Home / Romansa / Takut Kawin / Aksi Dira di Bandara

Share

Aksi Dira di Bandara

Author: Be Maryam
last update Last Updated: 2021-11-14 19:36:45

Sepanjang penerbangan Dira terus saja memejamkan matanya. Bukan karena mabuk kendaraan, melainkan menahan kesedihan hatinya. Kepergian tanpa pamit yang ia lakukan saat ini ternyata menyakiti dirinya sendiri. Takut dan gelisah pun tak henti membayangi.

Wajah kedua adik perempuannya selalu terbayang. Meski mereka tak banyak menghabiskan waktu bersama, namun mereka senantiasa bertemu di setiap harinya. Begitu pula wajah sang ayah yang tak pernah lupa memeriksa kamarnya di malam hari. Semua ini menyebabkan kerinduan hadir, meski baru beberapa jam ia meninggalkan kota kelahirannya.

“Mba, Mba!” tegur seorang pria yang duduk tepat di samping Dira.

“Maaf, Mba. Ini ada sekotak roti untuk Mba,” sambungnya yang hingga saat ini tak mendapat jawaban dari Dira.

Dira masih saja diam dan mengabaikan pria itu. Sesungguhnya ia belum tertidur, hanya saja ia takut kalau air matanya mengalir jika ia memaksa untuk membuka matanya.

Tidak butuh waktu lama untuk Dira tiba di Jakarta. Kembali teringat akan kejadian malam kemarin. Malam di mana ia bertengkar hebat dengan ayahnya, hingga memutuskan untuk menerima tugas mandah.

“Huh! Sakit sih. Tapi ... kalau enggak ada kejadian kemarin, mungkin aku masih ragu aja buat keputusan,” gumamnya sambil menatap selembaran kertas yang berisi tawaran pemindahan Dira. Penugasan Dira di Jakarta demi untuk penilaian akan kepantasan dirinya dalam menaiki jabatan. Awalnya Dira meragu, hidup di daerah asing yang sama sekali belum pernah ia singgahi. Namun, semua kebimbangan mendadak lenyap. Rasa lelah akan perjodohan membuat ia bertekad untuk menerima tawaran pusat.

Mengenakan kemeja lengan panjang, lengkap dengan celana kain dan sepatu tanpa hak, Dira bersiap meninggalkan bandara. Tangan menggenggam koper berukuran kecil, Dira sedang berdiri menanti taksi di bagian lobi.

Matanya terus menatap kosong ke arah parkiran, ternyata ia masih kepikiran akan wajah kaget adik dan ayahnya jika tahu kabar keberangkatannya.

“Copet ...! tolong, copet ...!” teriak beberapa orang yang menunjuk ke arah Dira.

Lamunan Dira pun lenyap, matanya menatap awas sekitaran. Di tengah keramaian bandara Dira mendapati seorang pria yang berjalan aneh di tengah kerumunan. Ia menutupi wajahnya dengan topi, merunduk seakan bersembunyi dibalik punggung-punggung pengunjung.

“Tangkap copetnya!” teriak Dira memastikan targetnya.

Benar saja, pria berjaket dan bertopi itu segera berlari menuju pintu. Dira dengan penuh keberanian berlari mengikuti si pencopet. Melewati beberapa orang, lalu kembali berlari di atas tangga jalan Dira terus menatap fokus pada targetnya. Meski ia tidak mengenal baik bandara ini, namun ia mampu mengatasi.

Melompat dari eskalator menuju lantai, Dira pun menjadi tontonan banyak pengunjung. Beberapa petugas keamanan pun ikut berlari, tetapi sia-sia karena mereka tak mengetahui siapa pencopetnya.

Terus berlari dan sengaja memilih keramaian pencopet itu berharap bisa menghindar dari Dira. Namun, dia salah besar. Dira dengan andalan kaki cepatnya pun berhasil mendekati pria itu. Ia melepas sepatu kanannya dan melemparkan tepat di kepala si pencopet. Membuat pria itu berlari lambat karena kesakitan, keadaan ini pun menjadi kesempatan emas untuk Dira. Dengan lihatinya, Dira menendang kaki pencopet itu hingga terbanting di atas lantai. Meraih tangan dan menguncinya hingga ia tak bisa bergerak sedikitpun.

Aksi heroik Dira pun menjadi tontonan, tidak hanya untuk bagi pengunjung yang datang. Tetapi juga masyarakat banyak. Karena semua tindakan Dira terekam dan sudah disebarkan melalui media online.

Tepuk tangan dan tatapan bangga pun diberikan pada Dira. Dira hanya bisa menatap kaku tanpa senyuman. Cantik dengan rambut panjangnya, namun Dira begitu gagah dalam menjalankan tugasnya.

“Ini sepatunya, Mba,” ucap seorang pria dengan senyuman ramah sambil menyerahkan sepatu Dira yang sempat terlempar.

“Makasih!” ucap Dira ketus yang segera memasang kembali sepatunya. Sedikitpun ia tidak menunjukkan rasa senang, pergi dengan acuh setelah korban, pencopet dan pihak keamanan berkumpul di sana.

Kembali ke tempat semula, Dira tak lagi menemukan koper miliknya.

“Mampus aku! Koper pakek hilang segala,” gerutunya sambil celingak-celinguk menggaruk rambut.

“Ini tasnya, Mba,” ucap seorang pria yang mendadak datang mendekati Dira.

“Kau lagi, kau lagi. Siapa sih kau?” tanya Dira dengan nada menyolot.

“Kenalkan, saya Tomi. Saya diminta menyembut Mba-nya,” ungkapnya sambil menyodorkan tangan.

“Heh?” seru Dira dengan bibir monyongnya. Menunjukkan wajah tak yakin, Dira sama sekali tidak mengira akan sosok pria yang ada di hadapannya.

“Dira kan? Asal Medan?” sambungnya berupaya meyakinkan Dira.

Dira menunjukkan wajah tak percayanya. Namun, ia melihat dengan baik kopernya berada dalam genggaman pria yang ada di hadapannya.

“Jangan bingung begitu. Saya diminta menjemput karena Mba itu spesial. Maksudnya termasuk dalam tugas khusus,” ucap Tomi dengan nada belibet karena ia begitu takjub akan sosok Dira yang terlihat cantik, namun berani.

***

Video aksi Dira viral. Sosoknya pun menjadi perbincangan banyak orang. Semua aksinya begitu nyata seperti sedang menonton film aksi. Membuat semua orang berdecak kagum dan terus menggelengkan kepala melihat kehebatan Dira dalam menangkap pencopet.

Dalam sebuah kamar terlihat dinding yang dipenuhi dengan banyak foto Daffin serta titik lokasi. Salah satu foto yang tertempel terlihat foto Daffin dan seorang gadis yang tengah terbaring di atas ranjang.

“Tunggu dulu, kenapa wajah perempuan ini terlihat enggak asing yah?” ucap pria bertubuh gemuk yang sedang menatap layar komputer. Ia begitu asik melihat video Dira yang sedang trending.

“Di mana ya? Sebentar,” ucapnya yang kemudian menghentikan video beberapa saat. “Rambutnya, tubuhnya, warna rambutnya,” ucapnya sambil terus memandangi video Dira.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takut Kawin   Siapa Cepat Dia Dapat

    Dira lebih dulu pulang bersama Bibi, sedangkan Daffin bersama kru lainnya. Rasa tak ingin berpisah itu hadir, namun Daffin tahan. Terlebih setelah melihat wajah jutek Dira. Bayang indahnya perjalanan pulang jika ia lalui bersama pun segera pudar setelah Sofia memanggil dirinya.“Bi, hati-hati ya. Jangan lupa untuk selalui kabari Daffin. Oke,” ucap pria tampan itu. Tatapan tulus serta kecupan penuh kasih ia layangkann pada wanita yang ada di hadapannya.“Ya sayang, Bibi tunggu di rumah.”Sesungguhnya Daffin ingin mengatakan sesuatu kepada Dira, tetapi sepertinya gadis itu menghindar dan memilih untuk pergi terlebih dahulu. Daffin hanya bisa menghela napas berat dari mulutnya. Ia pun mengantarkan Bibi menuju parkiran mobil.Sepanjang jalan Daffin terus tersenyum dalam diam. Sontak kejadian ini membuat banyak mata yang menaruh curiga.“Ehem, ada apa nih. Kok ada yang lain. Apa ada yang tau?” ledek salah satu kru.“Tanya Sofia gih. Kan dia yang paling dekat. Ngomong-ngomong cewek tadi sia

  • Takut Kawin   Tercium Sebuah Kebusukan

    Salah seorang kru mengetahui kabar kecelakaan yang dialami mobil Daffin. Ia pun segera menyampaikan kepada Leo selaku manajernya Daffin.“Mas Leo, aku dapat kabar kalau sopir mas Daffin kecelakaan,” ucapnya dengan tatapan cemas.“Apa?” tanya Leo dengan nada yang begitu kuat. Hingga membuat banyak mata memandang ke arahnya seketika. Tak terkecuali Daffin yang saat ini sibuk pemotretan.“Sebentar ya,” ucap Daffin meminta izin untuk menghentikan pemotretan sementara. Ia pun segera menghampiri Leo guna menanyakan apa yang telah terjadi.“Sopir lu kecelakaan!” jelas Leo dengan raut wajah cemas.“Emang dia kemana?” tanya Daffin yang tak mengetahui alasan sopirnya pergi.Leo pun menjelaskan, bahwa ia telah menyuruh si sopir mencari sesuatu di daerah kota. Untuk menjaga keamanan, ia menyuruhnya pergi dengan mengendarai mobil pribadi milik Daffin.Setidikitpun Daffin tak menaruh curiga. Ia justru sangat menghawatirkan keadaan pemuda yang menjadi sopir barunya. Sopir muda yang sengaja ia utus u

  • Takut Kawin   Awkaward

    Belaian lembut di kepalanya membuat Dira tersadar akan kantuknya. Wangi yang tak asing berhasil menggelitik hidungnya. Sadar betul akan sosok yang kini duduk memandanginya Dira, perlahan membuka matanya. Meski kabur, Dira tahu benar bahwa Daffin kini duduk tersenyum menatapnya.“Kau?” ucapnya menatap tak percaya.Memutuskan untuk bangkit dan segera memeluk Daffin. Tersenyum penuh haru kebahagiaan, Dira merasa senang sekali saat ini. Terisak, ia melampiaskan semua kekacauan hatinya. Memeluk kian erat, hingga membuat kerutan pada sebahagian kemeja Daffin.Sepertinya tidak hanya Dira, melainkan Daffin pun menunjukkan tatapan yang sama. Keduanya terhanyut dalam hangatannya pelukan rindu. Seling memeluk erat seakan tak ingin kembali dipisahkan.Semua ini terasa begitu nyata, hingga akhirnya tatapan Dira yang sedari tadi bersembunyi di dada Daffin kini beralih pada Devi. Senyum penuh syukur yang terlihat pada wajah wanita tua itu memberi isyarat bahwa semua ini nyata.Masih tak menyadari da

  • Takut Kawin   Titik Terang

    Dira masih saja menatap bingung ke arah pemuda itu. Pemuda yang begitu mirip dengan rekannya Tomi.“Kau kok bisa di sini, Tom?” tanya Dira dengan nyolotnya.“Maaf, salah orang. Saya bukan Tomi,” ucapnya sembari menunjukkan senyuman. Lalu memutuskan pergi. Namun, baru saja tubuhnya berbalik, Dira lebih dulu menahan pundaknya dengan tangan.“Enggak usah main-main kau! Ngapain kau di sini?” tanya Dira kembali. Perasaan curiga mendadak hadir. Tepatnya semenjak kemarin, dimana mereka harus menangkap pengedar di bar.“Le, Cepat sini! Malah kenalan sama cewek,” ucap relawan lain. Ia melambaikan tangan ke arah pria yang diduga Tomi.“Maaf, Mba. Sekali lagi saya bilang, saya bukan Tomi. Mungkin kami hanya mirip,” ungkapnya menolak halus. Tangannya dengan lembut melepaskan tangan Dira dari pundaknya.“Enggak, kau pasti Tomi!” ungkap Dira. Kali ini ia bertindak nekad dengan menepis tangan kemeja pria itu. Terlihat ada tato kecil bergambar bintang di sana. Memperjelas kalau dia bukanlah Tomi yang

  • Takut Kawin   Kenapa Ada dia

    Terik cuaca tak lantas membuat Dira menyerah. Perut yang belum sempat terisi tak menunjukkan gejala lapar. Yang ada dalam benak Dira saat ini hanyalah ingin segera menemukan Daffin. Terus melangkah dan mencoba memasang telinga, Dira berharap bisa mendengar kata tolong dari seseorang. Bayang wajah Daffin yang tengah kesakitan pun membuat Dira semakin cemas.“Woy! Kemari!” teriak salah satu relawan.Dira dan timnya pun turut mendekati asal suara. Ternyata mereka menemukan tas berisi uang tunai yang tak sedikit jumlahnya. Tas kecil berupa koper itu bewarna putih. Sesaat Dira sadar akan penjelasan aparat kemarin.“Jangan bilang yang dilihat supir truk itu koper ini. Bukannya orang,” gumam Dira yang mulai mencemaskan akan keberadaan Daffin saat ini.Kini hari mendekati siang, suasana semakin panas meski ada banyak pohon yang melindungi mereka. Lelah, kaki Dira mulai gemetar. Tak dapat dipungkiri jika saat ini tubuhnya terasa lemas sekali. “Mba, ini minum dulu! Wajah Mba pucat banget,” uca

  • Takut Kawin   Dira Menggila

    “Daffin!” teriakan Dira menggema. Sebuah tepukan di pundaknya membuka matanya.“Kamu enggak kenapa-kenapa, Nak? Minum teh dulu!” pinta Devi dengan wajah sembabnya.Dira tersadar dan seketika merasa malu. Ternyata apa yang baru saja ia lamai hanyalah sebuah mimpi.“Kamu mimpiin Daffin ya?” tanya Devi sembari mendekap tubuh Dira.Tangis yang sedari pagi ia tahan pun meledak. Dira menangis terisak berharap sesak didadanya berkurang. Ia terus menangis sambil membayangkan wajah Daffin yang ia lihat di dalam mimpi. Ia tak bisa membayangkan jika penampakan Daffin yang ia temui adalah keadaan nyata yang Daffin alami. Bisa saja darah yang ada pada tangan dan kaki Daffin itu nyata dan kini Daffin masih terbaring kesakitan menanti ajal di tengah hutan belantara.Tangis Dira sungguh sulit dikontrol, meski ia merasa malu dalam keadaan seperti ini. Namun, hatinya tak mampu membohongi diri. Pilu jika Daffin benar pergi untuk selamanya, sedangkan ia mulai menyadari bahwa telah jatuh hati.“Kita doaka

  • Takut Kawin   Cerita Semalam

    Malam itu mobil putih pintu geser yang sering Daffin gunakan untuk bekerja itu melaju kencang di tengah jalan sepi. Jalan lintas yang berjarak sempit dan cukup berkelok sedikit menyeramkan karena lampu penerangan jalan yang sangat minim. Seakan tak takut akan hal buruk yang mungkin terjadi, mobil putih itu terus melaju kencang seirama dengan musik DJ yang begitu deras.Sopir pribadi Daffin terus tertawa riang, bahkan sesekali ia bergoyang menikmati alunan nada. Bersorak dan ikut bernyanyi, ia begitu menikmati perjalanannya. Mungkin itu cara untuknya agar bisa terus melakukan perjalanan meski sudah tengah malam.Meski tak banyak kendaraan yang melintas, namun tak jarang mobil truk pengangkut barang berat melintas di tengah malam. Mereka sengaja bepergian di jam sepi, saat tak banyak kendaraan pribadi.Seakan memiliki nyawa cadangan, sopir itu terus saja melaju kencang meski sudah beberapa kali melewati mobil besar pengangkut barang berat. Langit malam itu terlihat lebih gelap, tanpa bi

  • Takut Kawin   Kabar Buruk

    Suasana berubah haru diikuti wajah kebingungan. Terdengar kabar bahwa mobil yang dikendarai Daffin mengalami kecelakaan fatal di salah satu tol. Berita ini disampaikan langsung oleh pihak kepolisian yang bertugas dan Devi selaku pihak keluarga diminta untuk datang ke kantor kepolisian sekitar.“Kenapa, Bu?” tanya Minah yang segera menghampiri nyonya pemilik rumah.Devi semakin syok setelah melihat foto yang berisi mobil Daffin yang penyot dibagian depan dan samping kiri. Dira yang sedari tadi diam pun turut menghampiri Devi. Saat ini sudah pukul setengah sebelas malam, tak mungkin mereka memaksakan diri untuk datang. Dira memutuskan untuk berangkat esok pagi bersama Devi dan sopir pribadinya.Malam ini terasa kacau. Pikiran Dira sungguh tak tenang. Waktu menunjukkan pukul satu malam, namun matanya masih enggan terpejam. Berulang kali mengubah gaya tidur, tak lantas membuatnya terlelap. Pikirannya dipenuhi dengan keadaan Daffin. Bayang wajah Daffin yang kini terbaring di atas ranjang d

  • Takut Kawin   Siapa Tomi Sesungguhnya

    Tomi lebih dulu masuk ke ruangan, memaksa Dira mengikuti rencana dadakannya. Melangkah masuk dengan gemuruh di dada Dira siap melakukan bela diri untuk menangkap salah satu bandar yang sedang berada di sana.Tetapi hal mengejutkan terjadi. Ruang yang Dira masuki terlihat kosong. Meninggalkan seorang pelayan yang tengah berbenah.“Kemana semua tamunya?” tanya Dira bingung.“Udah pada pulang, Mba. Emangnya Mba cari siapa ya?” tanya si pelayan bar yang tak kalah bingungnya. Menyadari Dira bisa masuk dengan mudah ke dalam ruangan, pelayan itu sadar jika Dira bukan orang sembarang. Jika bukan karena memiliki kenalan orang dalam, setidaknya ia pejabat negara.“Jadi, para pejabat sialan itu udah pada kabur?” tanya Dira kesal. Giginya saling beradu hingga menimbulkan bunyi.“Pejabat? Bukan Mba. Tapi anak muda biasa kok. Enggak ada anak pejabat juga pun,” ungkap si pelayan sambil menunjukkan wajah tengah berpikir keras.“Arrgh! Ini pasti kerjaan Tomi. Dia mau angkat telor rupanya,” gumam Dira

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status