Share

16. Kenangan yang Muncul

"Tidak, tidak. Aku tak boleh lagi mengeluh. Sudah tak ada gunanya sekarang. Semuanya sudah berakhir," ucapku yang lalu menghapus air mataku.

Aku mulai mengambil barang-barangku dan mengemasnya dalam sebuah tas besar dan beberapa tas plastik besar karena jumlah barangku ternyata cukup banyak.

Selama aku mengemas barang-barangku itu, aku mendengar suara Ibu Mertuaku yang sepertinya baru saja pulang dari pasar. Dan tak lama kemudian pintu kamar suamiku itu terbuka.

Aku yang sedang merapikan barang-barangku itu sontak menoleh, "Bu."

Ibu Mertuaku tersenyum tipis, "Mau diambil sekarang?"

"Nggeh, Bu. Mumpung Zara belum kerja jadi bisa ambil ke sini," jelasku.

Ibu Mertuaku terlihat menatapku dengan tatapan sedihnya. Dia lalu masuk ke dalam kamar itu dan duduk di kasur.

"Kamu yakin mau pisah, Nduk? Apa nggak kasihan sama Fuchsia?" tanya Ibu Mertuaku yang mulai berkaca-kaca saat menatapku.

Ya Tuhan, hatiku langsung perih melihatnya. Bagaimana pun juga, dia pernah sangat menyayangiku dan karena
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status