Tujuh tahun kemudian...
"Sudah tujuh tahun, Enrique. Kau harus menceraikan istrimu! Sampai kapan Ibu dan Ayah harus menunggu kau memiliki anak!" Julia, ibu Enrique menatap Enrique tidak puas. Ia telah mentoleransi Althea selama bertahun-tahun, tapi kali ini ia sudah sangat muak.
Teman-temannya telah memiliki cucu yang usianya enam tahun atau lima tahun, tapi ia sampai detik ini ia belum juga memiliki cucu, jangankan memiliki cucu, memberitahu bahwa menantunya hamil saja ia tidak bisa.
"Bu, aku tidak akan menceraikan Althea."
Jawaban Enrique membuat Julia marah. "Apa yang sebenarnya kau lihat dari istrimu, Enrique! Ibu bisa mencarikanmu wanita yang jauh lebih cantik dan lebih muda darinya."
"Bu, aku mencintai Althea. Selain dia, tidak akan ada wanita mana pun yang akan menjadi istriku." Enrique membalas ibunya dengan tegas.
Julia tidak tahu sihir apa sebenarnya yang digunakan oleh Althea pada putranya sehingga putranya begitu tergila-gila pada Althea.
Wanita itu keluar dari ruang kerja Enrique, ia berpapasan dengan Althea yang membawakan minuman dan cemilan untuk ibunya.
"Bu."
Tatapan tajam Julia mengarah pada Althea, ia meluapkan kemarahannya pada wanita itu dengan menyiramkan teh hangat yang dibuatkan oleh Althea ke wajah Althea.
Nampan di tangan Althea terlepas hingga cemilan di atas sana terjatuh ke lantai.
"Jangan pernah memanggilku 'Bu' lagi! Aku tidak memiliki menantu menjijikan sepertimu!"
Awalnya sikap Julia terhadap Althea tidak seburuk ini, tapi setelah beberapa tahun terakhir ia mulai sangat tidak menyukai menantunya yang tidak kunjung hamil. Apapun yang dilakukan oleh Althea akan selalu salah di matanya.
Belum lagi seluruh keluarga besarnya juga tidak menyukai Althea, saudaranya dan saudara iparnya sering menggunakan Althea untuk mengejeknya. Berasal dari kelas rendah saja sudah memalukan, ditambah dengan tidak bisa memberikan keturunan, itu membuat Althea semakin buruk di mata keluarga besarnya.
"Kau adalah pembawa sial di keluarga ini! Tahu diri lah dan tinggalkan Enrique!" bengis Julia.
Enrique segera keluar setelah ia mendengar keributan di luar. Pria itu bergegas mendekati Althea.
"Apa yang Ibu lakukan pada Althea!" Enrique menatap ibunya marah. Ia melihat wajah Althea yang merah.
"Dia pantas mendapatkannya!" Julia berkata dengan kejam.
"Ibu, jika Ibu datang ke sini hanya untuk membuat keributan, maka lain kali jangan pernah datang ke sini lagi!" Enrique berkata dengan tegas pada ibunya.
Julia menjadi semakin marah. "Enrique kau bersikap kurang ajar seperti ini pada ibumu hanya karena wanita mandul ini!"
"Althea, ayo pergi ke rumah sakit." Enrique khawatir pada Althea.
"Tidak perlu, Suamiku. Aku akan ke kamar untuk membasuh wajahku dengan air dingin."
"Aku akan menemanimu."
Enrique segera menyusul Althea yang melangkah lebih dulu dari dirinya.
Julia semakin membenci Althea karena Enrique lebih memilih untuk membela Althea daripada ibunya sendiri. Julia yang melahirkan Enrique, tapi Enrique lebih sayang pada istrinya. Secepatnya, Julia pasti akan membuat Enrique menceraikan Althea.
Wanita itu akhirnya pergi dari kediaman putranya dengan penuh amarah.
Di dalam kamar, Althea telah membasuh wajahnya dengan air dingin, tapi meski begitu wajahnya tetap terlihat memerah. Untung saja air yang disiramkan pada wajahnya tidak terlalu hangat.
"Aku minta maaf atas perbuatan Ibu padamu, Thea."
"Tidak perlu meminta maaf. Aku baik-baik saja." Althea tidak pernah membuat keributan saat ia diperlakukan buruk oleh keluarga Enrique. Apa yang terjadi padanya ini bukan pertama kalinya.
Ibu mertuanya, tidak bukan hanya ibu mertuanya, tapi seluruh keluarga suaminya memang tidak menyukainya. Mereka kerap kali memperlakukannya dengan buruk. Hinaan, tatapan merendahkan, makian, Althea sudah sangat terbiasa dengan hal itu.
Ia berutang banyak pada Enrique, jadi ia menerima semuanya dan tidak membalas. Ia tidak ingin keluarga Enrique menyerang Enrique.
Enrique merasa bersalah pada Althea, karena ketidakmampuannya Althea yang disalahkan.
Selama tujuh tahun menikah, Althea tidak sekalipun membuka aibnya, di mana dirinyalah yang tidak mampu memberikan keturunan untuk Althea.
Namun, karena bungkamnya Althea, wanita itu selalu saja disalahkan. Althea telah banyak berkorban untuk menjaga nama baiknya, tapi sebagai suami ia tidak bisa melindungi Althea dari keluarganya yang terus menghina Althea.
"Setelah ini katakan saja yang sebenarnya, kau tidak harus terus menutupi kekuranganku, Althea." Enrique ingin Skyla melawan.
"Tidak apa-apa, aku bisa menanggungnya."
Enrique sangat mencintai Althea, ia memiliki kekurangan, tapi ia dengan egois mempertahankan pernikahannya dengan Althea.
Sementara Althea, wanita itu juga tidak pernah meminta untuk bercerai darinya. Satu kali ia pernah bertanya pada Althea, kenapa wanita itu tidak meminta bercerai darinya.
Althea memberikan jawaban yang tidak diduga oleh Enrique. Wanita itu tidak memiliki keluarga lagi, Enrique adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki, jadi ia tidak ingin bercerai.
Dua tahun lalu, ibu Althea berpulang karena penyakit komplikasi yang dideritanya. Setelah ibunya tiada, Althea hanya tinggal sebatang kara.
Namun, Althea juga memiliki alasan lain. Bahkan jika ia bercerai dengan Enrique, hidupnya masih akan sama saja. Ia sudah tidak memiliki tujuan hidup yang jelas lagi. Cita-citanya, cintanya, semuanya sudah terkubur sejak tujuh tahun lalu.
"Kembalilah bekerja, aku akan segera baik-baik saja." Althea tidak ingin menyita waktu Enrique.
Hari ini adalah akhir pekan, tapi Enrique memiliki banyak pekerjaan yang harus ia urus.
"Baiklah." Enrique meninggalkan Althea, perusahaannya sedang dalam masalah, ia harus melakukan banyak upaya.
**
"Temani aku ke acara perjamuan." Enrique membutuhkan kerja sama dengan beberapa pengusaha, jadi ia harus lebih sering datang ke perjamuan para pengusaha.
Enrique tidak mengerti apa yang salah dalam satu tahun terakhir ini, perusahaannya terus mengalami kemunduran. Beberapa pengusaha menolak untuk bekerja sama, lalu kemudian akan terjadi beberapa masalah yang menyebabkan kerugian besar.
"Baik." Althea sudah sangat sering menemani Enrique ke berbagai pertemuan penting atau pesta kelas atas. Enrique tidak pernah malu membawanya ke pesta meski ia berasal dari keluarga kurang mampu.
Dua jam kemudian Althea telah siap, wanita itu mengenakan gaun berwarna emerald, ia mengenakan satu set perhiasan yang merupakan hadiah ulang tahun pernikahan yang pertama antara dirinya dan Enrique.
Usia Althea saat ini sudah dua puluh tujuh tahun, tapi ia tampak seperti wanita yang berusia lebih muda dari itu. Sebagai istri dari seorang pengusaha kaya raya, Althea harus menjaga penampilannya agar ia tidak membuat malu Enrique ketika ia menemani Enrique ke berbagai perjamuan.
Enrique tidak pernah tidak terpukau dengan penampilan Althea. Di matanya Althea adalah wanita yang paling cantik di dunia.
"Kau sangat cantik." Enrique memberikan pujian dengan murah hati. Pria itu mengulurkan tangannya.
"Terima kasih, Suamiku." Althea meletakan tangannya di atas telapak tangan Enrique.
"Baiklah, ayo kita pergi."
Keduanya kemudian pergi ke perjamuan, setengah jam berikutnya mereka sampai di tempat perjamuan.
Banyak pengusaha yang sudah dikenal oleh Althea sebelumnya di sana, tapi beberapa di antaranya juga baru dilihat pertama kali oleh Althea.
Enrique membawa Althea untuk menyapa beberapa rekan bisnisnya. Beberapa orang itu membalas sapaan Enrique dengan ramah seperti biasanya.
Lalu kemudian Enrique menyapa beberapa pebisnis lainnya, tapi mereka memberikan respon yang kurang baik pada Enrique. Itu karena mereka tahu bahwa bisnis Enrique saat ini sedang tidak bagus. Mereka menilai bahwa ada orang yang mencoba menekan perusahaan Enrique.
Enrique kemudian melihat seorang pria yang telah menolak proposalnya. Pria itu membawa Althea menuju ke pria itu.
"Selamat malam, Tuan Raphael." Enrique menyapa Raphael dengan ramah.
Raphael melirik Enrique tidak begitu tertarik. "Anda?"
"Saya Enrique Smith, dari S Corp."
"Ah, rupanya Anda." Raphael berkata dengan nada acuh tak acuh. Pria itu kemudian beralih pada Althea, ia melihat Althea dengan tatapan nakal.
"Tuan Raphael, mengenai proposal yang saya tunjukan, bisakah Anda meninjaunya kembali?" Enrique membutuhkan kerjasama ini untuk membantu perusahaannya keluar dari krisis.
"Tuan Enrique, Anda memiliki istri yang sangat cantik." Raphael membahas hal lain.
Enrique tidak suka cara Raphael menatap Althea. Ia seorang pria, jadi ia tahu arti tatapan nakal itu. "Terima kasih atas pujian Anda, Tuan Raphael."
"Aku akan menyetujui proposal yang kau tunjukan padaku, tapi ada syaratnya."
"Syarat?"
"Ya." Tatapan Raphael beralih pada Althea lagi. "Biarkan istrimu tidur denganku."
Enrique memiliki garis bawahnya, dan itu adalah Althea. Pria itu hendak melayangkan tinjunya ke wajah Raphael, tapi Althea memegang tangannya.
"Jangan marah, ayo kita pergi." Althea tidak ingin Enrique terpancing emosi dan membuat keributan di sana.
Enrique menatap Althea. Wanita ini selalu membuatnya tenang, lalu setelahnya ia menatap Raphael dengan tajam.
"Tuan Enrique, tidak ada yang bersedia bekerjasama denganmu. Aku bersedia membantumu, aku menilai istrimu sangat tinggi, tapi kau tidak menerima niat baikku."
Enrique tidak bisa menahannya lagi, pria itu melayangkan tinjunya ke wajah Raphael.
"Bajingan sialan! Berani sekali kau memukulku!" Raphael membalas pukulan Enrique, tapi Enrique dengan cepat mengelak.
Pemilik acara segera datang. "Apa yang terjadi di sini?" Pria itu menatap Raphael dan Enrique bergantian.
"Tuan Hugo, bajingan sialan ini yang mengacau di perjamuanmu. Dia tidak menghargaimu sebagai tuan rumah sama sekali!" Raphael menunjuk ke Enrique dengan marah.
Hugo melihat ke arah Enrique. Hari ini seseorang dari ibu kota telah menghubunginya dan mengatakan padanya untuk mengusir Enrique dari perjamuan itu.
Sebelumnya Hugo tidak memiliki alasan, tapi sekarang ia sudah mendapatkan alasan.
"Tuan Enrique, silahkan tinggalkan perjamuan ini." Ia mengusir Enrique.
Enrique tahu bahwa posisinya saat ini sedang menurun, tapi ia merasa orang-orang terlalu merendahkannya.
"Istriku, ayo pergi." Enrique tidak bisa menerima penghinaan lebih banyak lagi. Ia segera membawa Althea meninggalkan tempat perjamuan itu.
tbc
“Lelah?” Savero bertanya dengan lembut.Althea menggelengkan kepalanya. “Tidak.” Ia tidak lelah sama sekali. Untuk hari ini ia memang telah menyiapkan dirinya. “Baiklah, ayo aku bantu melepaskan gaunmu lalu setelah itu istirahat.”Althea mengangguk, wanita itu segera berbalik, membiarkan Savero menurunkan resleting gaun yang ia kenakan. Setelah melepaskan gaun Althea, Savero juga membantu Althea untuk melepaskan jepitan yang ada di rambut Althea. “Sudah selesai.”“Aku akan membersihkan tubuhku dulu.” “Ya.”“Savero, apakah kau tidak merasa gerah?”Savero tersenyum kecil. “Aku merasa gerah tentu saja. Aku akan membersihkan tubuhku bersamamu.”Keduanya pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh mereka.Althea lebih dahulu masuk ke dalam bak mandi, lalu kemudian disusul oleh Savero.Savero kini memeluk Althea dari belakang, pria itu membelai punggung telanjang Althea dengan lembut, di sana terdapat bekas luka garukan Althea semalam.“Apakah rasanya sakit?”Althea mengangguk pe
Pagi harinya Althea terbangun sendirian di kamarnya. Wanita itu ingat bahwa semalam Savero menemaninya, tapi pagi ini ia tidak menemukan pria itu di dekatnya.Hati Althea terasa tidak nyaman, akankah Savero tetap pada pendiriannya?Suara ketukan terdengar dari luar. “Masuk!”Grace kemudian masuk ke dalam sana. Wanita itu hendak membangunkan Althea, tapi ternyata Althea sudah bangun.“Nona, ada Nona Jeany di bawah.”“Biarkan dia ke sini, Bibi.”“Baik, Nona.”Beberapa saat kemudian Jeany masuk ke dalam kamar Althea.“Pagi, Thea.”“Pagi, Jeany.”Jeany melihat ke mata Althea yang bengkak. “Apakah kau menangis semalam?”“Ya, aku lupa minum obat semalam lalu setelahnya tubuhku sangat gatal. Aku merasa sangat tersiksa jadi aku menangis.” Althea juga menunjukan lengan kiri dan kanannya yang terdapat luka baru karena garukannya.Hati Jeany sakit. Ia kira penyakit Althea sudah membaik, tapi ternyata penyakit itu masih kambuh lagi.“Namun, sekarang sudah tidak apa-apa. Semalam dokter sudah membe
Satu jam kemudian Aurora sudah berada dalam ruangan lain, di mana ia menggunakan alat bantu pernapasan. Kepalanya yang semula tidak diperban, kini menggunakan perban.Pintu ruangan itu terbuka, Marco masuk ke dalam sana sementara istri dan putranya menunggu di luar karena hanya satu anggota keluarga yang diperbolehkan untuk masuk.Marco sangat puas melihat Aurora terbaring tidak berdaya seperti ini. Seperti yang diduga oleh Aurora, ia adalah dalang dibalik kecelakaan yang menimpa Aurora.“Aurora ini adalah harga yang harus kau bayar karena mencari masalah denganku.” Marco bersuara dingin. “Kau seharusnya menyerahkan perusahaan padaku ketika aku memintanya baik-baik padamu, tapi kau keras kepala sehingga aku harus mengambil jalan terakhir untuk menyingkirkanmu.Kau seharusnya mati, tapi koma juga tidak apa-apa. Sekarang tidak ada lagi yang bisa kau lakukan, kau hanya akan terbaring di atas ranjang rumah sakit dan akulah yang akan menjadi pemimpin perusahaan.Istirahatlah dengan tenang,
“Althea, mari batalkan rencana pernikahan kita.” Savero menatap Althea serius, ia telah berpikir cukup lama dan akhirnya mengambil keputusan itu.Althea membeku di tempatnya. Pernikahannya dan Savero akan dilaksanakan besok pagi, dan malam ini Savero mengatakan untuk membatalkan rencana pernikahan mereka.“Kenapa?” Althea mengira bahwa Savero memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka karena kecewa padanya.“Aku tidak ingin kau berada dalam bahaya lagi. Selama bersamaku, kau sudah dua kali berada dalam bahaya. Kau menderita penyakit kulit yang sampai saat ini belum ada obatnya, dan kemarin kau hampir saja kehilangan nyawamu.Aku tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, aku tidak sanggup jika aku harus menjadi alasan kau terluka.” Savero bukannya pengecut, tapi ia sudah mengalami kehilangan berkali-kali, jadi ia tidak ingin merasakannya lagi.“Savero, aku akan memberitamu satu hal. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan meninggalkanmu kecuali kau yang mend
Malam harinya Althea terbangun karena mimpi buruk, bayangan ketika Jill tewas di depan matanya muncul dalam mimpinya.Tubuh Althea berkeringat dingin karena mimpi itu. Setelahnya ia segera menenangkan dirinya yang gemetaran. Setelah lebih tenang Althea menggerakan kepalanya, ia tidak menemukan Savero di sebelahnya.Althea tidak bisa tidur lagi, jadi ia memutuskan untuk mencari Savero. Ia hendak pergi ke ruang kerja Savero, tapi Gerakan tirai yang tertiup angin menarik perhatiannya. Althea pergi ke arah balkon, benar saja Savero ada di sana.“Savero.”Savero segera berbalik ketika ia mendengar suara lembut Althea. “Thea.” Savero segera mendekati Althea. “Kenapa kau bangun?”“Aku mimpi buruk.” Althea menjawab seadanya.Savero menggenggam tangan Althea. “Ayo tidur lagi, aku akan memelukmu.”“Baik.”Keduanya meninggalkan balkon dan masuk kembali ke kamar. Mereka naik ke atas ranjang, Savero memeluk Althea dengan hangat.“Apa yang sedang kau pikirkan tadi?” Saat Althea melihat Savero di ba
“Jill, tolong biarkan Jeany pergi. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau padaku, tapi lepaskan Jeany.” Althea bersuara memohon.Jill tidak berniat untuk mengampuni nyawa Jeany, tapi untuk bermain-main dengan Althea, ia bisa melepaskan wanita ini. Lagipula melihat Althea mati di depannya untuk menyelamatkannya pasti akan membuat Jeany merasa bersalah seumur hidupnya.Ia mengeluarkan pisau lipat yang ada di atas meja lalu melemparkannya ke arah Althea. “Tusuk dirimu sendiri dengan pisau itu, lalu aku akan melepaskan sahabatmu.”Jeany meronta-ronta di atas kursi, ia menggelengkan kepalanya. Ia mencoba untuk berteriak untuk melarang Althea melakukan itu, tapi tidak ada satu suara huruf pun yang lolos dari mulutnya.Jill kesal karena tingkah Jeany, ia memukul kepala Jeany dengan gagang senjata apinya.“Jeany!” Althea hendak maju mendekati Jeany, tapi tatapan Jill segera menghentikan langkahnya.“Aku akan menghitung mundur, kau tentukan pilihanmu. Jika kau tidak menusuk dirimu sendiri, mak