Share

Penjara.

Penulis: Winarsih_wina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-15 23:58:59

"Saudari Rani Putri Prameswari, Anda kami tangkap atas laporan tuan Hendra yang mengatakan bahwa Anda lalai menjaga anak kalian, hingga menyebabkan meninggal dunia."

Ucapan petugas berseragam itu kembali terngiang di kepala Rani. Kini, sudah lima bulan Rani mendekam di penjara, tanpa ada satu orang pun yang mengunjunginya. Jangankan sang suami, paman dan bibinya juga tak peduli padanya.

Hendra hanya sekali menemuinya. Itu pun, untuk mengatakan kalau dia akan menceraikan Rani secara sah.

Sejak itu, tak ada lagi yang datang, hingga masa Iddah Rani benar-benar berakhir di penjara.

"Rani, ada yang ingin bertemu. Silakan keluar," ujar seorang petugas membuyarkan lamunan perempuan itu.

Ia sungguh terkejut mendengar ada seseorang yang mengunjunginya. "Siapa yang ingin menemui saya, Bu?" tanyanya sembari mengikuti langkah petugas itu.

Rani benar-benar heran. Tak ada satu orang pun yang terlintas dalam pikirannya. Siapa yang sudi menemuinya di penjara sebagai narapadina?

"Duduklah, jangan membuat keributan,” peringat sang petugas, “ingat, masa tahananmu tinggal satu bulan lagi. Jadi, jangan membuat sesuatu yang akan memperpanjang masa tahananmu."

Setelahnya, petugas itu pergi menjauh, meninggalkan Rani yang menatap dua orang pria tidak dia kenal sama sekali.

Hanya saja, Rani merasa sedikit terintimidasi dengan seorang pria berwajah dingin yang juga menatapnya.

Sebenarnya, untuk apa mereka menemuinya?

Mata Rani sontak menatap curiga. Dia menjadi sedikit waspada pada kedua pria itu

"Siapa kalian? Untuk apa menemui aku di sini? Kalian orang terhormat, jadi tak mungkin kita saling mengenal, kan?" ucap Rani cepat.

Mendengar itu, pria berwajah dingin di seberang Rani, menatap pria di sampingnya, lalu berkata pelan–seolah tak ingin bicara langsung pada Rani.

"Jelaskan padanya."

Rani pun terdiam. Ia menduga pria di depannya bos dari pria yang di sebelahnya. Terlihat dari caranya memberi perintah yang tak bisa ditolak asistennya.

"Kami menawarkan kerja sama untuk membalaskan dendam pada suamimu," ucap asisten pria itu pelan,seolah takut terdengar oleh orang lain.

Rani pun semakin menatap kedua pria itu dengan pandangan curiga. Tak kenal satu sama lain, tapi menawarkan kerjasama? Jelas saja, Rani merasa takut.

"Aku tak tahu apa urusan kalian dengan Hendra dan ibunya. Tapi, yang pasti adalah aku tak ingin ikut campur,” ucap Rani, “lagi pula, kita tidak saling kenal bagaimana bisa aku yakin kalau kalian tak akan menjerumuskankku?”

Dia menatap berani keduanya.

Bisa saja, mereka justru utusan Hendra dan ibunya untuk menjebak dirinya.

Bukankah, tujuan mereka untuk menguasai harta peninggalan orang tuanya, termasuk rumah yang sertifikatnya tak ada itu?

"Kalau tak ada lagi yang perlu kita bicarakan, sebaiknya aku kembali ke dalam."

Tak mau ambil resiko Rani pun segera berdiri untuk kembali ke dalam. Dia tak mau berurusan dengan orang-orang tak jelas.

Saat ini, dia hanya harus memastikan kalau bulan depan dia terbebas. Dengan demikian, dia bisa segera membalas perbuatan Hendra dan ibunya atas kematian Rara–dengan kedua tangannya sendiri.

"Aku tahu Siti atau mantan ibu mertuamulah yang membuat Rara kecil meninggal. Kebencianku pada wanita itu sama bersarnya denganmu. Sama seperti menghancurkan hidupmu dia juga menghancurkan hidup ibuku.”

Ucapan pria berwajah dingin itu membuat Rani berhenti melangkah. Dia kembali berbalik untuk menatap pria itu dan terkejut dengan sorot matadendam dan kebencian.

Sangat dalam, hingga membuat Rani bertanya apa yang dilakukan mantan mertuanya pada hidup ibu pria asing tersebut?.

"Sebelumnya, kenalkan ini Pak Sean Pratamayudha,” ucap pria yang lain mendadak, “sedangkan saya, Anda bisa panggil saja Miko. Saya adalah asisten pribadi beliau."

Miko mengenalkan Sean dan dirinya pada Rani.

Mendengar dua nama itu membuat kening Rani mengkerut, dia kembali yakin tak mengenal mereka sama sekali. Namun, kewaspadaannya tidak menurun sama sekali.

"Saya tau Anda bimbang dan curiga pada kami berdua. Untuk itu, saya akan jelaskan siapa Pak Sean yang sebenarnya.”

“Kami juga akan memberikan surat perjanjian yang melindungi Anda. Jadi, kami harap Anda tak perlu khawatir karena kami jamin ini tak akan merugikan kedua belah pihak."

Rani pun terdiam. Namun, perlahan, ia menyimak penjelasan Miko tentang perjanjian kerjasama itu dan apa yang dia dapatkan selama kerjasama itu terjalin.

Selama pria itu menjelaskan, Sean terlihat menatap tajam ke wajah Rani yang terlihat kusam. Namun, tetap saja ada sisi cantik yang tertutupi dan Sean bisa melihatnya.

Di sisi lain, Rani bukan tak tahu bila Sean menatapnya, tapi dia mengabaikan hal itu.

“Jadi, bagaimana?” ucap asisten Sean mendadak, hingga membuat Rani tersadar bahwa dia belum memahami rencana balas dendam yang ditawarkan.

Melihat itu, Miko pun tiba-tiba diam dan menatap Sean yang seolah menyuruhnya menunggu jawaban Rani.

"Aku memiliki banyak pertanyaan. Bagaimana kalian tahu merekalah penyebab kematian Rara? Polisi saja tak menemukan bukti sama sekali. Itulah salah satu sebab aku mendekam di penjara ini," ucap Rani yang masih curiga pada Sean dan Miko.

“Jadi, kenapa juga kalian yakin memilihku sebagai partner balas dendam? Apakah kalian benar-benar ingin membantuku atau…?”

Mendengar pertanyaan menggantung Rani itu, Miko pun menarik napas panjang. Sean menyadari kesulitan sang asisten.

Pria yang sedari tadi diam itu akhirnya angkat bicara,"Kami tahu bila ada orang dalam yang membantu mereka untuk menjebloskanmu ke penjara. Tak hanya itu, aku juga punya bukti yang menunjukkan kalau Rara meninggal karena suami dan mertuamu," ucap Sean membuat Rani mematung, dia tak menyangka ada bukti yang di simpan Sean.

“Bukti itu bisa membersihkan namamu dan membuat mereka membusuk di penjara, tapi bukan itu yang aku inginkan. Mereka harus merasakan apa yang aku dan ibuku rasakan. Oleh karena itu, aku mencarimu. Hanya kau yang bisa membuat mereka merasakan rasa sakit itu," tambah Sean.

Rani kembali tertegun kala melihat rasa sakit di mata Sean. Akan tetapi, dia masih belum bisa percaya pada kedua pria ini.

Bagaimana kalau mereka menjebaknya dan menjadikan dirinya sebagai kambing hitam setelah pembalasan dendam ini selesai?

Ia tak boleh gegabah.

"Kau masih terlihat meragukan kami berdua,” ucap Sean mendadak, “sepertinya, tak ada cara lain untuk membuatmu percaya kalau kerjasama ini akan menguntungkan kita berdua."

Pria berwajah dingin itu pun tampak merapikan jasnya dan berdehem.

Tak lama, ia pun menatap Rani tepat di kedua matanya, "Kalau begitu menikahlah denganku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Talak Di Hari Kematian Putriku.   Serangan Dari Riri.

    Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe

  • Talak Di Hari Kematian Putriku.   Suami-Istri Saling Memanjakan

    Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya

  • Talak Di Hari Kematian Putriku.   Mengancam Balik

    Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka

  • Talak Di Hari Kematian Putriku.   Membalaskan Dendam Sang Istri.

    Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur

  • Talak Di Hari Kematian Putriku.   Trauma Rani.

    Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku

  • Talak Di Hari Kematian Putriku.   Undangan Reuni.

    Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status