Share

Bab 4 : Menyelamatkan wanita yang di Dzolimi

"Nak... Nak... Berhenti nak! " Panggil seseorang dari jauh di atas sepeda motor.

Salman yang hendak masuk mobil menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Ia melihat seorang wanita paruh baya bergegas turun dari sepeda motor berlari menemuinya.

"Loh, Ibu kan yang tadi pagi itu? " ucap Salman ketika Ibu itu sudah keliatan wajahnya.

"Hu... Hu.. Hu... Tolong putri saya Nak, Selamatkan harkat dan martabat nya sebagai seorang perempuan muslimah. Hu... Hu.. Hu... Tolong nikahi putri saya Nak, Selamat kan lah putri ku dari kejahatan ini? Selamatkan harga dirinya Nak? Jangan biarkan semua orang melihat aurat yang selama ini ia jaga. Hu... Hu... Hu... Tolong nikahi anak saya? Setelah itu silahkan engkau menceraikan anakku, karena lebih baik ia menjadi janda dari pada harkat dan martabat nya di rendahkan dengan cara seperti ini. " ucap Umi Sarah yang langsung bersimpuh di hadapan Salman dengan bercucuran air mata.

"Astaghfirullah hal adzim Bu? Ayo berdiri! Hanya Allah lah yang pantas tempat kita bersimpuh.

Janganlah Ibu bersimpuh di hadapan manusia seperti saya. " jawab Salman dengan membantu Umi Sarah untuk bangkit berdiri.

"Maaf Bu, memang nya apa yang terjadi pada anak Ibu sekarang ini? " tanya Rama dengan sopan.

"Para tetua kampung dan yang lainnya sudah membawa Hanum secara paksa ke lapangan di tengah desa Nak, Hu... Hu.. Hu... " Jawab Umi Sarah masih dalam keadaan menangis.

"Astaghfirullah hal adzim... " ucap Salman, Rama dan Satrio berbarengan dengan wajah terkejut.

"Pak, orang-orang kampung ini keterlaluan sekali! Ini tidak bisa di biarkan. Ya Allah, saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika anak perempuan saya mengalami hal seperti ini! " ucap Rama dengan geram.

"Kamu benar Ram! Saya tidak bisa membiarkan kedzoliman terjadi di depan saya! Apalagi mereka dzalim terhadap seorang wanita yang selalu menutup aurat nya. " jawab Salman dengan tangan terkepal menahan amarah.

"Bu, Ibu tenang saja! Saya akan menikahi putri Ibu. Tapi saya tidak akan menceraikannya karena saya tidak mau mempermainkan sebuah pernikahan. Tapi maaf karena saya hanya bisa menikahinya secara agama saja. " ucap Salman dengan terus terang.

"Ta-tapi Pak, bagaimana dengan Ibu Yasmine? " tanya Rama kaget dengan keputusan Salman.

"Saya akan membicarakan ini dengan Yasmine, dan menjelaskan semuanya bagaimana pernikahan ini bisa terjadi. Kita doakan saja semuanya berjalan lancar. " jawab Salman dengan sungguh-sungguh.

Umi Sarah sedikit bernafas lega ketika mendengar kata-kata Salman. Ia menghapus air matanya dengan hijab panjangnya.

"Nak, saya sebagai seorang Ibu, mengucapkan terimakasih karena kau mau menyelamatkan putriku dengan menikahinya walaupun itu hanya dengan nikah siri. Tapi, saya tekan kan sekali lagi, kalau kau bisa menceraikan putri ku setelah kau menikahi nya karena saya tidak mau membuat istrimu marah karena melakukan poligami tanpa sepengetahuan nya sebagai istri pertama. " ucap Umi Sarah panjang lebar.

"Bu.... " ucap Salman yang terpotong.

"Panggil saja Umi seperti Hanum Nak! " sahut Umi Sarah memotong ucapan Salman.

"Umi, saya hanya mau bilang, untuk saat ini Umi tidak usah pikir kan tentang yang lainnya termasuk Yasmine karena itu tanggungjawab saya sebagai suaminya. Sekarang ini yang lebih penting, kita harus menyelamatkan Hanum sebelum semuanya terlambat. " ucap Salman dengan tenang.

"Astaghfirullah hal adzim.. Umi lupa kalau Hanum sendirian di sana! " seru Umi Sarah sedikit panik.

Ia pun lalu menaiki sepeda motor dengan salah seorang warga yang mengemudikannya.

Sedangkan Salman beserta Rama dan Satrio mengikuti nya dari arah belakang menggunakan mobil.

Mereka semua akhirnya sampai di sebuah tempat yang di sebut lapangan dengan banyaknya orang-orang yang berkumpul seperti ingin menyaksikan pertunjukan dangdut saja.

Umi Sarah bergegas turun dari motor dan Salman melompat agar bisa mencegah Umi Sarah yang terlalu terburu-buru.

"Umi, sabar Umi, saya tidak akan membuat mereka menghancurkan harga diri Hanum. Kita terobos kerumunan ini dengan pelan-pelan, jangan tergesa-gesa karena nanti malah kita yang terinjak-injak oleh manusia-manusia bodoh seperti mereka. " ucap Salman ketika berhasil mencegah Umi Sarah yang buru-buru dengan menarik ujung hijabnya.

"Astaghfirullah hal adzim... Astaghfirullah hal adzim... " ucap Umi Sarah beristighfar sambil menarik pelan nafasnya.

Dari kejauhan, mereka melihat jika Hanum sudah berdiri di sebuah panggung dengan dua orang pria yang berambut putih yang pernah Salman lihat dan seorang pria yang juga berambut putih memakai cincin-cincin besar di tangan kanannya. Mereka berdiri di sisi kanan dan kiri Hanum, mungkin berjaga-jaga agar Hanum tidak bisa melarikan diri.

Hanum menangis tiada henti menerima nasibnya yang malang ini, sehingga membuat matanya bengkak, hidung memerah karena kelamaan menangis. Ia pasrah akan hidupnya kepada sang Khaliq, ia hanya tidak menyangka jika ia akan di permalukan, di hina, dan di jatuhkan harkat dan martabat nya sebagai seorang wanita muslimah yang menutup aurat.

"Dengar para penduduk kampung xxx, hari ini kita akan menyaksikan sanksi tegas untuk wanita yang melanggar ketentuan adat dan tradisi kampung kita ini. Ingatlah semua! Ini akan menjadi pelajaran bagi kalian semua jika tidak seorang pun yang bisa menghalangi ritual ini karena jika kita tidak melakukan nya maka kampung kita akan mengalami sial selama 40 hari 40 malam. Apakah eksekusi nya bisa kita lanjutkan?? " ucap pria tua yang memakai cincin besar di tangannya itu dengan kencang menggunakan microphone.

"Bisa Ki! Bisa! Ayo lanjutkan! " jawab para warga dengan bersorak-sorai.

Sungguh miris adab dan akhlak warga kampung xxx ini, yang menganggap wanita hanya seonggok sampah yang tidak berguna. Mereka tega berbuat dzalim terhadap wanita santun hanya karena tradisi gila yang di lakukan turun temurun itu. Benar-benar tidak punya akal dan hati nurani para manusia ini.

Pria yang berambut putih yang satunya mengambil sebuah gunting dan mendekat kearah Hanum yang menangis terisak sambil menunduk. Ketika tangan pria tua itu hendak memegang hijab Hanum untuk membukanya, tangan itu tiba-tiba saja di lempar kayu yang lumayan besar hingga membuat yang punya tangan meringis kesakitan.

"Jangan pernah tangan kotormu itu menyentuh Hanum sedikit saja, walaupun hanya hijabnya. Aku tidak segan-segan untuk mematahkan tangan tua mu itu jika kau berani melakukannya lagi. " teriak Salman dengan keras sambil berjalan menaiki panggung di iringi Umi Sarah, Rama dan Satrio yang berada di belakang nya.

"Hei... Dengarkan ucapan ku ini! Saya, Salman Hidayatullah bin Sultan Hidayatullah akan menikahi Hanum dan membawanya pergi dari kampung ini setelah kami menikah. Dengar itu! " ucap Salman dengan lantang dengan tangan terkepal kuat.

Semuanya terkejut dengan ucapan Salman yang naik panggung tiba-tiba, apalagi dengan sengaja melempar kayu ke tangan tetua kampung ini dengan sengaja.

Seorang pria naik ke atas panggung dengan tersenyum sinis melihat Salman. Pria tersebut memakai blangkon lengkap dengan bajunya dan kumis tebalnya yang tampak menyeramkan bagi anak-anak, tapi tidak pada Salman. Salman malah menatap balik dengan tatapan tajam dengan aura mengintimidasi yang kuat sehingga beberapa orang bergerak untuk mundur ke belakang.

"Tidak semudah itu sampean bicara. Kalian tidak akan bisa meninggalkan kampung ini sebelum melakukan malam pertama dengan bukti darah keperawanannya. " ucap laki-laki itu dengan tersenyum menyeringai.

"Astaghfirullah.. Keterlaluan sekali orang kampung ini! Bisa-bisa nya mereka melakukan hal ini yang seperti ini. " ucap Salman dalam hati dengan menarik pelan nafasnya agar tidak terpancing emosinya.

"Cih.. Aku tidak peduli dengan bualan mu itu. Ayo Umi bawa Hanum pulang! " jawab Salman tidak peduli dengan teriakan lelaki itu sambil mengiringi langkah Umi Sarah dan Hanum dari belakang.

Salman dan rombongan nya pergi meninggalkan lapangan tersebut dengan cuek meskipun terdengar bisik-bisik para penduduk terutama Ibu-ibu yang hobi bergosip. Mereka menggosipi Hanum dari belakang dengan tertawa cekikikan.

Mereka semua sudah sampai di rumah sederhana Umi Sarah. Dan Umi Sarah langsung menyuruh Hanum untuk mandi agar terlihat segar.

"Rama, Satrio, saya minta tolong pada kalian berdua. " ucap Salman sambil menarik nafasnya.

"Katakan saya Pak Bos! Saya akan membantu selama saya bisa! " jawab Satrio dengan mantap.

Rama pun menganggukkan kepala nya membenarkan kata-kata Satrio.

"Rama, saya beri kamu tugas untuk mencari penghulu yang bisa di percaya, Saya tidak yakin dengan penghulu di kampung ini. Pergilah dengan di temani Satrio! " ucap Salman dengan tegas.

"Baik Pak! " jawab mereka berdua serempak.

Rama dan Satrio pun bergegas pergi melakukan perintah Salman karena hari sudah hampir masuk waktu ashar.

"Assalamualaikum Umi, Umi Sarah! " panggil seseorang dari arah luar.

Seorang wanita tiba-tiba langsung masuk begitu Umi Sarah menjawab salam dari dalam rumah.

"Ya Allah Umi... Beneran Hanum akan menikah malam ini? " tanya wanita itu dengan gelisah sambil menggenggam erat tangannya sendiri.

"Alhamdulillah benar Desi! " jawab Umi Sarah dengan tersenyum ramah.

"Ya Allah Umi.. Gawat ini! " jawab wanita di panggil Desi itu dengan raut wajah panik.

"Kenapa kamu panik begitu Desi? Apanya yang gawat! " ucap Umi Sarah dengan bingung.

Salman yang tadi cuek bebek, akhirnya ikut duduk di samping Umi Sarah. Begitu juga dengan Hanum yang baru saja keluar dari kamarnya langsung ikutan duduk di kursi di samping wanita yang bernama Desi itu.

"Mbak! Coba jelaskan apa yang terjadi? Kenapa Mbak panik begini? jelaskan pelan-pelan saja Mbak! " ucap Salman penasaran.

"Anu Mas, sampean calon suami Hanum? " tanya nya lagi dengan gugup.

Salman menganggukkan kepalanya dengan pasti.

"Anu Umi, Mas, it-itu saya tidak sengaja mendengar pembicaraan suami saya dengan Kang Tarjo. Kang Tarjo meminta kesediaan suami saya untuk mencari preman sebanyak 20 orang untuk menjaga rumah Umi Sarah dari sebelum akad nikah Hanum sampai pagi. Katanya supaya Hanum dan suaminya tidak kabur sehabis akad nikah. " jawab Desi dengan tangan gemetar.

"Astaghfirullah hal adzim... " ucap Umi Sarah, Hanum dan Salman berbarengan sambil mengurut dada.

"Maafin suami Desi ya Umi karena tadi Desi dengar Kang Tarjo mengancam Kang Malih kalau gak mau gudang padi kami akan mereka bakar.. Hiks... Hiks.. " ucap Desi sambil menangis.

"Ya Allah... Keterlaluan sekali mereka! Apa salah kita sama mereka sampai mereka membuat kita seperti ini. " ucap Umi Sarah juga ikut menangis.

"Istighfar Umi.. Istighfar.. Serahkan semuanya kepada Allah. Biarkan saja mereka melakukan nya. Kita akan pergi dari sini besok pagi. Sekarang sudah masuk waktu ashar, lebih baik kita sholat dulu. " ucap Salman menenangkan Umi Sarah.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status