"Ada banyak usaha yang ingin dilakukan seseorang untuk mengembalikan kesedihan yang telah dia perbuat menjadi sebuah kegembiraan... Tapi itu tergantung orang yang menerima nya."
•••
Alice duduk dipinggiran kasur sambil mengusap dahi lelaki yang berada dihadapannya dengan sayang.
Dia sedang berada di mimpi Reyyan.
Setelah bertahun-tahun berpisah akhirnya Alice bisa bertemu lagi dengan Reyyan walaupun Alice datang dari mimpi Reyyan.
Kenangan memori itu kembali masuk kedalam otak Alice, mengulangnya terus-menerus setiap kali dia sedang depresi atau memikirkan Reyyan.
Alice mengusap dahi itu pelan-pelan, menyentuh helai demi helai rambut Reyyan. Mata
Maaf ya baru bisa update lagi, karena aku habis Pts muehehe :3 Makasih buat yang udh selalu stay diceritaku♥
“A wonderful fact to reflect upon, that every human creature is constituted to be that profound secret and mystery to every other.”-Charles Dickens. ••• Semenjak kejadian Pria yang entah berantah darimana asalnya mengenalku, membuatku sakit kepala. Jadinya Reyyan akhir-akhir ini menjagaku sangat waspada 24 jam. Bersama dengan pengawalnya juga si Devon. Tapi ku akui akhir-akhir ini juga Oca terlihat aneh, dia lebih banyak diam. "Eh, Oca! Baru dateng?" Sapaku pagi-pagi dengan senyum termanisku. Oca yang berjalan menunduk langsung mendongak menatapku. Tapi matanya menatap ke kanan dan kiri ku, karena disana ada Reyyan dan juga Devon. Lengkap seperti bodyguard. "H-halo
"Kamu bilang, kamu sudah banyak menyimpan rahasia seseorang dan seseorang punya rahasianya masing-masing dihidupmu. Tapi... Untuk kali ini bisakah kamu mendengar dan menyimpan rahasiaku juga?"•••"Jadi cewe itu siapa?" Reyyan menoleh cepat kearah Laura.Mereka sedang berada di jalanan berbukit kecil, yang jalanannya berada di samping. Dari sana mereka bisa melihat rumah-rumah atau warung dari atas.Pemandangannya kelihatan indah sekali apalagi sekarang mereka sedang menunggu Sunset.Reyyan yang hanya tau tempat rahasia ini, karena Laura anak rumahan dia baru pertama kali tau tempat ini, dia merasa senang dan takjub dibawa kesini.
"Aku menahannya hanya untuk tetap bisa bersamamu."•••Mereka berdua sama-sama saling diam di atas atap sekolah.Setelah kejadian semalam, Laura berakhir menginap dirumah Reyyan.Tentu saja tidak sekamar, Reyyan tidak kuat menahan dampaknya kalau dia tidur sekamar dengan Laura.Setelah malam itu juga Reyyan langsung terkena dampaknya. Dia batuk-batuk mengeluarkan darah dan hatinya berdenyut kesakitan.Sesungguhnya dia sangat muak dengan peraturan yang diberikan ini, dia muak dengan perasaannya yang dibatasi.Dia mengepalkan tangannya, dia bertekad harus segera menemukan jalan hidupnya yang sebenarnya.
"Walaupun begitu, hatiku hanya menyayangi Reyyan seorang."•••Pada malam itu, guntur bersaut-sautan dengan sangat kencang.Laura kecil yang tidur meringkuk diangkat tubuhnya menuju suatu ruangan.Di dalam ruangan itu dia di dudukkan disana, tapi karena diminumkan obat tidur dia jadi tidak bergeming untuk bangun sedikitpun.Disana sudah terdapat banyak lilin dan tanda untuk ritual pengambilan kekuatan."Mari kita mulai saja."Juru sihir memulai ritualnya, tanda yang tergambar dibawah menyala terang saat juru sihir itu mengucapkan mantra.
"Please be my lady, Laura Laveau." -Edgard.•••Setelah Laura mengatakan hal itu, Reyyan bisa melihat dari jendela apartementnya, cahaya dari bumi menuju bulan berwarna biru terang.Reyyan mengernyit merasa aneh ketika melihat cahaya biru terang itu menabrak bulan sabit, bulan sabit itu berubah menjadi biru terang.Reyyan perlahan memegang dadanya, dia merasa ada sesuatu disana yang perlahan-lahan hilang. Tapi dia tidak mengerti sesuatu itu apa.Dia melihat Laura yang masih tidur terlelap memunggunginya.Dia tersenyum kecil.Dia berharap itu bukanlah pertanda buruk.•••Setelah malam itu Laura mengatakan hal itu, buku takdir yang disimpan ne
"Ini memang gila, tapi aku tidak pernah mencintaimu lebih dari teman, Edgard."-Laura Laveau•••Di Uks tempat kesepakatan Devon dan Reyyan."Apa kamu gapapa?"Reyyan melirik sebentar. "Ya, cuman lemes. Tiba-tiba tenagaku dipaksa keluar banyak. Untung ada kamu."Devon tersenyum senang."Aku sangat mengandalkanmu, terima kasih."Devon mendudukan Reyyan di brankar Uks."Tidak apa-apa, itulah gunanya asisten."Reyyan menaikkan sebelah alisnya. "Asisten?"
"Sesungguhnya aku benci dengan ketidak adilan ini."•••'Menghilang ya?'Laura diam menatap matahari terbenam bersama dengan Reyyan disampingnya.Dia jadi teringat kata-kata Reyyan tadi sebelum keduanya sama-sama terdiam."Aku bakalan nyari kebenarannya Laura, kamu ga perlu khawatir." Reyyan menatap yakin pada Laura.Tangannya meremas pundak Laura kuat-kuat."Kamu ga usah takut. Ada aku disini, kamu bakalan bebas. Sekarang kamu pulihin pikiran kamu dulu biar aku yang cari tau semuanya.""Kita udah punya Clue sedikit dari Nenekmu, lalu aku akan kerumah sakit mengecek tes DNA mu bersama Devon.""Lalu kita akan bertemu kebenarannya
"Ini emang ga adil, tapi aku harus jujur sama kamu."•••Rae sibuk mengobrak-abrik isi ruangannya yang terdapat banyak berkas-berkas pasien."Dimana ya? kutaruh."Ucapannya itu membuat Reyyan memutar bola matanya sebal. Dia jadi harus ikut turun tangan membantu dokter menyebalkan ini."Kamu ini pelupa apa gimana?""Maaf, aku sudah terlalu lama di dunia manusia. Kekuatanku mungkin semakin habis sekarang ini.""Kamu terlalu sibuk ya.""Lumayan gaji dokter lebih menguntungkan dari pada menyembuhkan pasien di dunia penyihir."Reyyan m