Share

Aksi Dira di Bandara

Sepanjang penerbangan Dira terus saja memejamkan matanya. Bukan karena mabuk kendaraan, melainkan menahan kesedihan hatinya. Kepergian tanpa pamit yang ia lakukan saat ini ternyata menyakiti dirinya sendiri. Takut dan gelisah pun tak henti membayangi.

Wajah kedua adik perempuannya selalu terbayang. Meski mereka tak banyak menghabiskan waktu bersama, namun mereka senantiasa bertemu di setiap harinya. Begitu pula wajah sang ayah yang tak pernah lupa memeriksa kamarnya di malam hari. Semua ini menyebabkan kerinduan hadir, meski baru beberapa jam ia meninggalkan kota kelahirannya.

“Mba, Mba!” tegur seorang pria yang duduk tepat di samping Dira.

“Maaf, Mba. Ini ada sekotak roti untuk Mba,” sambungnya yang hingga saat ini tak mendapat jawaban dari Dira.

Dira masih saja diam dan mengabaikan pria itu. Sesungguhnya ia belum tertidur, hanya saja ia takut kalau air matanya mengalir jika ia memaksa untuk membuka matanya.

Tidak butuh waktu lama untuk Dira tiba di Jakarta. Kembali teringat akan kejadian malam kemarin. Malam di mana ia bertengkar hebat dengan ayahnya, hingga memutuskan untuk menerima tugas mandah.

“Huh! Sakit sih. Tapi ... kalau enggak ada kejadian kemarin, mungkin aku masih ragu aja buat keputusan,” gumamnya sambil menatap selembaran kertas yang berisi tawaran pemindahan Dira. Penugasan Dira di Jakarta demi untuk penilaian akan kepantasan dirinya dalam menaiki jabatan. Awalnya Dira meragu, hidup di daerah asing yang sama sekali belum pernah ia singgahi. Namun, semua kebimbangan mendadak lenyap. Rasa lelah akan perjodohan membuat ia bertekad untuk menerima tawaran pusat.

Mengenakan kemeja lengan panjang, lengkap dengan celana kain dan sepatu tanpa hak, Dira bersiap meninggalkan bandara. Tangan menggenggam koper berukuran kecil, Dira sedang berdiri menanti taksi di bagian lobi.

Matanya terus menatap kosong ke arah parkiran, ternyata ia masih kepikiran akan wajah kaget adik dan ayahnya jika tahu kabar keberangkatannya.

“Copet ...! tolong, copet ...!” teriak beberapa orang yang menunjuk ke arah Dira.

Lamunan Dira pun lenyap, matanya menatap awas sekitaran. Di tengah keramaian bandara Dira mendapati seorang pria yang berjalan aneh di tengah kerumunan. Ia menutupi wajahnya dengan topi, merunduk seakan bersembunyi dibalik punggung-punggung pengunjung.

“Tangkap copetnya!” teriak Dira memastikan targetnya.

Benar saja, pria berjaket dan bertopi itu segera berlari menuju pintu. Dira dengan penuh keberanian berlari mengikuti si pencopet. Melewati beberapa orang, lalu kembali berlari di atas tangga jalan Dira terus menatap fokus pada targetnya. Meski ia tidak mengenal baik bandara ini, namun ia mampu mengatasi.

Melompat dari eskalator menuju lantai, Dira pun menjadi tontonan banyak pengunjung. Beberapa petugas keamanan pun ikut berlari, tetapi sia-sia karena mereka tak mengetahui siapa pencopetnya.

Terus berlari dan sengaja memilih keramaian pencopet itu berharap bisa menghindar dari Dira. Namun, dia salah besar. Dira dengan andalan kaki cepatnya pun berhasil mendekati pria itu. Ia melepas sepatu kanannya dan melemparkan tepat di kepala si pencopet. Membuat pria itu berlari lambat karena kesakitan, keadaan ini pun menjadi kesempatan emas untuk Dira. Dengan lihatinya, Dira menendang kaki pencopet itu hingga terbanting di atas lantai. Meraih tangan dan menguncinya hingga ia tak bisa bergerak sedikitpun.

Aksi heroik Dira pun menjadi tontonan, tidak hanya untuk bagi pengunjung yang datang. Tetapi juga masyarakat banyak. Karena semua tindakan Dira terekam dan sudah disebarkan melalui media online.

Tepuk tangan dan tatapan bangga pun diberikan pada Dira. Dira hanya bisa menatap kaku tanpa senyuman. Cantik dengan rambut panjangnya, namun Dira begitu gagah dalam menjalankan tugasnya.

“Ini sepatunya, Mba,” ucap seorang pria dengan senyuman ramah sambil menyerahkan sepatu Dira yang sempat terlempar.

“Makasih!” ucap Dira ketus yang segera memasang kembali sepatunya. Sedikitpun ia tidak menunjukkan rasa senang, pergi dengan acuh setelah korban, pencopet dan pihak keamanan berkumpul di sana.

Kembali ke tempat semula, Dira tak lagi menemukan koper miliknya.

“Mampus aku! Koper pakek hilang segala,” gerutunya sambil celingak-celinguk menggaruk rambut.

“Ini tasnya, Mba,” ucap seorang pria yang mendadak datang mendekati Dira.

“Kau lagi, kau lagi. Siapa sih kau?” tanya Dira dengan nada menyolot.

“Kenalkan, saya Tomi. Saya diminta menyembut Mba-nya,” ungkapnya sambil menyodorkan tangan.

“Heh?” seru Dira dengan bibir monyongnya. Menunjukkan wajah tak yakin, Dira sama sekali tidak mengira akan sosok pria yang ada di hadapannya.

“Dira kan? Asal Medan?” sambungnya berupaya meyakinkan Dira.

Dira menunjukkan wajah tak percayanya. Namun, ia melihat dengan baik kopernya berada dalam genggaman pria yang ada di hadapannya.

“Jangan bingung begitu. Saya diminta menjemput karena Mba itu spesial. Maksudnya termasuk dalam tugas khusus,” ucap Tomi dengan nada belibet karena ia begitu takjub akan sosok Dira yang terlihat cantik, namun berani.

***

Video aksi Dira viral. Sosoknya pun menjadi perbincangan banyak orang. Semua aksinya begitu nyata seperti sedang menonton film aksi. Membuat semua orang berdecak kagum dan terus menggelengkan kepala melihat kehebatan Dira dalam menangkap pencopet.

Dalam sebuah kamar terlihat dinding yang dipenuhi dengan banyak foto Daffin serta titik lokasi. Salah satu foto yang tertempel terlihat foto Daffin dan seorang gadis yang tengah terbaring di atas ranjang.

“Tunggu dulu, kenapa wajah perempuan ini terlihat enggak asing yah?” ucap pria bertubuh gemuk yang sedang menatap layar komputer. Ia begitu asik melihat video Dira yang sedang trending.

“Di mana ya? Sebentar,” ucapnya yang kemudian menghentikan video beberapa saat. “Rambutnya, tubuhnya, warna rambutnya,” ucapnya sambil terus memandangi video Dira.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status