Home / Romansa / Talak Usai Bertemu Mantan / Kejadian Masa Silam Menjadi Alasannya

Share

Kejadian Masa Silam Menjadi Alasannya

last update Huling Na-update: 2021-11-01 11:28:07

Perkataan Mas Bhanu berputar di kepalaku. Bahkan ketika bertemu dengan orang tua Airin konsentrasiku juga buyar. Beruntung ada Liza yang membantuku berbicara.

 Andai, tadi ayahnya Airin tak menghubungi, aku pasti sudah minta penjelasan terkait wanita itu pada Mas Bhanu.

“Deema, bagaimana?” Liza memandangku. “Apa kamu menerima tawaran Pak Farabi?”

Aku mengangguk setuju. Padahal aku sendiri tak tahu apa yang mereka bicarakan. Yang aku tangkap hanya les privat seminggu tiga kali, selasa, kamis, dan sabtu.

Setelah semua urusan dengan Pak Farabi selesai, aku dan Liza pamit pulang.

“Sudah jangan dipikirkan masalah tadi. Kamu masih muda, jangan takut kehilangan dia.” Liza menyentuh tanganku dengan tangan kirinya. Sedang tangan kanannya mengemudi.

Aku tersenyum memandang wanita itu sebagai isyarat kalau aku dalam keadaan baik-baik saja.

Memang benar kata Liza. Tak pantas untukku meratapi Mas Bhanu. Pria seperti itu tak pantas untukku. Andai dia meminta maaf dan ingin kembali. Mungkin saja suatu saat hal itu akan terulang kembali. Padahal pernikahan kami belum genap tiga bulan. Namun, pria itu sudah berani main belakang.

***

Malam harinya, aku menunggu kepulangan Mas Bhanu. Malam ini juga aku harus meminta penjelasan perihal wanita bernama Afseen serta maksud dari perkataannya.

Berkali-kali aku melihat jam di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Belum ada tanda-tanda kepulangan Mas Bhanu. Aku berjalan mondar-mandir di depan pintu. Gelisah memikirkan pria itu. Takut dia sedang berduaan dengan wanita itu. Bukan takut karena kehilangannya, tapi rasa takut jika pria itu terjerumus dalam lubang dosa.

Kumandang Azan Subuh membangunkanku. Entah pukul berapa aku tertidur di kursi. Aku memandang ke arah pintu, tidak ada tanda-tanda kepulangan Mas Bhanu. Bergegas aku bangun menunaikan kewajiban sebagai umat muslim.

“Deema!”

Baru saja selesai berdoa, terdengar suara pintu diketuk dengan keras di susul suara teriakan Mas Bhanu memintaku untuk segera membuka pintu. Aku bergegas melepas mukena yang kukenakan dan melipatnya.

“Ya, Mas.” Bergegas aku berlari untuk membukakannya pintu.

“Lama sekali dari mana saja kamu?” tanya Mas Bhanu.

Wajah pria itu tampak lesu. Sepertinya semalaman dia tak tidur. Rambutnya juga terlihat acak-acakan.

“Salat, Mas. Harusnya aku yang bertanya dari mana saja kamu?”

Mas Bhanu tak menjawab pertanyaanku. Pria itu justru berjalan melewatiku.

“Berhenti!” Aku berjalan menyusulnya dan berdiri tepat di hadapan pria itu. “Kamu habis zi*n*a dengan wanita itu kan, Mas?” Amarahku memuncak karena tak tahan membayangkan kebersamaan mereka.

“Jaga mulutmu itu, Deema!” Mas Bhanu menunjukku.

“Memang itu kenyataannya kan, Mas? Kalau itu benar, maka kewajibanku untuk menasihatimu, Mas.”

“Jangan sok suci kamu, Deema. Bagaimana denganmu? Apa kamu masih perawan saat menikah denganku?”

Lagi-lagi Mas Bhanu mengungkit hal itu.

“Aku tak seperti yang kamu sebutkan, Mas.”

“Bohong! Kalau kamu masih perawan kenapa tak ada bercak darah ketika kita pertama kali melakukannya.”

Pada malam pernikahan, pria itu begitu kecewa ketika tak mendapati bercak di seprai. Aku juga sudah menjelaskan semua kalau diriku tak pernah berhubungan dengan pria mana pun. Namun, pria itu tak terima. Beruntung ada ibu Mas Bhanu yang menjelaskan pada pria itu. Sejak saat itu dia mau menerimaku kembali. Akan tetapi, semua tak lagi sama. Pria itu berubah dingin terhadapku.

“Mas!” Aku begitu terpukul dengan perkataan pria itu. “Harus berapa kali aku menjelaskan padamu kalau tak ada pria lain yang pernah menyentuhku.”

“Aku benar-benar kecewa padamu Deema.” Pria itu membuang muka. Dia berdiri membelakangiku.

Aku kembali berdiri di hadapan pria itu. Namun, dia tak mau memandangku. “Apa bercak darah menjadi tolak ukur kesucian seorang wanita? Bagaimana denganmu? Hah!”

“Iya, aku akui itu. Aku memang pria tak tahu diri yang suka bergonta-ganti wanita. Namun, aku tak sepertimu yang luarnya tampak alim, tapi aslinya busuk.” Pria itu meludah di hadapanku

Perkataan Mas Bhanu memang keterlaluan. Aku sudah tidak tahan dengan sikapnya. Andai saat ini juga dia meminta berpisah, aku terima dengan lapang dada.

“Dengar Deema.” Pria itu mendekatkan wajahnya ke telingaku. “Pertama kali aku melakukan itu dengan Afseen, ada noda darah di seprai dan kamu tahu Deema. Rasanya sangat berbeda ketika menyentuhmu dan Afseen. Dia begitu menggairahkan. Tak sepertimu yang membosankan.”

“Mas!” Tak tahan aku mendorong pria itu. Tak cukup sampai di sana, aku juga mendaratkan telapak tanganku di pipinya dengan keras.

Mas Bhanu begitu menjijikkan. Rasanya aku tak sudi melihat wajah pria itu. Berkali-kali aku memukulinya. Namun, pria itu justru menertawakanku.

“Deema, aku masih menerimamu saat ini, itu semua karena ibuku. Jujur aku mencintai Afseen jauh sebelum aku mengenalmu.”

Mas Bhanu menceritakan padaku tentang hubungannya dengan Afseen. Termasuk alasan mereka sempat berpisah. Dia menyalahkanku atas perpisahan mereka. Jika ibunya tak me jodohkannya denganku, mereka pasti sudah hidup bahagia.

Aku hanya bisa menangis mendengar semua pengakuannya.

Pria itu lantas memegang kedua pipiku dengan satu tangannya, membuat bibirku monyong ke depan. “Dengar Deema. Kalau aku harus memilih, aku lebih memilih Afseen dari pada kamu. Wanita bukan hanya ladang uang untukku. Namun, hatiku ini.” Dia menunjuk dadanya. “Hanya ada namanya.”

Aku mencoba melepaskan diri darinya. Sekuat tenaga aku mendorong tubuh pria itu. “Aku juga tidak sudi hidup denganmu. Sekarang juga talak aku, Mas.”

“Baiklah. Sekarang juga aku talak kamu Deema.”

Bersambung ....

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
laki-laki SIAL bagus kecelakaan terus CACAT
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Talak Usai Bertemu Mantan   Ending

    Hal itu membuatku malu, aku lantas menyenggol lengan pria itu karena malu. Sedangkan Ayah tersenyum melihat tingkah kami. “Ayah, Deema punya kabar bahagia,” ucapku. Rasanya aku sudah tidak sabar ingin memberitahukan perihal kehamilanku pada Ayah. “Kabar apa, Deema?” Ayah yang duduk di teras bersama kami memandangku. Pria itu sepertinya sudah tidak sabar untuk mendengarnya. Sejenak aku memandang Pak Farabi yang duduk di sampingku untuk meminta izin padanya. Pria itu mengangguk. Gegas, aku mengambil sebuah kotak kecil dari dalam tas dan menyerahkannya pada Ayah. “Buka, Yah. Kabar bahagianya ada di sana.” Aku menunjuk kotak beludru berwarna biru itu pada Ayah. Perlahan, Ayah membukanya. “Apa ini, Deema?” tanya Ayah memandangku. Pria itu lantas mengamati benda kecil yang berada di dalam kotak. “Deema hamil Ayah.” Mendengar itu, mata Ayah berkaca-kaca. “Benarkah itu, Deema?” Pria itu seakan tak percaya dengan apa yang aku katakan. “Iya, Ayah. Sebentar lagi, Ayah akan memiliki cuc

  • Talak Usai Bertemu Mantan   Kehamilan yang Dinantikan

    Aku begitu terharu ketika dokter menyatakan aku telah hamil delapan minggu. Memang aku terakhir datang bulan sebelum berangkat bulan madu. Sehari setelah mengetahui kabar kehamilan, aku dan Pak Farabi pulang ke kota kelahiran kami. Kepulangan kami tak ada satu keluarga pun yang tahu. Pun dengan berita kehamilanku. Aku dan Pak Farabi berencana ingin memberi kejutan pada semua keluarga. Pulang dari bandara kami sengaja tak menelepon sopir untuk menjemput. Melainkan mengendarai taksi daring. “Deema, Farabi, kenapa kalian sudah pulang?” tanya Bu Sekar. Beliau begitu terkejut melihat kepulanganku dan Pak Farabi malam itu.Berbeda dengan beliau, Airin justru sangat bahagia melihat kehadiran kami. Gadis kecil itu bahkan berlari untuk memelukku.Kami berdua hanya diam mendengar pertanyaan Bu Sekar.“Apa ada kabar bahagia untuk kami?” tanya Bu Sekar kembali.Pak Farabi yang sedari tadi pura-pura memasang wajah memelas, menjawab kalau aku tak mau disentuh olehnya.Sontak Bu Sekar marah pad

  • Talak Usai Bertemu Mantan   Cucu 2

    Hubunganku dengan Pak Farabi juga semakin baik, hanya saja aku belum melakukan ritual malam pertama dengan pria itu. Padahal sebelumnya kami berdua sama-sama pernah menikah. Aku heran juga pada pria itu, kenapa dia bisa begitu sabar menahan hawa nafsunya. “Farabi, kapan kamu punya anak dari Deema?” Minggu siang, Bu Sekar ke rumah bersama dengan Rana. Waktu itu Rana dan Airin asyik bermain di ruang keluarga. Aku menemani mereka berdua. Sedangkan Ibu dan Pak Farabi duduk di sofa. Seketika tatapan Pak Farabi beralih padaku. Pria itu seakan-akan memintaku untuk menjelaskan semua pada Ibu. Tak mau ambil pusing, aku mengalihkan pandangan pada gadis kecil yang sedang asyik main kereta es krim di sampingku. “Kalau perlu, kalian pergi ke dokter.” Wanita itu semakin memojokkan Pak Farabi. “Bu, bagaimana bisa Deema hamil, Farabi aja belum menyentuhnya.” Entah pria itu keceplosan atau memang sengaja. Suara Ibu seketika menggelegar, memenuhi ruang keluarga. Tak ingin mendengar obrolan orang

  • Talak Usai Bertemu Mantan   Cucu

    Menurutnya, semalam yang melihatku dan menahan agar tidak jatuh adalah Mbak Darsi. Wanita itu juga yang menjagaku hingga Pak Farabi pulang. Mengenai kepulangan Pak Farabi, Zafran yang menghubunginya.“Deema bagaimana keadaanmu saat ini? Sudah enakkan kah?” Aku tak menjawab pertanyaan pria itu. Melihatku hanya diam saja, Pak Farabi coba meraih tubuhku.“Eh! Bapak mau ngapain?”“Membawamu ke dokter.”“Aku sudah tidak apa-apa. Mungkin karena semalam aku lupa makan. Jadi masuk angin.”Melotot, Pak Farabi memandangku. Dia bertanya kenapa aku tak makan semalam. Alih-alih menjawab, aku justru mengalihkan perhatian dengan menanyakan kenapa dirinya pulang lebih cepat. Tak mungkin juga aku mengatakan Zafran adalah alasanku tak makan.“Mendengarmu sakit saja sudah mampu mengalihkan duniaku. Beruntung pekerjaan sudah selesai hanya Ayah yang tinggal di sana. Sedangkan aku memilih pulang. Mana sanggup aku jauh darimu!” Pria itu menoel hidungku.Aku begitu bersyukur bisa memiliki Pak Farabi. Walaup

  • Talak Usai Bertemu Mantan   Seatap dengan Mantan

    “Ya, sudah. Aku pergi dulu. Kamu baik-baik Deema.” Sebelum pergi Pak Farabi mengecup keningku. Hal itu juga dilihat oleh Zafran yang sedang duduk di ruang tamu. Aku bisa melihat pria itu intens menatap ke arah kami. Pada posisi ini aku benar-benar merasa tidak enak hati.Pada acara makan malam bersama aku merasa canggung karena duduk satu meja dengan Zafran. Sedangkan Namira berada di kamar. Wanita itu makan di kamarnya karena kondisi yang tidak memungkinkan.Di sampingku duduk, ada Rana dan Airin. Telaten, aku menyuapi buah hati Namira dan Zafran itu. Ibu juga menawarkan diri untuk menyuapi gadis kecil itu, tapi aku melarangnya dengan dalih dia kelelahan.Kami makan hanya berlima, karena Pak Adilaga juga pergi bersama Pak Farabi Da urusan penting katanya. Menurut Pak Farabi mereka baru pulang besok pagi. Urusan apa aku sendiri tidak tahu.“Deema, kamu tidak makan?” Ibu memandangku yang masih menyuapi Rana.“Habis menyuapi Rana, Bu.”“Ya sudah.” Wanita itu kembali melanjutkan makan.

  • Talak Usai Bertemu Mantan   Bahaya Satu Atap dengan Mantan

    Napas terasa berat. Dada terasa sesak. Aku begitu tak menyangka dengan kejadian yang menimpaku tadi. Beruntung Pak Farabi sigap dan mendorong tubuh Mas Dhanu menjauh. Dibantu Bu Nirmala, suamiku itu mendorong tubuh pria itu. Sedang aku berlari keluar. Bu Nirmala gegas mengunci pintu kamar pria itu. Dari luar, aku masih bisa mendengar beberapa kali pria itu memanggil namaku. Merasa bersalah dengan apa yang terjadi, Bu Nirmala berkali-kali meminta maaf. “Deema. Tenanglah.” Pak Farabi menggenggam kedua pundakku. Air mata tak henti-hentinya mengalir membasahi pipi. Bukan hanya rasa takut yang menyelimuti diri, tapi juga rasa berdosa karena disentuh pria bukan mahramku. Kami bergegas pamit pada Bu Nirmala dan Bu Diah. Dengan derai air mata penyesalan, wanita itu melepas kepergianku. Mungkin, ini kali terakhir, aku menginjakkan kaki di rumah itu Di tengah perjalanan, karena tak tega melihat kondisiku, Pak Farabi menghentikan mobil. Memberi waktu agar aku lebih tenang. Namun, setengah jam

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status