserah Mas Juna mau pesan apa asalkan tidak beracun. Kan Mas tahu kalau aku belum kawin," seloroh Reni saat mereka sudah berada di dalam barisan antrian untuk memesan."Kamu mau coba es krim kopi nggak?" Juna bertanya pada Nara yang berdiri di hadapannya."Enak nggak?""Enak sih menurut Mas. Juwita selalu pesan itu setiap kali datang ke tempat ini," jawab Juna."Ya deh, boleh. Aku juga nggak terlalu ngerti bahasa menunya. Jad

  • Takdir Yang Membawamu   89. Pergi ke Butik

    Semua orang yang sedang berada dan berkumpul bersama di ruang keluarga Pak Hasan yang terbilang luas itu, segera memalingkan wajah mereka ke arah sumber suara. Suara itu secara tiba-tiba saja datang dan memecah ketenangan.Sementara Nara tidak terlalu menghiraukan akan hal tersebut, karena karena ia dan adik perempuan Arjuna yang bernama Juwita sedang merapikan souvenir pernikahan yang baru datang diantar tadi sore."Maya ...!" Bu Laras melirik ke arah wanita yang tadi berbicara dengan penuh arti. Ia jelas-jelas merasakan tak enak hati atas sikap adik iparnya alias adik kandung dari papanya Arjuna itu terhadap Reni dan juga ibunya."Mbak Laras tidak perlu melihatku dengan tatapan seperti itu. Aku kan hanya berbicara tentang fakta, Mbak. Memangnya kalian mau jika pesta pernikahan Arjuna rusak hanya gara-gara ada yang merusak pemandangan mata?" Balas perempuan yang ternyata bernama Maya itu dengan nada yang ketus."Mbak Reni, tolong Mbak Reni jangan ambil hati ucapan dari Tante Maya, ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status