Share

Bab 3 : Benar-benar gila

"Sudah beres semuanya Ram? " tanya Salman sebelum keluar kamar.

"Sudah Pak, semua barang-barang saya sudah siap! " jawab Rama dengan mantap.

"Ayo kita tunggu di depan, sambil berjalan kaki ke tempat mobil kita kemarin. " ajak Salman dengan santai menggendong tas ranselnya.

Salman dan Rama berjalan ke luar penginapan dengan wajah datar.

"Permisi Pak, ini kunci kamar yang kami sewa semalam. " ucap Rama dengan sopan kepada Bapak pemilik penginapan sambil menyerahkan sebuah kunci ke tangannya.

Mereka yang berbicara serius itu terkejut melihat Salman dan Rama sudah rapi lengkap dengan tas di punggungnya.

"Hei Mas, sampean mau pergi kemana? Sampean harus tanggung jawab menikahi Hanum? " ucap pria dengan blankon sedikit keras.

"Apa saya tidak salah dengar? Kenapa saya yang harus menikahinya? Emangnya dia hamil sampai saya harus tanggungjawab? Saya tidak mau ikut campur, urus saja urusan kalian, saya juga tidak mengenal kalian, kenapa saya yang harus repot? Dasar gak waras! " jawab Salman juga dengan keras sambil terus berjalan.

Salman terus berjalan tanpa menoleh ke belakang, dan Rama dengan setia mengikutinya dalam diam. Dia tidak berani komentar dengan apa yang terjadi pada bos nya saat ini, semua begitu membingungkan, dan membuat kepala bisa pecah karena masalah tradisi gila ini.

Salman melemparkan ranselnya dengan kasar ketika sudah sampai di mobilnya yang ia tinggal semalam. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan memukuli setir mobil berulangkali untuk melampiaskan kekesalannya.

"Di minum dulu Pak, biar sedikit tenang? " ucap Rama sambil menyodorkan sebotol air mineral.

Salman tidak menjawab, ia hanya diam sambil mengambil botol air mineral dan meminumnya hanya dalam sekali tegukan. Tidak berapa lama, ponselnya tiba-tiba berdering.

[Assalamualaikum]

[Waalaikumsalam, Pi? ]

[Papi, gimana kabarnya? kapan papi pulang? ]

[Alhamdulillah Papi baik-baik aja Mi, belum tau Mi kapan pulangnya. ]

[Kenapa suara Papi kayak gak semangat gitu? Papi sakit? ]

[Papi gak sakit Mi, hanya saja kepala Papi sedikit pusing. Nanti juga hilang setelah minum obat. ]

[Ya sudah, Papi istirahat dulu gih! Obatnya jangan lupa di minum? ]

[Ya Mi, terimakasih sudah mengkhawatirkan Papi. ]

[Ia Pi, Udah dulu ya Pi, jangan lupa istirahat, love you Papi? ]

[Love you Mami]

[Assalamualaikum Pi, ]

[Waalaikumsalam Mi, ]

Salman meletakkan kembali ponselnya di dalam kantong celana nya.

"Saya tidak habis pikir Ram, kok ada yah tradisi yang tidak masuk akal seperti itu? Mereka jelas-jelas mendzolimi para perempuan dengan mencukur habis rambutnya di depan orang banyak. " curhat Salman dengan tidak percaya.

"Iya Pak, saya juga tidak percaya ada tradisi yang seperti itu. Kasihan sekali para wanita di kampung ini kalau mereka suka sama suka sih tidak apa-apa. " jawab Rama sambil menyandarkan tubuhnya di dinding mobil.

"Kenapa Satrio lama sekali? Saya benar-benar malas lama-lama di kampung ini! " ucap Salman dengan tidak sabaran.

Mereka pun terdiam, entah apa yang ada di pikiran masing-masing tentang masalah ini. Salman benar-benar tidak habis pikir, bagaimana orang-orang di kampung ini masih melakukan tradisi yang jelas-jelas diskriminasi terhadap kaum wanita. Mereka membunuh hak seorang wanita hanya karena pasangan hidup.

Mobil yang di tungguin Salman akhirnya datang juga.

"Rama, kamu bantu Satrio mengganti ban mobil! Saya mau ngecek air radiator nya dulu. " perintah Salman kepada Rama.

"Baik Pak! " jawab Rama sambil berdiri.

Salman pun keluar dari mobil, karena tadi ia bersandar di kursi belakang mobil. Ia pergi ke depan membuka kap mobil untuk mengecek air radiator nya, masih ada apa tidak.

"Memang benar-benar sial kita! Air radiator nya tinggal sedikit lagi, kalau tidak di isi setengah jam perjalanan bakalan mogok lagi karena air radiator nya habis. Sedangkan perjalanan ke kota S masih satu jam setengah lagi. " ucap Salman dengan gusar.

"Biar saya yang mencari airnya Pak! " jawab Satrio dengan sopan.

"Apakah bannya sudah di ganti? " tanya Salman serius.

"Sudah Pak! " jawab Satrio dengan pasti.

"Ya sudah, carilah air radiator nya agar kita bisa pergi dari kampung ini! " ucap Salman sambil menutup bagian depan mobil.

Satrio pun pergi mengendarai mobil yang ia bawa tadi menuju arah perkampungan tempat Salman dan Rama menginap semalam. Salman sengaja tidak menyuruh Rama karena tidak ingin nanti orang-orang gila di kampung ini memaksanya melalui Rama, dalam artian Rama di jadikan sandera untuk melaksanakan ambisi mereka.

Cukup lama Salman dan Rama menunggu Satrio mencari air untuk mobil mereka, hingga mereka berdua menunggu dengan bosan.

Setengah jam lebih menunggu, akhirnya mobil Satrio datang juga. Satrio turun dengan membawa dua galon berisi air.

"Maaf Pak, agak lama mencari airnya! " ucap Satrio meminta maaf sambil menunduk.

Ia pun membuka bagian depan mobil dan mengisi airnya sampai penuh dan menutupnya kembali.

"Kenapa kamu mencari airnya sampai selama ini Yo? " tanya Rama penasaran.

"Anu itu Pak Rama, tadi saya mencari sampai ke ujung perkampungan karena rumah penduduk pada tutup. Untung saja ada satu yang ada di rumah karena sedang tidak enak badan, jadi saya minta airnya sama Bapak itu, Pak. " jawab Satrio dengan panjang lebar.

"Tumben rumah-rumah penduduk pada tutup, emang mereka lagi Nyepi pake tutup pintu segala, ckckckck.. " ucap Rama dengan berdecak heran.

"Itu Pak, mereka pada pergi ke lapangan kampung yang ada di belakang kantor pos. Katanya mereka pada mau menyaksikan eksekusi perempuan yang gagal menikah, katanya lagi perempuan itu akan di gunduli rambutnya sampai habis. Hiyy.. Serem banget Pak saya dengarnya. Sampai bulu kuduk saya langsung merinding. Bapak-bapak yang saya minta air tadi juga cerita kalau ia harus sehat agar bisa membawa kabur anak perempuan nya dari kampung terkutuk ini, katanya. Ia bahkan sudah mempersiapkan nya dari sekarang karena sebulan lagi anaknya akan lulus SMA. "cerita Satrio panjang lebar.

" Astaghfirullah Hal Adzim... "ucap Salman dan Rama berbarengan.

" Benar-benar keterlaluan sekali orang kampung ini. Ternyata mereka sungguh-sungguh melakukan apa yang mereka katakan tadi. " sahut Salman lagi dengan prihatin.

"Iya Pak, keterlaluan sekali mereka itu. Kasihan sekali nasib gadis yang berhijab itu di gunduli di depan khalayak ramai. Pasti gadis itu merasa takut dan sedih karena semua orang melihat aurat yang selama ini ia tutupi karena kejadian ini. " ucap Rama ikut-ikutan prihatin.

"Kok Pak Rama dan Pak Bos tau apa yang terjadi di kampung ini? " tanya Satrio heran.

Salman pun menceritakan semuanya yang terjadi tadi pagi kepada Satrio dengan jujur tanpa ada yang di tutupi, begitu juga Rama yang mendengar langsung cerita Salman, karena ia tidak mengetahui cerita ini dari awal mula.

"Astaghfirullah Hal Adzim Pak! Sungguh keterlaluan sekali orang kampung ini. Bagaimana bisa mereka memaksa orang asing yang hanya menyewa penginapan untuk melakukan tradisi aneh mereka. " ucap Satrio sambil mengurut dada setelah mendengar cerita dari Bos nya.

"Entahlah! Saya juga tidak habis fikir. Ayo kita kembali saja ke kota S. Sudah hampir jam 2 siang ini. " ucap Salman memutuskan obrolan mereka.

Ketika mereka hendak memasuki mobil, terdengar suara yang memanggil mereka dengan mengendarai sepeda motor.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Jeng.... Jeng.... Jeng... Siapkah dia??

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status