“Selanjutnya kita akan menyelamatkan Chucky.” Marco menghampiri Leo.
“Iya.” Leo mengiyakannya.
“Kalau begitu ayo.” Marco beranjak dari tempat itu.
“Oii oii tunggu dulu.” Leo memanggil Marco yang lebih dulu pergi meninggalkannya.
“Ada apa lagi hah?” Marco menoleh kebelakang.
“Kau tahu mereka membawanya kemana?” Tanya Leo.
“Hmm…ehhh.” Marco menggaruk-garuk kepalanya.
“Kau tahu atau tidak?” Leo menekankan pertanyaannya.
“Hehe” Marco menggeleng sambil cengengesan.
Leo yang melihatnya menepuk dahi.
“Sudah ku duga. Jadi rencanamu apa? Mencarinya asal-asalan?” Leo kembali bertanya.
“Kau ini banyak tanya arghh.” Marco cemberut.
“Hahaha.” Leo tertawa melihatnya.
Mereka berdua duduk di samping lawan yang telah mereka kalahkan. Leo memu
Seperti biasa Leo dengan akal bulusnya menawarkan ide yang menarik untuk di lakukan. Soal kecerdasan Leo memang di atas rata-rata ketimbang Marco yang hanya mengandalkan otot. Kedua tangan Rico dan Dory di ikat rencananya mereka akan di jadikan sandra untuk menukarkannya dengan Chucky.“Kita tidak akan kemana-mana sampai ada di antara anak buah mereka yang datang .” Ujar Leo“Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang rencanakan tapi baiklah.” Marco menuruti perkataan Leo sambil mengangguk.Tidak ada tanda-tanda dari pihak lawan selama lima belas menit membuat Marco merasa bosan.“Tidak ada perkembangan dari rencanamu ini.” Tukas Leo.“Cihh.” Leo memasang wajah kesal.Orang-orang yang lewat mulai memperhatikan mereka kalau sana ini di kota Avesta mereka pasti sudah di tangkap oleh aparat tapi ini Distrik Neraka kekerasan di tempat umum lumrah terjadi. Salah satu sandra mereka menggeliat, Ri
“Aku akan… meminta pendapatmu dulu Leo hehe.” Apa yang di katakan Marco barusan membuat teman-temannya menganga tidak percaya. “Heh?” Ekspresi Leo penuh dengan keheranan. “Ayolah Leo berikan aku nasehatmu.” Marco menyenggol-nyenggol bahu Leo untuk membujuknya. “Baiklah-baiklah, aku akan memikirkannya dulu.” Leo memutar mata sebal. Recana mereka untuk mengelilingi sekolah batal karena kejutan yang mereka terima sebelum keluar dari kelas cukup krusial karena ini melibatkan masa depan faksi mereka. Di bandingkan hari-hari sebelumnya kelas 1-3 cukup kacau karena belum adanya sosok pemimpin yang mengatur mereka, biasanya setiap menit pasti ada yang bergelut, banting-banting meja, adu jotos, dan berbagai macam ke gaduhan lainnya tapi sekarang suasananya telah berubah sekarang mereka duduk bersama di dalam kelas walaupun sifat-sifat brandalan mereka sudah mendarah daging seperti duduk di atas meja, berbaring, terngkurap, jongkok sambil merokok, dan lain-lain
Kepalan tangan Chucky terkungkung erat ketika melihat pasukan Rico dan Dory, seketika ingatannya terbuka kembali di mana dirinya di keroyok habis-habisan tanpa ampun oleh mereka. Untung saja Marco dan Leo berhasil mengalahkan pemimpin mereka sehingga ia berhasil di selamatkan.“Kalian rupanya.” Chucky menyapa mereka.“Sekarang kau tidak sendirian lagi yah hahaha.” Anak buah Rico dan Dory menertawai Chucky.“Sekarang sudah berbeda.” Chucky membalas perkataan mereka dengan tanang.Joss berdiri di samping Chucky sambil menghantam telapak tangannya sendiri.“Sekarang aku ada di sampingmu Chucky jadi kau tidak sendirian lagi, mari kita buat hidung mereka semua berdarah hehehe.”Tidak ada rasa takut yang terpancar di wajah para anggota Faksi the Beast bahkan mereka kelihatan sangat semangat menjalani debut pertama mereka. Tubuh Marco terhalang di tengah jajaran anggotanya sehingga tidak ada yang meli
“Kita menang Leo.” Ucap Marco sebelum menutup mata.Leo yang mendengar suara Marco lirih membuat hatinya terenyuh kepalanya mengangguk sambil menangis bersama tangannya yang mendekap erat tubuh Marco yang sudah tidak berdaya. Teman-temannya yang lain juga ikut menangis.Marco, Chucky, Maxim, dan Fico di bawa ke ruang UKS untuk mendapatkan perawatan. Rico dan Dory masih di sana tanpa suara karena sudah sejak tadi mulutnya di sumpal kain oleh Leo. Melihat anak buah mereka tergeletak di tanah membuat rasa kemanusiaannya tumbuh, selama ini Rico dan Dory memperlakukan anak buahnya seperti sampah namun di menit dan detik ini mereka telah melihat perjuangan antar dua kubu. Sekarang mereka berdua telah menyadari bahwa anak buahnya rela mati untuknya. Memiliki anak buah seperti mereka membuat Rico dan Dory bersyukur atas apa yang mereka miliki saat ini tanpa ragu mereka berdua ikut menangis.Leo meletakkan tubuh Marco secara perlahan-lahan di atas meja
Tangan Marco bergerak-gerak matanya mengerjap-ngerjap.“Aku ada di mana?” Marco berbicara dengan dirinya sendiri ia membuka mata sambil memegangi kepalanya.“Kau ada di ruang UKS sekarang.” Terdengar suara yang ia kenal ada di sampingnya ternyata itu suara Leo.Marco dengan spontan memutar kepalanya untuk melihat Leo kemudian ia memandangi wajah sahabatnya itu dan seketika ia merasa bersyukur atas apa yang dimilikinya sekarang. Tidak ada orang yang sebaik Leo di dalam kehidupan Marco, selama ini ia hidup sebatang kara tanpa Ayah dan Ibu yang ia miliki dari dulu sampai sekarang hanyalah dirinya sendiri dan Leo.“Ternyata kau.” Marco menyadari kehadiran Leo.“Iya. Sekarang bagaimana keadaanmu?” Leo masih mencemaskan Marco.“Aku baik-baik saja.” Marco menjawab pertanyaan Leo sambil tersenyum.“Apanya yang baik-baik saja, wajah mu masih bonyok tau hahaha.” Leo berusah
Plak…Plak…Plak…Terdengar suara tepuk tangan pelan sedang berjalan menghampiri mereka. Terlihat seseorang yang tidak asing lagi di ingatan mereka yang ada di kelas 1-3. Belum melihatnya saja Dory sudah tahu hanya dari bunyi tepuk-tangannya ia bisa langsung menebak kalau dia adalah Roger.Lagi dan lagi Roger mengusik kehidupan Marco dan Leo, wajar saja Roger melakukan hal itu karena mereka berdua telah di anggap sebagai antek-antek yang nantinya akan berusaha menggulingkan tahta Marduk. Roger sudah menduga kalau Rico dan Dory akan melakukan hal yang sangat hina di mana mereka akan menjilat ke kubu Marco.“Wah wah wah kalian berdua telah menemukan rumah baru yah?” Roger menyinggung Rico dan Dory.Teman-teman Marco mulai percaya dengan Dory, tidak ada yang berani menanggapi perkataan Roger semuanya kelihatan takut. Hanya ada satu orang yang berani yaitu Marco.“Oiii Roger lama tidak berjumpa.” Marco menyapa
“Wah wah wah.” Paman bongsor yang melihat Marco baru datang kerja geleng-geleng.Marco yang datang bersama Leo hanya bisa menunduk ia tahu bahwa selama ini ia sering bolos kerja. Leo berniat untuk membela temannya itu tetapi melihat keadaannya sekarang. Dengan ramah paman bongsor itu mengajak Marco duduk bersama, sepertinya ia akan membahas sesuatu yang penting.“Silahkan duduk.” Paman bongsor itu mempersilahakan Marco untuk duduk.“Oh iya.” Marco pun duduk bersama dengan paman bongsor itu.“Mengapa kau masih di sini? Cepat pergi sana lanjutkan pekerjaanmu.” Paman bongsor itu mengusir Leo yang tadinya berdiri di samping Marco.Leo pun pergi dari tempat itu sambil mengenakan kaos tangan kerjanya, dari kejauhan ia melihat mereka berdua berbincang-bincang dengan serius.“Ayo silahkan di makan.” Paman bongsor itu menyuruh Marco untuk memakan kue yang ia sediakan di atas meja.Mar
Marco menunggu pertanyaan Leo sambil menilikkan kepalanya.“Besok pagi saja, aku ngantuk hoamz.”Keesokan harinya mereka berdua berangkat ke sekolah di tengah perjalanan tita-tiba Marco mengingat kalau Leo ingin menayakan sesuatu tadi malam.“Kau ingin menanyakan apa tadi malam?” Marco melihat ke arah Leo.“Maksudmu?” Leo melupakan pertanyaannya tadi malam.“Ya sudah.” Marco tidak lagi membahasnya.Kedua orang itu telah sampai di sekolah. Marco dan Leo terlihat bingung ketika melihat sejumlah orang berkumpul di tengah lapangan sekolah. Seorang pria berdiri dengan pakaian rapi di tengah-tengah mereka. Marco dan Leo masih berdiri di tempat sambil melihat orang-orang yang berkerumun di tempat itu.Di samping Marco terdapat seorang siswa yang lewat, tanpa ragu Marco menarik lengan orang yang tidak di kenalnya itu.“Apa maksudmu hah?” Orang yang di tarik itu merasa keberata