Althea pergi ke kamar Savero untuk memberitahukan pada Savero dan Aurora bahwa makan malam telah siap. Ia mengetuk pintu lalu kemudian masuk ke dalam sana.
Kaki Althea membeku di tempat saat ia melihat Savero dan Aurora sedang berciuman.
Savero melihat ke arah Althea, ia dengan malas melepaskan ciumannya dari bibir Aurora.
"Ada apa?"
"Maafkan saya, Tuan. Saya datang ke sini untuk memberitahu bahwa makan malam sudah siap."
"Kau bisa pergi dari sini."
"Baik, Tuan." Althea kemudian segera undur diri. Wanita itu menuruni tangga lalu kembali ke ruang makan. Ada rasa sakit di hatinya, ternyata melihat secara lan
“Lelah?” Savero bertanya dengan lembut.Althea menggelengkan kepalanya. “Tidak.” Ia tidak lelah sama sekali. Untuk hari ini ia memang telah menyiapkan dirinya. “Baiklah, ayo aku bantu melepaskan gaunmu lalu setelah itu istirahat.”Althea mengangguk, wanita itu segera berbalik, membiarkan Savero menurunkan resleting gaun yang ia kenakan. Setelah melepaskan gaun Althea, Savero juga membantu Althea untuk melepaskan jepitan yang ada di rambut Althea. “Sudah selesai.”“Aku akan membersihkan tubuhku dulu.” “Ya.”“Savero, apakah kau tidak merasa gerah?”Savero tersenyum kecil. “Aku merasa gerah tentu saja. Aku akan membersihkan tubuhku bersamamu.”Keduanya pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh mereka.Althea lebih dahulu masuk ke dalam bak mandi, lalu kemudian disusul oleh Savero.Savero kini memeluk Althea dari belakang, pria itu membelai punggung telanjang Althea dengan lembut, di sana terdapat bekas luka garukan Althea semalam.“Apakah rasanya sakit?”Althea mengangguk pe
Pagi harinya Althea terbangun sendirian di kamarnya. Wanita itu ingat bahwa semalam Savero menemaninya, tapi pagi ini ia tidak menemukan pria itu di dekatnya.Hati Althea terasa tidak nyaman, akankah Savero tetap pada pendiriannya?Suara ketukan terdengar dari luar. “Masuk!”Grace kemudian masuk ke dalam sana. Wanita itu hendak membangunkan Althea, tapi ternyata Althea sudah bangun.“Nona, ada Nona Jeany di bawah.”“Biarkan dia ke sini, Bibi.”“Baik, Nona.”Beberapa saat kemudian Jeany masuk ke dalam kamar Althea.“Pagi, Thea.”“Pagi, Jeany.”Jeany melihat ke mata Althea yang bengkak. “Apakah kau menangis semalam?”“Ya, aku lupa minum obat semalam lalu setelahnya tubuhku sangat gatal. Aku merasa sangat tersiksa jadi aku menangis.” Althea juga menunjukan lengan kiri dan kanannya yang terdapat luka baru karena garukannya.Hati Jeany sakit. Ia kira penyakit Althea sudah membaik, tapi ternyata penyakit itu masih kambuh lagi.“Namun, sekarang sudah tidak apa-apa. Semalam dokter sudah membe
Satu jam kemudian Aurora sudah berada dalam ruangan lain, di mana ia menggunakan alat bantu pernapasan. Kepalanya yang semula tidak diperban, kini menggunakan perban.Pintu ruangan itu terbuka, Marco masuk ke dalam sana sementara istri dan putranya menunggu di luar karena hanya satu anggota keluarga yang diperbolehkan untuk masuk.Marco sangat puas melihat Aurora terbaring tidak berdaya seperti ini. Seperti yang diduga oleh Aurora, ia adalah dalang dibalik kecelakaan yang menimpa Aurora.“Aurora ini adalah harga yang harus kau bayar karena mencari masalah denganku.” Marco bersuara dingin. “Kau seharusnya menyerahkan perusahaan padaku ketika aku memintanya baik-baik padamu, tapi kau keras kepala sehingga aku harus mengambil jalan terakhir untuk menyingkirkanmu.Kau seharusnya mati, tapi koma juga tidak apa-apa. Sekarang tidak ada lagi yang bisa kau lakukan, kau hanya akan terbaring di atas ranjang rumah sakit dan akulah yang akan menjadi pemimpin perusahaan.Istirahatlah dengan tenang,
“Althea, mari batalkan rencana pernikahan kita.” Savero menatap Althea serius, ia telah berpikir cukup lama dan akhirnya mengambil keputusan itu.Althea membeku di tempatnya. Pernikahannya dan Savero akan dilaksanakan besok pagi, dan malam ini Savero mengatakan untuk membatalkan rencana pernikahan mereka.“Kenapa?” Althea mengira bahwa Savero memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka karena kecewa padanya.“Aku tidak ingin kau berada dalam bahaya lagi. Selama bersamaku, kau sudah dua kali berada dalam bahaya. Kau menderita penyakit kulit yang sampai saat ini belum ada obatnya, dan kemarin kau hampir saja kehilangan nyawamu.Aku tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, aku tidak sanggup jika aku harus menjadi alasan kau terluka.” Savero bukannya pengecut, tapi ia sudah mengalami kehilangan berkali-kali, jadi ia tidak ingin merasakannya lagi.“Savero, aku akan memberitamu satu hal. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan meninggalkanmu kecuali kau yang mend
Malam harinya Althea terbangun karena mimpi buruk, bayangan ketika Jill tewas di depan matanya muncul dalam mimpinya.Tubuh Althea berkeringat dingin karena mimpi itu. Setelahnya ia segera menenangkan dirinya yang gemetaran. Setelah lebih tenang Althea menggerakan kepalanya, ia tidak menemukan Savero di sebelahnya.Althea tidak bisa tidur lagi, jadi ia memutuskan untuk mencari Savero. Ia hendak pergi ke ruang kerja Savero, tapi Gerakan tirai yang tertiup angin menarik perhatiannya. Althea pergi ke arah balkon, benar saja Savero ada di sana.“Savero.”Savero segera berbalik ketika ia mendengar suara lembut Althea. “Thea.” Savero segera mendekati Althea. “Kenapa kau bangun?”“Aku mimpi buruk.” Althea menjawab seadanya.Savero menggenggam tangan Althea. “Ayo tidur lagi, aku akan memelukmu.”“Baik.”Keduanya meninggalkan balkon dan masuk kembali ke kamar. Mereka naik ke atas ranjang, Savero memeluk Althea dengan hangat.“Apa yang sedang kau pikirkan tadi?” Saat Althea melihat Savero di ba
“Jill, tolong biarkan Jeany pergi. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau padaku, tapi lepaskan Jeany.” Althea bersuara memohon.Jill tidak berniat untuk mengampuni nyawa Jeany, tapi untuk bermain-main dengan Althea, ia bisa melepaskan wanita ini. Lagipula melihat Althea mati di depannya untuk menyelamatkannya pasti akan membuat Jeany merasa bersalah seumur hidupnya.Ia mengeluarkan pisau lipat yang ada di atas meja lalu melemparkannya ke arah Althea. “Tusuk dirimu sendiri dengan pisau itu, lalu aku akan melepaskan sahabatmu.”Jeany meronta-ronta di atas kursi, ia menggelengkan kepalanya. Ia mencoba untuk berteriak untuk melarang Althea melakukan itu, tapi tidak ada satu suara huruf pun yang lolos dari mulutnya.Jill kesal karena tingkah Jeany, ia memukul kepala Jeany dengan gagang senjata apinya.“Jeany!” Althea hendak maju mendekati Jeany, tapi tatapan Jill segera menghentikan langkahnya.“Aku akan menghitung mundur, kau tentukan pilihanmu. Jika kau tidak menusuk dirimu sendiri, mak